SUMUTPOS.CO – Universitas Medan Area (UMA) kembali melaksanakan kiprah internasionalnya dengan menggelar Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang inovatif dan berorientasi pada penguatan karakter siswa.
Dosen dan mahasiswa Magister Psikologi Pascasarjana UMA, 18 November 2024 lalu, mengunjungi Hatjaivitayakarn School, South Thailand, untuk menyampaikan materi bertema “Pentingnya Self-Compassion dalam Pendidikan di Sekolah” kepada para siswa.
Kegiatan ini bukan sekadar pengabdian biasa; ini adalah wujud kolaborasi strategis antara Program PKM dan Widyakarya Program Studi Magister Psikologi UMA. Dengan mengintegrasikan pengabdian internasional ke dalam Widyakarya, UMA berhasil menciptakan sinergi positif antara akademisi, penelitian, serta pengabdian nyata kepada masyarakat global.
Langkah ini menegaskan komitmen UMA dalam menghadirkan pendekatan pendidikan yang berdampak luas, melampaui batas wilayah, budaya, dan bahasa.
Mengangkat Isu Self-Compassion: Pilar Karakter Siswa Tema “Pentingnya Self-Compassion dalam Pendidikan di Sekolah” dipilih bukan tanpa alasan.
Di era kompetisi global yang semakin ketat, siswa rentan mengalami tekanan akademik, tantangan sosial, dan guncangan emosional. Self-compassion, atau sikap welas asih terhadap diri sendiri, menjadi kunci untuk membangun fondasi mental yang kokoh.
Dengan memilikinya, siswa akan:
1. Lebih Tangguh Menghadapi Tekanan
Mereka belajar menerima kesalahan sebagai bagian dari proses belajar, alih-alih menyerah atau mencela diri sendiri.
2. Menumbuhkan Sikap Peduli Terhadap Sesama
Memahami diri sendiri dengan baik akan memperluas empati terhadap orang lain, mengurangi perilaku perundungan (bullying) dan mendorong terciptanya lingkungan belajar yang harmonis.
3.Meningkatkan Kesehatan Mental
Self-compassion membantu siswa menjaga keseimbangan emosi, sehingga mereka dapat bertumbuh menjadi pribadi yang lebih stabil dan berdaya tahan dalam menghadapi tantangan masa depan.
Tim Pelaksana kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Salamiah Sari Dewi, S.Psi, M.Psi, bersama delapan mahasiswa Magister Psikologi UMA Sahrani Anggraini, Titin Dimayanti, Afriyanti, Nurhafni Zahara, Fuad Hasan Daulay, Laila Ramadhani, Sasa Raci, dan Chenrika Arabella Tjeriawan mendapat sambutan hangat dari Kepala Sekolah Hatjaivitayakarn School.
Kehadiran tim ini mencerminkan semangat anak muda Indonesia yang ingin terlibat langsung dalam membangun karakter generasi penerus bangsa, tidak hanya di tanah air, tetapi juga di pentas dunia.
Kegiatan PKM ini membuktikan bahwa pendidikan tidak boleh berhenti di dalam kelas. Interaksi lintas budaya yang hangat, transfer pengetahuan yang bermakna, dan proses saling belajar yang kaya dapat membentuk generasi muda yang berwawasan luas.
Lebih dari sekadar angka dan nilai akademik, pendidikan sejatinya berfungsi sebagai katalis terbentuknya pribadi yang berintegritas, berempati, dan berani menghadapi kompleksitas dunia modern.
Diharapkan, langkah strategis UMA, M.Psi ini akan menginspirasi institusi pendidikan lain untuk mengembangkan program serupa, memajukan dialog internasional, serta menekankan pentingnya membangun karakter positif dalam generasi masa depan.
Seiring berjalannya waktu, semoga benih self-compassion yang ditanamkan di Hatjaivitayakarn School dapat tumbuh subur, menguatkan pendidikan global yang bermakna, inklusif, dan berkelanjutan.
Dengan semangat kolaborasi lintas batas, UMA,M.Psi menunjukkan bahwa pengetahuan bisa menjembatani perbedaan dan mengubah dunia satu langkah kecil yang bermakna, satu hati yang lebih peduli. (mag-2)