
SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Keberadaan memedi sawah saat ini sudah hampir punah. Selain disebabkan menyempitnya lahan persawahan, juga sudah dianggap tidak efektif mengusir burung pengganggu tanaman padi menjelang dipanen. Di masa lalu masih terdapat banyak memedi sawah. Sementara saat ini sekadar bisa mengusir burung dengan tali temali tanpa memedi sawah.
Sebagai upaya mengenang dan melestarikan budaya tradisi petani, Komunitas seniman di Kampung Literasi Masyarakat Sadar Budaya (Kalimasada) Sleman menghelat Festival Memedi Sawah. Festival yang dihelat untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 akan diselenggarakan pada 24-29 Juni 2025 mulai pukul 09.00 WIB hingga selesai di Kalimasada Padukuhan Pakemgede Kalurahan Pakembinangun Kapanewon Pakem Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Festival ini memperebutkan tropi bergilir KPH Yudanegara, Ph. D dan Piala Bupati Sleman Harda Kiswaya.
Inisiator acara Junaedi, Jumat (13/6/2025) di Kalimasada mengilustrasikan, even digelar sebagai upaya mengingatkan bahwa pernah ada budaya tradisi di sektor pertanian, yakni cara untuk mengantisipasi burung yang suka merusak tanaman padi saat hampir panen. Karenanya, sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan budaya tradisi maka even tersebut juga dilombakan dengan peserta terbuka untuk masyarakat umum.
Selanjutnya, terkait dengan kompetensinya sebagai pegiat sampah, maka Junaedi dan sejumlah seniman yang beraktivitas di Kalimasada memfokuskan pada budaya mengelola sampah, terutama anorganik. Memedi sawah yang dilombakan dibuat dari bahan sampah anorganik dan barang bekas, seperti bekas botol plastik, kaca/beling, ataupun logam/kaleng. Ukuran memedi sawah tinggi 1 – 1,5 meter atau maksimal 2 meter.
“Kebetulan saya pegiat sampah. Pengolahan sampah termasuk budaya lingkungan, mengubah pola pikir. Kegiatan ini dengan edukasi bagaimana mengubah pola pikir masyarakat terhadap sampah dari yang menjadi masalah bisa dicarikan solusi dan pentingnya mengelola sampah. Outputnya memedi sawah,” urai Junaedi.
Ditambahkan Junaedi, memedi sawah dengan bahan baku dari material sampah dibuat di rumah masing-masing peserta selanjutnya dibawa ke arena festival di Kalimasada Jalan Cilikan Dusun Kregan Padukuhan Pakemgede Kalurahan Pakembinangun Kapanewon Pakem Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Peserta bisa kelompok atau perorangan dengan mendaftar ke panitia sampai 20 Juni 2025. Pendaftaran melalui WhatsApp 082322530686. Apabila sudah terdaftar, peserta masuk dalam grup Peserta Festival Memedi Sawah.
Kurator dan juri Festival Memedi Sawah, Trio Adiwijaya menambahkan kriteria penilaian meliputi tiga aspek. Pertama, kreativitas obyek (kesesuaian tema, tingkat kesulitan dalam minimalisme bahan, keunikan pilihan bentuk). Kedua, artistik (pilihan warna, kreativitas kemasan kostum, kreativitas finishing). Ketiga, filosofis (pesan makna yang tersirat dengan kesesuaian tema yang diusung).
Penyelenggara festival memilih dan menetapkan tiga penyaji terbaik sebagai juara atau pemenang festival. Juara I mendapatkan hadiah berupa tropi bergilir, piala, uang pembinaan, dan sertifikat. Sedangkan juara II dan III mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan, piala, dan sertifikat.
“Diharapkan dari festival ini kita bisa melestarikan budaya sebagai kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan jangan sampai hilang. Sebisa mungkin merawat dan mengembangkan tradisi budaya. Bentuk fisik memedi sawah tapi di dalamnya terkandung nilai seni budaya dan tradisi dari leluhur,” ujar Junaedi, sebagaimana dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews. Suhamdani
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.