Sebut Pemerkosaan 1998 Hanya Rumor, Fadli Zon Dituding Lakukan Kekerasan Baru

2 weeks ago 26
Menteri Kebudayaan Fadli Zon ditemui usai mengikuti salat Idul Adha di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (6/6/2025) | tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon banjir kecaman. Pasalnya, dalam sebuah wawancara publik, ia menyebut pemerkosaan massal yang terjadi saat kerusuhan Mei 1998 hanyalah rumor belaka. Pernyataan ini memicu kemarahan berbagai organisasi perempuan dan kelompok masyarakat yang menilai Fadli Zon telah mengingkari fakta sejarah dan menambah luka bagi para penyintas kekerasan seksual.

Aliansi Perempuan Indonesia – yang terdiri dari berbagai kelompok pembela hak perempuan dan korban kekerasan seksual – menilai ucapan Fadli Zon bukan sekadar kekeliruan, melainkan bentuk kekerasan baru yang melukai para penyintas dan keluarganya. “Ketika Menteri Fadli Zon bilang itu cuma rumor, itu bukan sekadar salah bicara. Itu adalah bentuk kekerasan baru yang menolak mengakui kebenaran,” ujar Siti Umul Khoir dari Koalisi Perempuan Indonesia dalam konferensi pers daring, Sabtu (14/6/2025).

Aliansi juga mengingatkan bahwa peristiwa pemerkosaan massal terhadap perempuan, banyak di antaranya berasal dari etnis Tionghoa, telah diakui secara resmi oleh negara melalui Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk era Presiden BJ Habibie.

Kemarahan serupa datang dari Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI). Perwakilannya, Diyah Wara Restiyati, mengenang trauma diskriminasi yang dialami etnisnya semasa kerusuhan 1998. “Kami sudah mengalami kekerasan hanya karena kami Tionghoa. Pernyataan Menteri Fadli Zon itu benar-benar sangat melukai kami,” ujarnya lirih.

Sementara itu, Tuba Fallopi dari Forum Aktivis Perempuan Muda (FAMM) Indonesia menyebut komentar Fadli Zon sebagai pemantik trauma. Ia menyayangkan bagaimana seorang pejabat publik bisa dengan mudah mengabaikan luka sejarah yang telah diakui negara. “Pernyataan seperti itu menunjukkan rendahnya empati dan minimnya komitmen pemulihan hak penyintas kekerasan seksual 1998,” ujar Tuba.

Aliansi Perempuan Indonesia menuntut Fadli Zon mencabut pernyataannya dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Mereka mengingatkan, jika dibiarkan, pernyataan seorang menteri akan dianggap sebagai kebenaran dan membelokkan narasi sejarah.

Ucapan Fadli Zon itu disampaikan dalam wawancara dengan jurnalis Uni Zulfiani Lubis untuk IDN Times yang ditayangkan Rabu (11/6/2025). Dalam tayangan tersebut, Fadli menyebut pemerkosaan massal sebagai “cerita” yang tak pernah terbukti secara dokumentatif. “Pemerkosaan massal kata siapa itu? Enggak pernah ada proof-nya. Itu adalah cerita. Kalau ada, tunjukkan,” ucapnya.

Fadli juga mengaku telah menantang sejarawan membuktikan hal tersebut, namun menurutnya tidak ada yang berhasil menunjukkan bukti valid. “Saya pernah membantah itu, dan mereka tidak bisa buktikan,” katanya.

www.tempo.co

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|