GUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Menjadi manusia berkebutuhan khusus, tidak selamanya tanpa harapan. Justru di balik kekurangannya tersebut, sebenarnya tersimpah mutiara, yang jika digosok-gosok akan mengkilap juga.
Mutiara itu adalah Puji Lestasi (27) seorang remaja asal Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Panggang, Gunungkidul. Sekalipun ditakdirkan dengan kedua tangan tidak sempurna, namun hal itu tidak membuat wanita ini minder.
Diam-diam, ia memiliki talenta melukis, yang terus dipupuknya, hingga kemudian ia kini bisa menikmati hasil keuntungannya dari melukis.
Melukis bagi Puji Lestari bukan sekadar mencari uang, tapi juga sebagai hobi. Pasalnya, ia menyukai seni lukis sejak masih kecil, dan hanya belajar secara otodidak semata.
Namun, ketika dirinya masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB) saat berusia 7 tahun, kepiawaiannya menggerakkan kuas semakin terasah.
Hal itu tak lepas dari peran guru seni budaya yang membimbingnya.
“Kalau tertarik dunia seni lukis sudah dari kecil sekali. Di situ masih belajar sendiri aja, gambar-gambar di kertas. Kemudian, sewaktu bersekolah di SLB itu saya sampaikan kepada guru seni kalau saya suka melukis, ternyata guru saya menyambutnya dengan baik dan bersedia mengajari saya. Dari sini, saya terus berani mengekplor diri,”ujarnya saat melakukan pentas seni di Pantai Baron, Padukuhan Kemadang, Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Senin (28/10/2024).
Mulai dari marah, sedih, bahagia, murung, hingga takut. Alhasil, tarikan dan warna lukisan yang dihasilkannya pun berbeda-beda mengikuti arah emosinya.
“Makanya saya tidak pernah patokin lukisan saya itu termasuk realisme atau abstrak atau aliran lainnya. Sebab, lukisan tersebut saya lukis berdasarkan apa yang saya rasakan itu, terkadang jika sedangkan merasakan emosi marah maka lukisan saya agak berwarna kegelapan, sebaliknya jika senang maka warnanya akan lebih cerah,”ujarnya.
Diminati Pecinta Seni Luar Negeri
Keuletan dan kerja keras yang dijalani Puji mengantarkan karya-karyanya tersebut bisa mengikuti berbagai pameran nasional yang bergengsi.
Selain itu, karyanya pun laku terjual hingga ke negara lain.
“Kalau untuk pameran sudah mengisi di Art Jog, Pameran Seni Rupa Indonesia, hingga ditampilkan di gedung A.A Maramis di Jakarta Pusat. Untuk terjualnya kemarin lukisannya ada yang beli dari Taiwan dan beberapa negara lain juga. Untuk harga lukisannya saya tidak bisa kasih tahu karena berbeda-beda semua (harganya),”ungkapnya.
Selain, karyanya ditampilkan di berbagai seminar bergengsi, sosok Puji pun kerap beberapa kali dipercaya untuk memberikan pendampingan terkait seni lukis bagi disabilitas.
“Beberapa kali pernah diminta untuk jadi pendamping. Tahun ini, saya ke Papua bersama teman-teman yang lain menggali dan mencari inspirasi betapa kayanya alam di sana. Di situ diajari bahwa alam bisa menjadi inspirasi untuk dituangkan di dalam kanvas,”terangnya.
Meskipun begitu, Puji mengatakan selama perjalanannya banyak menghadapi berbagai rintangan namu karena tekad yang kuat, dia bisa melaluinya.
Puji sendiri mengaku ingin menginspirasi banyak orang di sekitarnya agar terus berusaha dan berkarya meskipun memiliki keterbatasan.
Terutama, memotivasi penyandang disabilitas lainnya untuk tidak menyerah pada impian mereka.
“Saya juga berharap masyarakat dapat memandang seniman disabilitas dengan cara yang sama seperti mereka memandang seniman lainnya. Dengan prinsip tersebut, ia terus memperjuangkan kesetaraan, tidak hanya dalam seni tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari”urainya.