Angioplasti merupakan prosedur medis yang digunakan untuk membuka arteri yang menyempit atau tersumbat. Angioplasti atau ballon angioplasty merupakan terapi radiovaskular yang digunakan untuk pengobatan trombus pada jantung koroner. Trombus dibagi menjadi 3 macam yaitu, merah (trombuskoagulasi), putih (trombus aglutinasi) dan trombus campuran. Trombus merah berarti sel trombosit dan lekosit tersebar rata dalam suatu massa yang terdiri dari eritrosit dan fibrin, biasanya terdapat dalam vena. Trombus putih terdiri atas fibrindan lapisan trombosit, lekosit dengan sedikit eritrosit, biasanya terdapat dalam arteri. Bentuk yang paling banyak adalah bentuk campuran. Trombus vena merupakan endapan intravaskuler yang tersusun dari fibrin dan sel darah merah disertai dengan beberapa komponen trombosit dan lekosit.
Terapi angioplasti salah satu metode yang efektif dalam mengatasi penyumbatan arteri akibat trombus. Namun, keberhasilan terapi angioplasti dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keadaan kesehatan pasien dan teknik yang digunakan selama rangkaian tindakan terapi. Faktor kesehatan pasien, seperti usia, diabetes, hipertensi, dan riwayat merokok, dapat mempengaruhi hasil angioplasti. Tidak sedikit dari penderita penyakit trombus akan gagal pasca terapi, disebabkan pada saat muda penderita tidak menjaga pola hidup sehat dan sering merokok. Pasien yang memiliki kondisi kesehatan yang baik cenderung memiliki hasil yang lebih unggul.
Keberhasilan terapi angioplasti sering kali diukur dari penurunan gejala dan peningkatan aliran darah setelah rangkaian tindakan terapi. Untuk meningkatkan keberhasilan terapi angioplasti, dibutuhkan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai aspek, seperti fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan sistem manajemen rumah sakit. Penilaian mendalam terhadap kondisi kesehatan pasien sebelum prosedur sangat penting untuk mengantisipasi keberhasilan terapi.
Meskipun angioplasty termasuk metode medis yang cukup aman, adapun beberapa risiko yang perlu diperhatikan, seperti penyempitan kembali arteri setelah prosedur yang dapat terjadi pada beberapa pasien. Terkadang, muncul pendarahan atau infeksi yang akan terjadi di tempat sayatan kater dimasukkan. Alat medis selain ballon angioplasti juga menjadi salah satu faktornya apabila alat tersebut tidak steril. Beberapa pasien dapat mengalami alergi terhadap bahan yang digunakan selama proses pembedahan. Dalam beberapa kasus, komplikasi serius seperti serangan jantung atau aritmia dapat terjadi selama atau setelah prosedur angioplasti.
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap efektivitas terapi angioplasti memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Tindakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat mencakup berbagai faktor, mulai dari fasilitas dan sarana, pelatihan tenaga medis, hingga sistem manajemen rumah sakit. Fasilitas kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Peningkatan infrastruktur rumah sakit dan fasilitas kesehatan sangat penting untuk mendukung terapi angioplasti. Fasilitas yang lengkap dan modern dapat meningkatkan kenyamanan pasien dan mempercepat proses pemulihan. Melengkapi peralatan medis yang canggih seiring dengan kemajuan teknologi akan memberikan penanganan kesehatan dengan baik kedepannya. Tersedianya alat medis yang lengkap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam menjalankan kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan hidup dapat tercapai dengan mudah.
Tenaga medis yang terlatih dan berpengalaman sangat berpengaruh terhadap keberhasilan terapi angioplasti. Program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk dokter dan perawat harus diadakan secara rutin agar penanganan trombus dapat terselesaikan dengan baik. Beberapa cara nya antara lain dengan simulasi dan praktik secara langsung pada pasien dapat membantu tenaga medis menguasai teknik angioplasti dengan lebih baik, tentunya tetap dengan SOP dan diawasi oleh ahli. Standar kualitas layanan kesehatan harus dipatuhi oleh semua fasilitas kesehatan agar tujuan dari pemulihan dapat tercapai. Kerja sama antara rumah sakit, klinik, dan lembaga kesehatan lainnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan, agar semua informasi dapat tersalurkan dengan baik.
Sistem yang efektif juga dapat meningkatkan komunikasi antar tim medis dalam penanganan pasien. Manajemen yang baik di rumah sakit dapat meningkatkan kerja cepat dan mengurangi waktu tunggu pasien, dengan begitu para pasien akan segera ditindak lanjuti. Penggunaan teknologi informasi dalam manajemen rumah sakit dapat membantu dalam pengelolaan data pasien dan jadwal operasi. Kemudahan akses pada pelayanan kesehatan harus ditingkatkan, terutama di daerah terpencil. Program transportasi untuk pasien yang membutuhkan terapi angioplasti dapat membantu mengurangi hambatan saat menuju rumah sakit.
Edukasi kepada pasien mengenai prosedur angioplasti dan perawatan pasca operasi sangat penting. Pemaparan tentang pemahaman yang jelas dapat membantu pasien memahami risiko dan manfaat dari terapi, sehingga para pasien tidak akan sembarangan dalam melakukan kegiatan selanjutnya. Program edukasi juga dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan gaya hidup sehat. Tim medis harus mempersiapkan tindakan selanjutnya apabila terjadi komplikasi. Asuransi kesehatan yang meliputi terapi angioplasti dapat meningkatkan kemudahan akses bagi pasien, kebijakan asuransi yang adil dapat membantu pasien dalam mendapatkan perawatan yang diperlukan.
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap efektivitas terapi angioplasti memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Kerja sama antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, rumah sakit, tenaga medis, dan masyarakat, sangat penting dalam meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang baik dapat membantu mencegah berbagai risiko terburuk, seperti peningkatan angka kematian. Karena adanya peningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, diharapkan terapi angioplasti dapat memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien. Petugas kesehatan juga perlu memeriksa dan memperbarui pelayanan secara rutin agar tetap efektif, serta melakukan perbaikan secara berkelanjutan. [*]
Elma Cahya Buana
Mahasiswa Prodi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang