SARMI-Pemerintah Kabupaten Sarmi terus berupaya menekan angka stunting di wilayahnya. Berdasarkan data tahun 2024, tercatat ada 480 kasus stunting di Sarmi. Namun, berkat intervensi Dinas Kesehatan dan berbagai pihak terkait, angka tersebut berhasil ditekan menjadi 240 kasus.
“Data penderita stunting ini tersebar di 11 puskesmas yang ada di 10 distrik. Terutama di daerah-daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan, sehingga mereka kurang terjangkau layanan,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Sarmi, Miller Bane, Rabu (21/5).
Ia menjelaskan, stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada bayi dan balita yang terjadi dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kekurangan gizi, protein, hingga penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan janin.
“Anak yang lahir dari ibu yang mengalami gangguan tersebut biasanya bertubuh pendek dan berisiko mengalami gangguan perkembangan lainnya,” jelasnya.
Untuk menekan angka stunting, pemerintah melalui Dinas Kesehatan telah menggulirkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), seperti susu dan beras fortifikasi. Namun demikian, Miller menegaskan bahwa penanganan stunting tidak hanya menjadi tugas Dinas Kesehatan.
“Penanganan stunting saat ini ada di bawah BKKBN dan dilaksanakan oleh Dinas BP2KP. Kami di Dinas Kesehatan hanya mendukung dari sisi pelayanan kegiatan,” tambahnya.
Ia pun berharap keterlibatan semua pihak, termasuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya, agar masalah stunting di Kabupaten Sarmi dapat ditangani secara menyeluruh dan berkelanjutan.(roy).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos
SARMI-Pemerintah Kabupaten Sarmi terus berupaya menekan angka stunting di wilayahnya. Berdasarkan data tahun 2024, tercatat ada 480 kasus stunting di Sarmi. Namun, berkat intervensi Dinas Kesehatan dan berbagai pihak terkait, angka tersebut berhasil ditekan menjadi 240 kasus.
“Data penderita stunting ini tersebar di 11 puskesmas yang ada di 10 distrik. Terutama di daerah-daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan, sehingga mereka kurang terjangkau layanan,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Sarmi, Miller Bane, Rabu (21/5).
Ia menjelaskan, stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada bayi dan balita yang terjadi dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kekurangan gizi, protein, hingga penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan janin.
“Anak yang lahir dari ibu yang mengalami gangguan tersebut biasanya bertubuh pendek dan berisiko mengalami gangguan perkembangan lainnya,” jelasnya.
Untuk menekan angka stunting, pemerintah melalui Dinas Kesehatan telah menggulirkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), seperti susu dan beras fortifikasi. Namun demikian, Miller menegaskan bahwa penanganan stunting tidak hanya menjadi tugas Dinas Kesehatan.
“Penanganan stunting saat ini ada di bawah BKKBN dan dilaksanakan oleh Dinas BP2KP. Kami di Dinas Kesehatan hanya mendukung dari sisi pelayanan kegiatan,” tambahnya.
Ia pun berharap keterlibatan semua pihak, termasuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya, agar masalah stunting di Kabupaten Sarmi dapat ditangani secara menyeluruh dan berkelanjutan.(roy).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos