MEDAN, SUMUTPOS.CO – Unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa dan masyarakat hampir di seluruh Indonesia dalam sepekan terakhir, menjadi perhatian serius anggota DPD RI asal Sumatera Utara (Sumut) Muhammad Nuh. Apalagi, penyampaian aspirasi yang berujung ricuh itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia.
Untuk itu, Muhammad Nuh mengajak pejabat publik termasuk para wakil rakyat yang menjadi sorotan tajam dari gelombang unjuk rasa ini, harus memiliki sensitivitas. “Jangan pertontonkan kemewahan hidup di tengah kesulitan masyarakat. Saya pribadi mengajak semua kolega saya sesama wakil rakyat untuk hidup sederhana,” ujarnya.
Ketua Persis Sumatera Utara ini juga mengimbau, sebagai wakil rakyat harus bisa menjaga lisan. “Gunakanlah bahasa yang santun dalam berargumen, tidak memprovokasi, merendahkan pihak lain, apalagi sampai menyinggung perasaan publik,” sebutnya.
“Semua harus mengambil pelajaran dari peristiwa ini, agar berbagai tindakan destruktif dan ekses negatif dari unjuk rasa ini tidak kembali terulang” imbuh Nuh.
Selain itu, ia juga berharap kepada pemerintah untuk cepat dan tanggap dalam merespons berbagai permasalahan dan tuntutan yang muncul dari masyarakat. Misalnya, terkait dengan ketidakadilan ekonomi yang menjadi motif unjuk rasa.
“Banyak sekali analisis yang menyebutkan, (unjuk rasa) ini kan terjadi karena dipicu oleh kesenjangan dan sebagainya. Jadi, kebijakan pro-rakyat yang disuarakan Pak Presiden mestinya di-follow-up, ditindaklanjuti dengan langkah-langkah nyata ke bawah,” ucap alumni Pesantren Ath Thoyyibah Labuhanbatu dan Pesantren Persatuan Islam Bangil Jawa Timur ini.
Selain itu dia juga meminta pemerintah untuk mendengar dan membuka saluran komunikasi dengan masyarakat. “Aspirasi itu harus diberikan penyalurannya supaya tidak tersumbat,” ujar M Nuh.
Ia juga menyoroti berbagai indikasi adanya kekerasan dan represif yang dilakukan aparat saat mengamankan unjuk rasa. Dia mendorong para petugas untuk lebih humanis lagi dalam menjalankan tugas. “Kepada aparat terutama kepolisian perlulah dilatih terus untuk melakukan pendekatan yang komunikatif,” bebernya.
M Nuh yang sekarang duduk di Komite IV DPD RI ini juga memberikan catatan terhadap masyarakat. Dia menegaskan, rakyat harus menyampaikan aspirasi dan tuntutan dengan cara-cara yang baik dan bijak, bukan sebaliknya.
“Masyarakat juga harus diingatkan. Kalaupun marah, menyampaikan aspirasi, jangan sampai merusak, apalagi menjarah. Ini juga tantangan bagi para tokoh masyarakat, para dai, dan sebagainya untuk terus mengingatkan (masyarakat) bahwa mengganggu, merusak itu hal yang tidak baik,” ujarnya.
M Nuh juga menyambut baik pemerintah dan juga DPR dalam mendengar aspirasi masyarakat. Terutama misalnya terkait penolakan tunjangan perumahan, yang dijanjikan bakal dievaluasi.
Dan yang membuatnya haru adalah adanya upaya merajut kembali hubungan sesama anak bangsa. Hal itu terlihat dari aksi simpatik dari para pengemudi ojol yang kemarin membagikan 2.000 bunga mawar kepada anggota TNI/Polri guna menyerukan perdamaian sekaligus meredam potensi kerusuhan dan aksi anarkistis. “Itu bagus terobosannya, ada ojol salaman (dengan aparat). Penggagasnya itu kita apresiasi,” pungkasnya. (adz)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa dan masyarakat hampir di seluruh Indonesia dalam sepekan terakhir, menjadi perhatian serius anggota DPD RI asal Sumatera Utara (Sumut) Muhammad Nuh. Apalagi, penyampaian aspirasi yang berujung ricuh itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia.
Untuk itu, Muhammad Nuh mengajak pejabat publik termasuk para wakil rakyat yang menjadi sorotan tajam dari gelombang unjuk rasa ini, harus memiliki sensitivitas. “Jangan pertontonkan kemewahan hidup di tengah kesulitan masyarakat. Saya pribadi mengajak semua kolega saya sesama wakil rakyat untuk hidup sederhana,” ujarnya.
Ketua Persis Sumatera Utara ini juga mengimbau, sebagai wakil rakyat harus bisa menjaga lisan. “Gunakanlah bahasa yang santun dalam berargumen, tidak memprovokasi, merendahkan pihak lain, apalagi sampai menyinggung perasaan publik,” sebutnya.
“Semua harus mengambil pelajaran dari peristiwa ini, agar berbagai tindakan destruktif dan ekses negatif dari unjuk rasa ini tidak kembali terulang” imbuh Nuh.
Selain itu, ia juga berharap kepada pemerintah untuk cepat dan tanggap dalam merespons berbagai permasalahan dan tuntutan yang muncul dari masyarakat. Misalnya, terkait dengan ketidakadilan ekonomi yang menjadi motif unjuk rasa.
“Banyak sekali analisis yang menyebutkan, (unjuk rasa) ini kan terjadi karena dipicu oleh kesenjangan dan sebagainya. Jadi, kebijakan pro-rakyat yang disuarakan Pak Presiden mestinya di-follow-up, ditindaklanjuti dengan langkah-langkah nyata ke bawah,” ucap alumni Pesantren Ath Thoyyibah Labuhanbatu dan Pesantren Persatuan Islam Bangil Jawa Timur ini.
Selain itu dia juga meminta pemerintah untuk mendengar dan membuka saluran komunikasi dengan masyarakat. “Aspirasi itu harus diberikan penyalurannya supaya tidak tersumbat,” ujar M Nuh.
Ia juga menyoroti berbagai indikasi adanya kekerasan dan represif yang dilakukan aparat saat mengamankan unjuk rasa. Dia mendorong para petugas untuk lebih humanis lagi dalam menjalankan tugas. “Kepada aparat terutama kepolisian perlulah dilatih terus untuk melakukan pendekatan yang komunikatif,” bebernya.
M Nuh yang sekarang duduk di Komite IV DPD RI ini juga memberikan catatan terhadap masyarakat. Dia menegaskan, rakyat harus menyampaikan aspirasi dan tuntutan dengan cara-cara yang baik dan bijak, bukan sebaliknya.
“Masyarakat juga harus diingatkan. Kalaupun marah, menyampaikan aspirasi, jangan sampai merusak, apalagi menjarah. Ini juga tantangan bagi para tokoh masyarakat, para dai, dan sebagainya untuk terus mengingatkan (masyarakat) bahwa mengganggu, merusak itu hal yang tidak baik,” ujarnya.
M Nuh juga menyambut baik pemerintah dan juga DPR dalam mendengar aspirasi masyarakat. Terutama misalnya terkait penolakan tunjangan perumahan, yang dijanjikan bakal dievaluasi.
Dan yang membuatnya haru adalah adanya upaya merajut kembali hubungan sesama anak bangsa. Hal itu terlihat dari aksi simpatik dari para pengemudi ojol yang kemarin membagikan 2.000 bunga mawar kepada anggota TNI/Polri guna menyerukan perdamaian sekaligus meredam potensi kerusuhan dan aksi anarkistis. “Itu bagus terobosannya, ada ojol salaman (dengan aparat). Penggagasnya itu kita apresiasi,” pungkasnya. (adz)