JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dulu, tanpa bertarung pun, Kaesang Pangarep langsung duduk di singgasana Partai Solidaritas Indonesia (PSI) setelah dua hari sebelumnya mendaftar sebagai anggota partai berlambang bunga mawar itu. Itu terjadi ketika ayahnya, Joko Widodo (Jokowi) masih menjabat sebagai Presiden RI.
Kini situasinya berbalik. Jokowi telah lengser dari kursi kekuasaan dan tak lagi menjadi magnet elektoral sekuat dulu. Dalam situasi inilah, Kaesang memilih jalur resmi untuk mencalonkan diri kembali sebagai Ketua Umum PSI melalui mekanisme kontestasi terbuka.
Pendaftaran dilakukan pada Sabtu (21/6/2025), ditandai dengan penyerahan berkas dukungan dari 10 DPW dan 75 DPD PSI kepada panitia seleksi di Kantor DPP PSI, Jakarta. Kedatangannya disambut sorak-sorai para pendukung yang telah berkumpul lebih awal di sekitar lokasi.
Kaesang mengaku sudah berkonsultasi dengan Jokowi sebelum mengambil keputusan itu. Ia menegaskan bahwa ayahnya tidak akan turut serta dalam bursa ketua umum PSI. “Kami sudah bicara. Tidak mungkin seorang ayah bersaing dengan anaknya dalam satu partai,” katanya.
Namun, langkah Kaesang kali ini tidak berjalan mulus seperti sebelumnya. Ia harus menghadapi persaingan ketat dari kandidat lain, salah satunya adalah Ronald A. Sinaga alias Bro Ron, kader lama yang dikenal berintegritas dan aktif di akar rumput.
Bro Ron bahkan lebih dulu menyerahkan dokumen dukungan yang tak kalah kuat—6 DPW dan 35 DPD PSI. Menariknya, Kaesang mengakui tidak menduga Bro Ron mampu menggalang kekuatan secepat itu. “Pergerakannya diam-diam, dan itu membuat saya terkejut,” ujar Kaesang.
Dengan nada waspada, Kaesang menyebut Bro Ron sebagai pesaing yang harus diperhitungkan. “Jujur saya tidak melihat pergerakan beliau sebelumnya, tapi ternyata beliau bisa membuktikan. Jadi saya anggap ini kompetisi yang serius,” ujarnya.
Dalam pidatonya usai mendaftar, Kaesang kembali menggaungkan ambisi PSI untuk menembus Senayan di Pemilu 2029 dan menambah jumlah kepala daerah dari kalangan kader sendiri. Ia juga mengisyaratkan bakal ada tokoh besar yang segera bergabung dengan PSI, walau belum menyebut nama.
“Saya ingin PSI tetap menjadi partai anak muda. Kita harus bersiap untuk menyambut tokoh-tokoh besar yang akan bergabung,” ucapnya di depan para pendukung.
Sebelumnya, Jokowi juga sempat menegaskan dirinya tetap setia bersama PSI, meskipun sempat disebut-sebut masuk radar PPP dan partai lain. Kepada awak media, Jokowi menepis isu tersebut dan mengatakan, “Saya di PSI saja.”
Dengan semakin terbukanya proses seleksi Ketum PSI kali ini, publik akan menyaksikan apakah Kaesang mampu mempertahankan posisinya bukan karena nama besar ayahnya, melainkan dari kekuatan basis dukungan internal yang nyata.
Pilihan Kaesang untuk mengikuti kontestasi secara terbuka mungkin menjadi upaya membungkam kritik soal “jalur tol politik” yang sebelumnya ia lalui. Namun, pertanyaannya kini: apakah ia siap bila jalur ini bukan lagi jalan ninja yang penuh karpet merah? [*]
Tabel Perbandingan Kaesang Pangarep vs Ronal Sinaga
Aspek | Kaesang Pangarep | Ronal Sinaga |
Jabatan dalam PSI | Ketua Umum PSI (langsung diangkat, 2023) | Kader senior, dikenal luas sejak awal berdirinya PSI |
Proses Kaderisasi | Tidak ada proses kaderisasi publik yang diketahui | Mengikuti kaderisasi dari bawah, melalui proses panjang |
Pengalaman Politik | Minim (baru masuk partai langsung dijadikan Ketum) | Aktif sebagai juru bicara, orator, dan penggerak akar rumput PSI |
Basis Elektabilitas | Nama besar Jokowi (ayahnya), sorotan media, citra “anak presiden” | Gagasan dan suara militan dari sayap ideologis PSI |
Jaringan Politik | Tergantung kekuasaan Jokowi dan lingkar istana | Berbasis jaringan aktivis, relawan akar rumput PSI |
Gaya Komunikasi Publik | Santai, jenaka, berbasis medsos dan meme | Serius, tajam, ideologis, sering menyuarakan isu HAM dan antikorupsi |
Citra Publik | Dikenal sebagai anak Presiden, pengusaha muda, dan figur “politik instan” | Dikenal sebagai kader militan, konsisten dalam narasi reformasi |
Legitimasi Kepemimpinan | Didukung penuh struktur pusat karena faktor Jokowi (saat menjabat presiden) | Diakui banyak kader lama sebagai representasi semangat awal PSI |
Sumber Kekuatan | Nepotisme politik (dukungan Jokowi, efek dinasti) | Pengalaman, konsistensi, dan loyalitas kader ideologis |
Tanggapan Publik | Banyak dipertanyakan, dianggap produk “jalan tol politik” | Dipandang lebih “layak tanding” meski kalah dari sisi popularitas |
Berbagai Sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.