Ahmad Luthfi Targetkan Petani Milenial dengan Kartu Zilenial dan 1.000 Desa Wisata

5 days ago 6
Paslon Cagub Jateng Ahmad Luthfi dan Cawagub Jateng Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) dalam debat kedua Pilkada Jawa Tengah 2024 yang digelar di Majapahit Convention Center, Semarang, Minggu (10/11/2024) malam. Istimewa

SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM — Debat Pilkada Jawa Tengah 2024 kembali diisi oleh gagasan menarik dari Ahmad Luthfi terkait upaya meningkatkan partisipasi generasi milenial di bidang pertanian.

Dalam menjawab pertanyaan dari calon lawannya, Andika Perkasa, mengenai strategi mendorong petani milenial, Luthfi menekankan pentingnya inovasi, kolaborasi, dan pendekatan kreatif untuk mengatasi tantangan dalam sektor pertanian.

Dengan memanfaatkan program Kartu Zilenial dan konsep 1.000 Desa Wisata, Luthfi berkomitmen untuk menggerakkan generasi muda di bidang agrikultur sebagai wujud nyata dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang mengamanatkan Jawa Tengah sebagai lumbung pangan nasional.

Luthfi menyatakan bahwa partisipasi generasi muda di bidang pertanian perlu didorong dengan program yang mampu menarik minat dan menyesuaikan dengan gaya hidup mereka.

“Rata-rata anak muda sekarang tidak ingin mengikuti pekerjaan orang tua mereka di bidang pertanian. Mereka cenderung mencari jalan instan,” ujar Luthfi, Minggu, 10 November 2024.

Oleh karena itu, ia mencetuskan program Kartu Zilenial sebagai bentuk dukungan bagi petani milenial untuk mendapatkan akses pada kursus keterampilan, bantuan finansial, dan fasilitas teknologi pertanian.

Melalui Kartu Zilenial, para petani milenial akan diberdayakan dengan pengetahuan dan dukungan yang lebih modern, termasuk penerapan teknologi dan keterampilan digital yang dapat meningkatkan hasil pertanian.

Kartu ini juga akan terintegrasi dengan fasilitas internet gratis di kecamatan melalui rumah kreatif yang menjadi tempat bagi anak-anak muda untuk mengembangkan produk unggulan masing-masing desa.

“Kita juga punya target agar setiap desa di Jawa Tengah memiliki satu produk unggulan hasil kreasi petani milenial,” tambah Luthfi.

Sebagai bagian dari program pemberdayaan desa, ia menggagas 1.000 Desa Wisata dengan melibatkan generasi muda untuk mengeksplorasi potensi agrikultur dan pariwisata yang ada, seperti Desa Sikunir, yang dikenal sebagai desa tertinggi di dunia dan memiliki potensi wisata alam yang luar biasa.

“Jika dikelola dengan baik, tempat-tempat ini bisa menjadi sumber pemasukan sekaligus ruang untuk anak-anak muda berkreasi di bidang pertanian dan wisata,” ungkapnya.

Infrastruktur jalan dan fasilitas wisata di desa-desa yang berpotensi akan ditingkatkan, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan membuka lapangan pekerjaan di sektor agrikultur.

Menanggapi pemaparan Luthfi, Andika menyatakan bahwa pihaknya juga berencana memberikan insentif bagi generasi muda yang ingin terjun di bidang pertanian, terutama melalui dukungan finansial dan pemanfaatan teknologi.

Insentif ini diharapkan dapat memacu minat kaum milenial untuk mengembangkan karir di bidang agrikultur.

Luthfi mengapresiasi ide tersebut dan menambahkan bahwa insentif bagi petani milenial harus mendukung program pemerintah secara kolaboratif.

Ia menyebutkan adanya rencana pusat untuk menciptakan skema “Petani Gajian” yang sedang digodok sebagai bentuk perlindungan penghasilan bagi petani, terutama yang berusia muda.

“Petani Gajian adalah salah satu langkah agar anak muda merasa lebih aman secara finansial saat terjun di bidang pertanian. Kita perlu dukungan kolaboratif agar program ini berjalan maksimal di daerah,” kata Luthfi.

Dalam balasannya, Luthfi juga menekankan pentingnya pendekatan urban farming sebagai solusi bagi generasi milenial yang tinggal di perkotaan atau lahan sempit namun ingin mencoba bertani.

Sistem hidroponik menjadi salah satu metode bertani yang dinilai cocok untuk kaum milenial, karena dapat dijalankan di lahan terbatas dan memiliki hasil yang efisien.

Dengan urban farming, petani milenial dapat memanfaatkan teknologi sederhana namun efektif dalam membudidayakan sayuran atau tanaman lain.

Ini dinilai sebagai peluang besar, terutama di kawasan perkotaan yang semakin terbatas lahan untuk bercocok tanam.

“Dengan teknologi hidroponik dan pendekatan urban farming, kita bisa memperluas peran milenial di bidang pertanian meskipun di tengah keterbatasan lahan,” jelas Luthfi. Prihatsari

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|