Perporsi Rp 8000, Program MBG di Papua Mau Jadi Apa?

1 month ago 30

JAYAPURA– Sebuah catatan disampaikan Ketua Komisi D DPR Kota Jayapura, Adelia Lusyana Watak terkait pelaksanaan program nasioan Makan Bergizi Gratis (MBG). Niatan awal program ini untuk mendorong pemenuhan gizi, menjauhkan generasi dari stunting sekaligus membantu mengurangi beban ekonomi orang tua.

Namun kesini-kesini program yang sempat heboh kemudian terhenti itu kembali memberi sensasi. Harga perporsi terus turun. Jika sebelumnya menyentuh angka Rp 15 ribu kini nilai terakhir berada di angka Rp 8000/ porsi.

“Jika ini diterapkan di wilayah Jawa kami pikir masih bisa berjalan tapi jika ini diterapkan di Papua tentu rasanya dapur MBG yang tersebar bisa tutup perlahan-lahan,” kata Adelia melalui ponselnya, Selasa (23/9).

Ia menaku khawatir dengan keputusan terbaru berkaitan dengan harga perporsi MBG tersebut. “Harga yang ditetapkan menjadi Rp 8000 perporsi ini bisa menyulitkan 12 dapur MBG yang ada di Jayapura. Kalau vendor mengurangi porsi untuk menyesuaikan dengan angka tadi tentu sangat rawan dikomplain,” jelasnya.

Iapun berharap pemerintah pusat mengevaluasi kembali soal harga Rp 8000 perporsi ini. MBG ini menurut Adelia menyangkut pemenuhan gizi, vitamin dan lain sebagainya dan sesuai perintah semua tercukupi sesuai standarnya.

“Nah kalau Rp 8000 itu gizi apa?,”ujarnya. Dengan harga turun seperti ini maka yang dipusingkan adalah pengelola dapur MBG karena harus berfikir keras untuk menentukan menu seharga Rp 8000 tadi.

“Ini perkiraan kami mau tidak mau akan ada pengurangan untuk penyesuaian harga. Takutnya anak-anak malah tidak makan karena tidak sesuai,” imbuhnya. “Padahal harga awalnya perporsi Rp.11.000-Rp 15.000. Kalau angka ini masih bisa dikelola tapi jika sudah di bawah Rp 10 ribu itu sulit sekali,”jelasnya. Untuk itu ia menekankan agar pemerintah harus memperhatikan situasi yang terjadi dengan indeks kemahalan harga barang di Kota Jayapura saat ini.

“Saya takutnya dengan harga yang semakin turun ini, ke depannya bisa saja terjadi dua kemungkinan yakni dapur tutup atau tetap jalan tetapi tidak lagi memenuhi unsur gizi pada porsi makanan yang disiapkan. Yang penting berjalan saja,”tegasnya. (ans/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA– Sebuah catatan disampaikan Ketua Komisi D DPR Kota Jayapura, Adelia Lusyana Watak terkait pelaksanaan program nasioan Makan Bergizi Gratis (MBG). Niatan awal program ini untuk mendorong pemenuhan gizi, menjauhkan generasi dari stunting sekaligus membantu mengurangi beban ekonomi orang tua.

Namun kesini-kesini program yang sempat heboh kemudian terhenti itu kembali memberi sensasi. Harga perporsi terus turun. Jika sebelumnya menyentuh angka Rp 15 ribu kini nilai terakhir berada di angka Rp 8000/ porsi.

“Jika ini diterapkan di wilayah Jawa kami pikir masih bisa berjalan tapi jika ini diterapkan di Papua tentu rasanya dapur MBG yang tersebar bisa tutup perlahan-lahan,” kata Adelia melalui ponselnya, Selasa (23/9).

Ia menaku khawatir dengan keputusan terbaru berkaitan dengan harga perporsi MBG tersebut. “Harga yang ditetapkan menjadi Rp 8000 perporsi ini bisa menyulitkan 12 dapur MBG yang ada di Jayapura. Kalau vendor mengurangi porsi untuk menyesuaikan dengan angka tadi tentu sangat rawan dikomplain,” jelasnya.

Iapun berharap pemerintah pusat mengevaluasi kembali soal harga Rp 8000 perporsi ini. MBG ini menurut Adelia menyangkut pemenuhan gizi, vitamin dan lain sebagainya dan sesuai perintah semua tercukupi sesuai standarnya.

“Nah kalau Rp 8000 itu gizi apa?,”ujarnya. Dengan harga turun seperti ini maka yang dipusingkan adalah pengelola dapur MBG karena harus berfikir keras untuk menentukan menu seharga Rp 8000 tadi.

“Ini perkiraan kami mau tidak mau akan ada pengurangan untuk penyesuaian harga. Takutnya anak-anak malah tidak makan karena tidak sesuai,” imbuhnya. “Padahal harga awalnya perporsi Rp.11.000-Rp 15.000. Kalau angka ini masih bisa dikelola tapi jika sudah di bawah Rp 10 ribu itu sulit sekali,”jelasnya. Untuk itu ia menekankan agar pemerintah harus memperhatikan situasi yang terjadi dengan indeks kemahalan harga barang di Kota Jayapura saat ini.

“Saya takutnya dengan harga yang semakin turun ini, ke depannya bisa saja terjadi dua kemungkinan yakni dapur tutup atau tetap jalan tetapi tidak lagi memenuhi unsur gizi pada porsi makanan yang disiapkan. Yang penting berjalan saja,”tegasnya. (ans/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|