MEDAN, SUMUTPOS.CO- Dosen Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat 2025 melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) berjudul REHEAT – Reusing Cooking Oil as Alternative Household Fuel in Response to the Energy Crisis, di organisasi Aisyiyah Kampung Dadap, Kelurahan Glugur Darat 1, Medan Timur, Sabtu (13/9/2025).
Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya menjawab tantangan krisis energi dengan memanfaatkan minyak goreng bekas sebagai bahan bakar alternatif rumah tangga. Selain berkontribusi pada pengelolaan limbah rumah tangga, program ini juga hadir sebagai solusi atas kelangkaan dan ketergantungan masyarakat terhadap LPG, yang selama ini menjadi bahan bakar utama di dapur rumah tangga.
Dengan hadirnya teknologi kompor berbahan bakar minyak jelantah, masyarakat kini memiliki alternatif energi yang lebih murah, ramah lingkungan, dan dapat diproduksi secara mandiri.
Program ini diketuai Ir. Muhammad Thoriq Al Fath, S.T., M.T., dengan anggota tim Ir. Gina Cynthia R. Hasibuan, S.T., M.Sc., Ph.D. dan Ir. Tania Alda, S.T., M.T., serta melibatkan mahasiswa FT USU. Kegiatan ini mengajak masyarakat untuk memahami potensi minyak jelantah sebagai sumber energi terbarukan sekaligus memperkuat kemandirian energi rumah tangga.
Selama ini, minyak goreng bekas umumnya hanya dibuang atau digunakan kembali tanpa pengolahan yang memadai, sehingga menimbulkan risiko kesehatan dan pencemaran lingkungan. Melalui program ini, tim FT USU memperkenalkan inovasi sederhana yang dapat mengolah minyak goreng bekas menjadi bahan bakar alternatif untuk keperluan rumah tangga, seperti memasak maupun kebutuhan energi skala kecil. Teknologi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menawarkan solusi praktis dan hemat biaya bagi masyarakat.
Selain memperkenalkan alat, tim juga memberikan pelatihan terkait cara pengolahan, penggunaan, serta perawatan agar ibu-ibu organisasi Aisyiyah dapat mengaplikasikannya secara mandiri dan berkelanjutan. “Harapannya, REHEAT bisa menjadi langkah nyata untuk mengurangi ketergantungan pada LPG sekaligus mendukung pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi energi yang lebih bermanfaat,” ujar Ir Muhammad Thoriq Al Fath.
Thoriq mengungkapkan, program pengabdian kepada masyarakat ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, yang disalurkan melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) USU ke tim pelaksana. “Sumber dana program ini berasal dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2025,” ujarnya.
Menurut Thoriq, dukungan ini memperkuat inovasi berbasis riset untuk pemberdayaan masyarakat serta mendorong transisi menuju energi berkelanjutan. Kegiatan pengabdian REHEAT juga sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), serta SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini, sebut Thoriq, mencakup pengurangan limbah minyak goreng, peningkatan kemandirian energi rumah tangga, serta terciptanya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya transisi energi yang berkelanjutan.
“Dengan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat, REHEAT menjadi bukti nyata bahwa inovasi sederhana dapat menghadirkan dampak besar bagi lingkungan, ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat, sekaligus memperkuat peran perguruan tinggi dalam pemberdayaan komunitas lokal,” pungkasnya. (adz)
MEDAN, SUMUTPOS.CO- Dosen Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat 2025 melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) berjudul REHEAT – Reusing Cooking Oil as Alternative Household Fuel in Response to the Energy Crisis, di organisasi Aisyiyah Kampung Dadap, Kelurahan Glugur Darat 1, Medan Timur, Sabtu (13/9/2025).
Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya menjawab tantangan krisis energi dengan memanfaatkan minyak goreng bekas sebagai bahan bakar alternatif rumah tangga. Selain berkontribusi pada pengelolaan limbah rumah tangga, program ini juga hadir sebagai solusi atas kelangkaan dan ketergantungan masyarakat terhadap LPG, yang selama ini menjadi bahan bakar utama di dapur rumah tangga.
Dengan hadirnya teknologi kompor berbahan bakar minyak jelantah, masyarakat kini memiliki alternatif energi yang lebih murah, ramah lingkungan, dan dapat diproduksi secara mandiri.
Program ini diketuai Ir. Muhammad Thoriq Al Fath, S.T., M.T., dengan anggota tim Ir. Gina Cynthia R. Hasibuan, S.T., M.Sc., Ph.D. dan Ir. Tania Alda, S.T., M.T., serta melibatkan mahasiswa FT USU. Kegiatan ini mengajak masyarakat untuk memahami potensi minyak jelantah sebagai sumber energi terbarukan sekaligus memperkuat kemandirian energi rumah tangga.
Selama ini, minyak goreng bekas umumnya hanya dibuang atau digunakan kembali tanpa pengolahan yang memadai, sehingga menimbulkan risiko kesehatan dan pencemaran lingkungan. Melalui program ini, tim FT USU memperkenalkan inovasi sederhana yang dapat mengolah minyak goreng bekas menjadi bahan bakar alternatif untuk keperluan rumah tangga, seperti memasak maupun kebutuhan energi skala kecil. Teknologi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menawarkan solusi praktis dan hemat biaya bagi masyarakat.
Selain memperkenalkan alat, tim juga memberikan pelatihan terkait cara pengolahan, penggunaan, serta perawatan agar ibu-ibu organisasi Aisyiyah dapat mengaplikasikannya secara mandiri dan berkelanjutan. “Harapannya, REHEAT bisa menjadi langkah nyata untuk mengurangi ketergantungan pada LPG sekaligus mendukung pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi energi yang lebih bermanfaat,” ujar Ir Muhammad Thoriq Al Fath.
Thoriq mengungkapkan, program pengabdian kepada masyarakat ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, yang disalurkan melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) USU ke tim pelaksana. “Sumber dana program ini berasal dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2025,” ujarnya.
Menurut Thoriq, dukungan ini memperkuat inovasi berbasis riset untuk pemberdayaan masyarakat serta mendorong transisi menuju energi berkelanjutan. Kegiatan pengabdian REHEAT juga sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), serta SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini, sebut Thoriq, mencakup pengurangan limbah minyak goreng, peningkatan kemandirian energi rumah tangga, serta terciptanya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya transisi energi yang berkelanjutan.
“Dengan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat, REHEAT menjadi bukti nyata bahwa inovasi sederhana dapat menghadirkan dampak besar bagi lingkungan, ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat, sekaligus memperkuat peran perguruan tinggi dalam pemberdayaan komunitas lokal,” pungkasnya. (adz)