Dilematika Pekerja Luar Negeri

1 week ago 6
I Wayan Yudana. (BP/Istimewa)

Oleh I Wayan Yudana

Bali dengan pesona pariwisatanya yang memikat dunia, memiliki potensi besar sebagai sumber lapangan kerja lokal bagi generasi muda. Industri pariwisata yang pesat di daerah ini seharusnya menjadi pilihan utama bagi pemuda Bali dalam mengembangkan karier. Namun, sebuah fenomena yang menarik adalah semakin banyaknya pemuda Bali yang memilih untuk magang atau bekerja di luar negeri.

Di satu sisi, kesempatan magang ke luar negeri memberikan manfaat besar bagi generasi muda. Melalui pengalaman internasional, mereka memperoleh keterampilan baru, wawasan budaya global, dan, tentu saja, penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan standar lokal.

Pengalaman di luar negeri juga dapat meningkatkan daya saing mereka ketika kembali ke Bali, memberikan perspektif segar serta keahlian yang berharga bagi industri pariwisata lokal. Tidak dapat dipungkiri, bekerja di luar negeri juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk mempraktikkan ilmu yang diperoleh dengan teknologi serta sistem yang lebih maju.

Di sisi lain, tingginya minat pemuda Bali untuk bekerja di luar negeri menimbulkan kekhawatiran akan kekurangan tenaga kerja lokal yang mumpuni di industri pariwisata Bali. Pada saat Bali mengalami pertumbuhan industri pariwisata, kebutuhan akan tenaga kerja yang kompeten semakin meningkat. Sayangnya, keinginan untuk mengejar kesempatan kerja di luar negeri menyebabkan berkurangnya tenaga kerja berkompeten di sektor lokal.

Selain itu, ada risiko bahwa para pekerja yang telah memilih untuk bekerja di luar negeri mungkin tidak akan kembali ke Bali, baik karena sudah beradaptasi dengan budaya baru atau karena standar hidup yang lebih tinggi. Fenomena ini dapat mengurangi jumlah tenaga terlatih yang seharusnya mampu membawa industri pariwisata Bali lebih maju lagi.

Untuk menghadapi dilema ini, mungkin saatnya Bali memperkuat program magang dan kerja lokal yang menarik dan mampu menyaingi tawaran dari luar negeri. Misalnya, dengan memberikan insentif yang lebih baik, program pelatihan yang setara dengan pengalaman internasional, serta peluang karier yang lebih menjanjikan bagi lulusan SMK dan pemuda di Bali.

Dalam jangka panjang, keseimbangan antara pengalaman luar negeri dan kontribusi di daerah asal adalah yang paling ideal. Magang ke luar negeri memang membuka wawasan, tetapi penting agar keterampilan dan pengalaman tersebut juga dipulangkan demi memajukan industri di Bali.

Untuk mengatasi dilema ini, peran pemerintah dan lembaga pendidikan sangatlah krusial dalam merancang program-program yang berkelanjutan bagi pekerja migran. Pemerintah dapat menyusun kebijakan yang memberi insentif bagi tenaga kerja yang ingin mengembangkan karier internasional, sekaligus memastikan bahwa mereka akan kembali dan mengabdikan diri untuk membangun tanah air.

Di sisi lain, lembaga pendidikan, termasuk sekolah kejuruan, dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai pentingnya loyalitas untuk negeri sendiri. Melalui kurikulum yang menekankan cinta tanah air, siswa dapat diajarkan untuk melihat bahwa kontribusi mereka di dalam negeri akan memberikan dampak berkelanjutan yang lebih besar.

Dengan mengedepankan loyalitas kepada negeri dan mendorong agar tenaga kerja migran tidak hanya mengejar ambisi material, pemerintah dan lembaga pendidikan berperan penting dalam menanamkan nilai bahwa pengalaman di luar negeri adalah sebuah sarana untuk memajukan bangsa.

Dalam upaya menciptakan lapangan kerja bagi generasi muda, selain peran lembaga pendidikan, peran pemimpin (kepala daerah) menjadi krusial sebagai pemimpin yang dapat menawarkan program-program konkret untuk meningkatkan kesempatan kerja di daerahnya. Salah satu kiat utama yang bisa dilakukan adalah dengan merancang dan mengimplementasikan program-program ekonomi kreatif yang memanfaatkan potensi lokal, baik di sektor pariwisata, agribisnis, hingga teknologi digital misalnya.

Di daerah Bali yang kaya akan budaya dan alam, para (kandidat) kepala daerah dapat berfokus pada pembangunan infrastruktur yang mendukung ekowisata atau agrowisata. Tidak hanya membuka peluang kerja baru tetapi juga program ini dapat menarik minat generasi muda untuk berperan dalam bidang-bidang ini.

Selain itu, kepala daerah dapat memperkuat kerja sama dengan sektor industri lokal, baik di bidang perhotelan, restoran, maupun usaha kecil dan menengah (UKM). Program pelatihan dan sertifikasi kerja yang disponsori pemerintah atau bekerja sama dengan lembaga pendidikan dapat menjadi sarana bagi generasi muda untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan industri saat ini.

Pendekatan ini, yang mencakup kolaborasi lintas sektor, memberi generasi muda akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pengalaman kerja dan membuka usaha sendiri. Dengan demikian, mereka merasa memiliki opsi karier yang jelas di daerah asal tanpa harus merantau ke luar negeri.

Inisiatif lain yang dapat dilakukan adalah menciptakan zona ekonomi khusus yang memberi insentif kepada pengusaha lokal untuk memperluas bisnis mereka dan menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal. Insentif pajak, dukungan modal, dan program pendampingan bagi pengusaha muda merupakan langkah konkret untuk membangun ekonomi daerah berbasis inovasi lokal.

Memang cara ini tidak mudah, akan tetapi bila telah didasari oleh adanya komitmen dan keyakinan yang kuat, semua akan menjadi mudah dan lapang. Dengan cara ini, kepala daerah berperan tidak hanya sebagai pemimpin pemerintahan tetapi juga sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan generasi muda.

Melalui strategi-strategi ini, kepala daerah dapat memperlihatkan komitmen mereka dalam menciptakan lapangan kerja di daerah dan membangun masa depan generasi muda yang berkelanjutan.

Penulis, Kepala SMKN 1 Petang

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|