Melihat Aktifitas Volunter Skouw Future Beri Edukasi Anak-anak Perbatasan
Bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja, tak mesti di dalam ruang gedung. Itulah yang dilakukan Agnes Beatriks Runtuboy bersama relawan Skouw Future di Kampung Skouw Sae. lantas seperti apa perjalanan mereka ?
Laporan: Elfira_Jayapura
Semangat mengajar tumbuh dalam jiwa Agnes Beatriks Runtuboy, pendiri Skouw Future. Tiga tahun ia dan volunter lainnya mengisi waktu mengajarkan bahasa inggris kepada anak-anak di Kampung Skouw Sae, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.
Untuk menuju Kampung Skouw Sae, yang berjarak sekitar 46 km dari pusat Kota Jayapura, butuh waktu satu setengah jam lebih. Namun, jarak tak mematahkan semangat perempuan 24 tahun ini untuk mencerdaskan anak-anak di kampung, yang rata-rata penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan nelayan.
Agnes adalah seorang mahasiswi Poltekes semester akhir. Ia juga anak asli Skouw Sae. Di tengah kesibukannya, perempuan yang hobi membaca ini memiliki keinginan mencerdaskan anak-anak Skouw melalui bahasa inggris yang diajarkan setiap akhir pekan.
Total ada 40 anak Skouw Sae yang rutin belajar bahasa inggris. Ada pelajar SD, SMP dan SMA. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, dengan volunter berjumlah 18 orang yang mengajar tanpa pamrih dan tanpa imbalan apa pun.
“Sesaat sebelum mengajar, kami harus menjemput satu per satu ke rumah mereka. Dan setelah selesai, kami mengantarkan pulang. Namun, ada juga orang tua yang mengantar anak mereka dan menunggu hingga pelajaran usai,” ucap perempuan yang pernah mengikuti pertukaran pelajar ini.
Setiap akhir pekan, puluhan anak-anak melantai di bawah tugu yang lokasinya di Taman Wisata Skouw Sae, ada juga yang melantai di bawah pohon sembari didampingi volunter yang biasa mereka sapa dengan Mrs dan Mr. Bagi mereka, belajar bisa di mana saja.
Belasan volunteer atau relawan ini mengajarkan bahasa inggris dasar kepada anak-anak. Namun terlepas dari itu, Agnes bersama para volunter ingin membangun kepercayaan diri dan mengasah pola pikir anak-anak di wilayah yang berbatasan dengan PNG itu.
“Menurut saya bahasa inggris itu penting, sebagaimana motto Sagu Foundation tempat saya belajar “Jika tahu bahasa inggris, maka kau akan merasa rumah di mana saja”. Dan saya rasa itu betul. Sebab, ketika tahu bahasa inggris. Saya banyak mengikuti ajang olimpiade hingga berangkat ke luar negeri,” tuturnya.
Melihat Aktifitas Volunter Skouw Future Beri Edukasi Anak-anak Perbatasan
Bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja, tak mesti di dalam ruang gedung. Itulah yang dilakukan Agnes Beatriks Runtuboy bersama relawan Skouw Future di Kampung Skouw Sae. lantas seperti apa perjalanan mereka ?
Laporan: Elfira_Jayapura
Semangat mengajar tumbuh dalam jiwa Agnes Beatriks Runtuboy, pendiri Skouw Future. Tiga tahun ia dan volunter lainnya mengisi waktu mengajarkan bahasa inggris kepada anak-anak di Kampung Skouw Sae, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.
Untuk menuju Kampung Skouw Sae, yang berjarak sekitar 46 km dari pusat Kota Jayapura, butuh waktu satu setengah jam lebih. Namun, jarak tak mematahkan semangat perempuan 24 tahun ini untuk mencerdaskan anak-anak di kampung, yang rata-rata penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan nelayan.
Agnes adalah seorang mahasiswi Poltekes semester akhir. Ia juga anak asli Skouw Sae. Di tengah kesibukannya, perempuan yang hobi membaca ini memiliki keinginan mencerdaskan anak-anak Skouw melalui bahasa inggris yang diajarkan setiap akhir pekan.
Total ada 40 anak Skouw Sae yang rutin belajar bahasa inggris. Ada pelajar SD, SMP dan SMA. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, dengan volunter berjumlah 18 orang yang mengajar tanpa pamrih dan tanpa imbalan apa pun.
“Sesaat sebelum mengajar, kami harus menjemput satu per satu ke rumah mereka. Dan setelah selesai, kami mengantarkan pulang. Namun, ada juga orang tua yang mengantar anak mereka dan menunggu hingga pelajaran usai,” ucap perempuan yang pernah mengikuti pertukaran pelajar ini.
Setiap akhir pekan, puluhan anak-anak melantai di bawah tugu yang lokasinya di Taman Wisata Skouw Sae, ada juga yang melantai di bawah pohon sembari didampingi volunter yang biasa mereka sapa dengan Mrs dan Mr. Bagi mereka, belajar bisa di mana saja.
Belasan volunteer atau relawan ini mengajarkan bahasa inggris dasar kepada anak-anak. Namun terlepas dari itu, Agnes bersama para volunter ingin membangun kepercayaan diri dan mengasah pola pikir anak-anak di wilayah yang berbatasan dengan PNG itu.
“Menurut saya bahasa inggris itu penting, sebagaimana motto Sagu Foundation tempat saya belajar “Jika tahu bahasa inggris, maka kau akan merasa rumah di mana saja”. Dan saya rasa itu betul. Sebab, ketika tahu bahasa inggris. Saya banyak mengikuti ajang olimpiade hingga berangkat ke luar negeri,” tuturnya.