Order Ketiga dan Terakhir: Pengemudi Ojol di Sleman Tewa Penuh Luka Sayatan

2 weeks ago 26
Dua buah karangan bunga masih terpasang di depan rumah Anggi Damirsyah (42), pengemudi ojol yang tewas usai dibegal penumpangnya, Jumat (13/6/2025) | tribunnews

SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dua karangan bunga masih terpajang di depan sebuah rumah sederhana di Padukuhan Krajan, Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman. Bunga-bunga itu menjadi simbol duka atas kepergian Anggi Damirsyah (42), seorang pengemudi ojek online yang meregang nyawa usai dibegal oleh penumpangnya sendiri.

Rumah bercat putih dengan jendela dan pintu hijau krem itu dulunya dihuni Anggi bersama keluarganya. Ia dikenal sebagai tulang punggung keluarga—seorang ayah dari dua anak yang setiap hari menjemput rezeki sebagai pengojek daring.

Namun, takdir berkata lain. Pada Selasa dini hari, 3 Juni 2025, Anggi mendapat pesanan dari seorang penumpang berinisial BP. Sekitar pukul 03.45 WIB, ia pamit berangkat menjemput dari simpang lima Bogem menuju Purwomartani. Itu adalah orderan ketiganya pagi itu.

Nunung (48), pamannya yang melihat keponakannya berlalu dari rumah, tak pernah menyangka bahwa itu akan menjadi perjalanan terakhir Anggi dalam kondisi sadar.

Menurut keterangan Nunung, penumpang yang dibawa Anggi meminta untuk melewati jalan kampung, bukan jalur utama, dengan dalih mengenal banyak orang di sana. Namun, saat melintasi jalan persawahan yang sepi, pelaku justru mengacungkan senjata tajam dan meminta handphone serta dompet milik Anggi.

Sadar dirinya hendak dibegal, Anggi menjatuhkan motor dan melawan. Terjadilah perkelahian sengit selama sekitar lima menit. Tubuh Anggi penuh luka sayatan, namun ia sempat berhasil menindih tubuh pelaku untuk melumpuhkannya. Naas, saat ia meminta pertolongan pada seorang warga yang kebetulan lewat, warga tersebut justru panik dan tak mampu membantu. Bahkan, bronjong yang dibawanya mengenai wajah Anggi hingga pelaku berhasil melarikan diri.

Warga akhirnya datang dan membawa Anggi ke Rumah Sakit Bhayangkara dalam kondisi bersimbah darah. Meski tubuhnya penuh luka tusuk dan sayatan, saat itu Anggi masih sadar dan sempat menceritakan kronologi kejadian pada Nunung.

Sekitar pukul 10.00 WIB, Anggi diperbolehkan pulang. Namun, malam harinya, ia mulai merasakan sakit di bagian perut. Luka kecil yang tampak sepele ternyata menembus hingga usus besar. Ia kembali dilarikan ke rumah sakit dan langsung dirujuk ke RSUP dr Sardjito.

“Setelah CT scan, malamnya langsung dioperasi. Operasinya berhasil, tapi sejak itu dia tidak sadar lagi,” ujar sang ibu, Ida (65), dengan suara lirih.

Selama dirawat lima hari di ruang ICU, kondisi Anggi terus menurun. Hari pertama pascaoperasi, dokter menyatakan ginjalnya bermasalah. Keesokan harinya, ginjalnya dinyatakan gagal total. Sampai akhirnya, pada Senin (9/6/2025), Anggi menghembuskan napas terakhir.

Jenazah Anggi dimakamkan sore harinya di TPU Karangkalasan. Tangis keluarga tak terbendung. Sepeda motornya, yang masih penuh cipratan darah, bahkan belum sanggup dilihat oleh adik Anggi hingga hari ini.

Kepergian Anggi menyisakan duka mendalam bagi keluarga: istri, dua putranya, sang ibu, adik, dan kerabat dekat lainnya. Ia pergi saat sedang bekerja untuk keluarganya—meninggalkan jejak perjuangan, luka, dan kehilangan yang sulit terobati.  

www.tribunnews.com

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|