Tradisi “Macepuk” Digelar 10 Tahun Sekali, Catus Pata Klungkung Dipenuhi Ribuan Umat Hindu

1 week ago 7
Ribuan Hindu saat mengikuti prosesi macepuk di Catus Pata Klungkung, Kamis (7/11). (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Ida Sasuhunan Pura Agung Kentel Gumi Banjarangkan, Klungkung, bertemu dengan Ida Bhatara Pura Pasar Agung Giri Toh Langkir, Karangasem, di Catus Pata, Klungkung (7/11) pagi. Pertemuan ida sesuhunan ini, dikenal sebagai tradisi macepuk.

Prosesi ini pun disambut antusias umat Hindu, baik dari Karangasem dan Klungkung, sehingga Patus Pata Klungkung dipenuhi ribuan umat Hindu.

Umat Hindu dari Karangasem, yang mengiringi Ida Bhatara Pura Pasar Agung Giri Toh Langkir, berjalan dari pukul 08.00 WITA dan sampai di Catus Pata sekitar pukul 10.00 WITA.

Ini serangkaian dengan Karya Tabuh Gentuh Wana Kertih, Segara Kertih lan Nubung Pedagingan Pura Pasar Agung Desa Sebudi Selat Karangasem. Selanjutnya macepuk dengan Ida Sasuhunan Pura Agung Kentel Gumi Banjarangkan, Klungkung, yang juga Karya Agung Penyejeg Jagat Manca Desa Tawur Panca Bali Krama Lan Ngusaba Jagat Pura Agung Kentel Gumi.

Ribuan umat Hindu dari Karangasem dan Klungkung mengiringi prosesi ritual macepuk di Catus Pata Klungkung. Umat Hindu juga sudah banyak menunggu di pinggir jalan untuk menghaturkan upacara dan minuman untuk umat pengiring. Baik dari arah Banjarangkan ke Kota Semarapura, Klungkung, maupun dari Karangasem ke Klungkung.

Prosesi ritual juga diiringi pementasan Tari Pendet oleh ratusan guru SD hingga SMA se-Klungkung.

Ketua Umum Pelaksana Upacara Pura Kentel Gumi, Cokorda Gede Brasika Putra, menjelaskan prosesi ini dilaksanakan setiap 10 tahun sekali. Prosesi ini menjadi bagian dari prosesi melasti ke Segara Klotok.

Sehingga, sebelum melanjutkan perjalanan ke Segara Klotok, dua sesuhunan ini bertemu di Catus Pata Klungkung. Ini terjadi setiap 10 tahun sekali, sebagai wujud nyata hubungan yang harmonis antar Ida Sasuhunan, dari dua pura besar ini.

“Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Karya Penyejeg Jagat Manca Desa, Tawur Panca Bali Krama, dan Ngusaba Jagat Pura Agung Kentel Gumi, yang puncaknya jatuh saat Purnama Kelima, rahina Saniscara Paing Merakih, Sabtu (16/11) nanti,” katanya.

Dia menambahkan, prosesi ini diikuti oleh 31 desa adat dengan 13 desa dinas. Dari Pura Kentel Gumi ada 48 jempana dan Pura Pasar Agung sebanyak 9 jempana. Setelah prosesi macepuk ini, iring-iringan umat Hindu ini melanjutkan perjalanan bersama menuju Pura Watu Klotok, di Desa Tojan, Klungkung, untuk prosesi melasti.

Setelah melasti, iring-iringan umat Hindu ini melanjutkan perjalanan ke Perempatan Desa Adat Tusan. Baru kemudian Ida Bhatara dari Pasar Agung dan Ida Bhatara Kentel Gumi kembali menuju Pura Agung Kentel Gumi.

Disisi lain, Polres Klungkung juga melakukan ploting personel untuk melaksanakan kegiatan pengamanan baik di jalur jalur yang dilalui maupun di lokasi kegiatan. Kapolres Klungkung AKBP Alfons W.P Letsoin, mengatakan pihak kepolisian telah melakukan pengamanan dengan memploting personel di setiap persimpangan jalur yang dilalui saat kegiatan melasti berlangsung.

“Kehadiran personel di lapangan agar dapat menciptakan harkamtibmas yang aman dan kondusif serta melakukan kegiatan rekayasa arus lalu lintas, supaya tidak adanya penumpukan kendaraan,” tegasnya. (Bagiarta/balipost)

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|