Gegara Merugi dan Susu Ditolak Industri,  Peternak Sapi Perah dan Pengepul di Boyolali Tuntut Impor Susu Ditutup

1 week ago 7
Peternak sapi perah dan pengepul di Boyolali menuntut memerintah menutup impor susu, karena dianggap sebaga pemicu kerugian yang mereka alami | Foto: Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Puluhan pengepul, peternak hingga peloper susu sapi segar di Boyolali mendatangi kantor Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) setempat, pada Jumat (8/11/2024).

Sebelumnya,  perwakilan peternak itu membagikan susu gratis di Simpang Lima Boyolali. Aksi keprihatinan dilakukan  setelah ratusan ton susu sapi yang ditolak Industri Pengolahan Susu (IPS).

Menurut salah satu peloper susu yang memilik mesin cooling di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Sugianto, dirinya rutin mengirimkan susu ke NSP Pasuruan sebelum diloper ke IPS.

Hanya saja, kini IPS membatasi setoran susu dari peloper dengan alasan maintenance mesin.  Padahal itu hanya akal- akakan saja.

“Yang jelas alasannya yang terjadi di lapangan sekarang ini, kran impornya dibuka oleh Menteri Perdagangan. Kami berharap impornya ditutup,” katanya.

Dia mengaku selama dua minggu ini, sudah membuang susu hingga 33 ton. Padahal dalam sehari dia bisa menampung hingga 10 ribu liter susu dari peternak.

“Akhinya ya kita buang, kita buang susu selama dua minggu ini 33 ton. Saya gak bisa kan nolak peternak kasihan. Jadi tetap kami ambil. Jadinya saya rugi sampai Rp 1,5 miliar. Kami beli dari petani Rp 7,3 ribu per liter. Kalau terus seperti ini, jelas saya nggak kuat,” ujarnya.

Ditambahkan, dalam seminggu terakhir, dia membayar peternak penyetor susu sebesar Rp 350 juta. Kini untuk tetap membayar susu dari peternak, dia merogoh kocek pribadi. Bahkan sampai menjual aset mobil dan tanah.

Pengurus KUD Mojosongo, Sriyono mengungkapkan kondisi yang sama. Dia mengaku bahwa KUD Mojosongo telah membuang 50 ton susu sampai Jumat (8/11/2024).

“Ini dialami merata oleh KUD dan pengepul-pengepul susu. Mulai dari Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Teras, Musuk, Tamansari, hingga Cepogo dan sekitarny,” papar dia.

Dijelaskan, sudu hasil produksi peternak saat ini tidak bisa terserap semua ke industri karena ada pembatasan jumlah kuota masuk ke IPS.

“Yang biasanya kita perhari masuk ke KUD Mojosongo sebagai contoh itu 23 ton, yang mampu terserap ke industri cuma diangkat 17 ton.”

Dalam sehari dia menerima susu dari peternak hingga 23 ribu liter. Sedangkan produksi susu Boyolali dalam sehari mencapai 140an ton perhari. Sedangkan yang bisa terserap oleh industri baru di 110 ton. Sisa kebelihan produksi 30 ton itu akhirnya dibuang.

“Karena susu kan nggak mampu bertahan lama.”

Alasan IPS tak menyerap susu karena maintanance mesin. Sedangkan peternak beranggapan lain. “Ada juga ya kita berasumsi bahwa karena memang produk susu impor banyak yang masuk. Produksi susu nasional kita baru diangka 20 persen, yang 80 persennya kan masih impor kemarin,” tukas dia.

Seandainya pasar memang sepi  harusnya impor yang dikurangi. Tujuannya, supaya produk peternak nasional mampu terserap semua. “Tapi ini tidak dilakukan, artinya impor masih stabil pasar sepi. Akhirnya yang dikalahkan dengan produksi dari peternak lokal. Ini akan mengakibatkan misalnya gejolak di peternak saat ini. Kan peternak mayoritas menggantungkan kehidupan sehari-hari dari situ,” pungkasnya.  Waskita

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|