Nasib Ratusan Petani Tembakau di Jateng Dipertaruhkan Dengan Kebijakan Kemasan Polos

1 day ago 7
Ruang Rembug dengan tema Dampak Polemik Regulasi Nasional Terhadap Ekosistem Pertembakauan Jawa Tengah, di Kulonuwun Kopi Solo, Kamis (14/11/2024). Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kebijakan kemasan polos yang rencananya diterapkan pada Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (RPMK) diklaim bakal memberikan dampak negatif pada rantai pasok ekosisyem pertembakauan. Dampak negatif dalam ekosistem akan terasa daei hulu hingga hilir, terutama bagi para petani tembakau di Jawa Tengah.

Hal itu mencuat dalam Ruang Rembug dengan tema Dampak Polemik Regulasi Nasional Terhadap Ekosistem Pertembakauan Jawa Tengah, di Kulonuwun Kopi Solo, Kamis (14/11/2024). Dalam diskusi juga diketahui sekitar 450-600 ribu petani tembakau di Jawa Tengah bakal merasakan dampak tersebut.

Pasalnya, ratusan petani itu menggantungkan hidup pada komoditas tembakau. Menurut Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jateng Nanang Teguh Sambodo, tembakau menjadi salah satu komoditas andalan, bahkan di saat komoditas lain mengalami kerugian.

“Ini yang menjadi daya tarik perekonomian berputar. Banyak yang setelah panen tembakau punya pinjaman di BRI, ingin menyekolahkan anak bisa berbagi dari itu,” ujarnya.

Menurutnya, tembakau menjadi andalan terutama di musim-musim dimana tanaman lain sulit dibudidaya.

“Pada salah satu tahun empat bulan mereka tanamannya tidak bisa ditanami tanaman yang lain. Karena mereka mengandalkan air. Tanaman tembakau mampu menahan air. Di Temanggung, Wonosobo, otomatis semua satu desa 85 persen menanam tembakau,” imbuhnya.

Ia khawatir dengan makin ditekannya industri maka serapan tembakau akan berkurang. Pihak yang menjadi korban dari berkurangnya penyerapan tembakau adalah petani.

“Petani dan industri setali tiga uang. Sehubungan dengan adanya rancangan peraturan menteri yang mana disebutkan akan ada kemasan polos tidak ada display. Minimal kemasan 20 batang. Yang sering ke hik ler-leran tidak bisa. Serapan industri berkurang. Kalau serapan industri berkurang petani mau menjual kemana,” terangnya.

Dampak buruk telah dirasakan petani tembakau bahkan sebelum regulasi ini diterapkan. Industri tembakau kini mulai membatasi pembelian dari petani setelah mendengar wacana akan diterapkannya aturan ini.

“Sekarang sudah ada pembatasan. Industri akan mencermati dengan peraturan tersebut. Kalau dulu berani stok. Kalau sekarang tidak berani. Sekarang menjual ke pasar kebutuhannya sedikit,” tukasnya. Prihatsari

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|