Gelombang Tinggi, Nelayan Ragu-ragu Melaut

2 weeks ago 6

JAYAPURA – Untuk mengurangi terjadinya laka laut para Nelayan yang melakukan penangkapan ikan di laut lepas, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Dok II Jayapura telah mengeluarkan peringatan terkait potensi gelombang tinggi yang akan terjadi di Samudera Pasifik Utara Papua.

  Peringatan waspada potensi gelombang tinggi tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Jayapura, Heri Purnomo, S.Si, saat dihubungi Cenderawasih Pos, Rabu (23/10).

  “Berdasarkan informasi terkini, Siklon Tropis Trami terpantau berada di Perairan timur laut Filipina, yang menyebabkan terbentuknya wilayah konvergensi di Samudra Pasifik barat yaitu di wilayah Perairan utara Indonesia,” jelas Heri.

  Menanggapi peringatan BMKG tersebut, salah satu nelayan di Hamadi, La Ode (30), mengaku  bahwa kondisi gelombang tinggi tersebut memang sudah terjadi beberapa pekan terakhir. Namun para nelayan masih tetap melaut, sesuai dengan batas yang telah ditentukan, yakni hanya 15 Km dari tepi pantai jika kondisi tidak memungkinkan.

  “Gelombang tinggi ini sudah terjadi beberapa Minggu terakhir ini, tetapi saya lupa mulainya kapan. Kalau kondisi seperti ini kita tidak berani melaut, karena membahayakan keselamatan. kalaupun paksa kita hanya bisa sampai pada jarak 15 Km saja,” ujar La ode, kepada Cenderawasih Pos, Jumat (25/10) siang.

   La Ode menambah bahwa para nelayan akan bisa melaut 3-4 hari di tengah laut jika cuacanya mendukung, akan tetapi jika kondisi cuacanya buruk maka para nelayan hanya mampu satu (1) hari saja.

  Adapun antisipasi yang disampaikan La Ode jika terjadi kecelakaan di tengah laut ketika gelombang tinggi tiba, diantaranya menyiapkan alat pelampung, jaket pelampung hingga alat komunikasi dan sebelum melaut pastikan bahan bakar dan kebutuhan lainnya terpenuhi.

  Hal yang sama juga disampaikan nelayan lainnya, Junaidi. “Kalau ombaknya sekarang mencapai tiga meteran jadi gak berani melaut terlalu ke dalam karena berbahaya,” ujar Junaidi.

  Para nelayan hanya bisa pasrah menunggu gelombang tinggi reda. Sembari menunggu, mereka memperbaiki perahu dan jaring, serta merawat mesin.

  Sebagaiamana disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Jayapura, Heri Purnomo, sebelumnya, pertumbuhan awan konvektif dan awan hujan di wilayah Samudera Pasifik utara Papua hingga Laut Selebes berpotensi meningkatkan kecepatan angin di Samudera Pasifik Utara Papua, yang dapat mencapai 25 knot. Hal ini, jelas dia akan berpotensi meningkatkan tinggi gelombang di wilayah tersebut.

  Kepala Stasiun Meteorologi Maritim itu menjelaskan, waspada potensi gelombang tinggi akan mencapai 1.25 – 2.5 meter di Samudera Pasifik utara Papua. Kemudian Angin Kencang dengan kecepatan 25-30 knot berpotensi terjadi di Samudera Pasifik utara Papua. Angin kencang dengan kecepatan mencapai 20 knot juga berpotensi terjadi di Perairan Biak, Perairan Waropen, Teluk Cenderawasih dan Perairan Jayapura-Sarmi.

  Untuk itu ia menghimbau kepada masyarakat tetap waspada dan mengikuti perkembangan cuaca melalui informasi resmi dari BMKG. (Kar/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Untuk mengurangi terjadinya laka laut para Nelayan yang melakukan penangkapan ikan di laut lepas, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Dok II Jayapura telah mengeluarkan peringatan terkait potensi gelombang tinggi yang akan terjadi di Samudera Pasifik Utara Papua.

  Peringatan waspada potensi gelombang tinggi tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Jayapura, Heri Purnomo, S.Si, saat dihubungi Cenderawasih Pos, Rabu (23/10).

  “Berdasarkan informasi terkini, Siklon Tropis Trami terpantau berada di Perairan timur laut Filipina, yang menyebabkan terbentuknya wilayah konvergensi di Samudra Pasifik barat yaitu di wilayah Perairan utara Indonesia,” jelas Heri.

  Menanggapi peringatan BMKG tersebut, salah satu nelayan di Hamadi, La Ode (30), mengaku  bahwa kondisi gelombang tinggi tersebut memang sudah terjadi beberapa pekan terakhir. Namun para nelayan masih tetap melaut, sesuai dengan batas yang telah ditentukan, yakni hanya 15 Km dari tepi pantai jika kondisi tidak memungkinkan.

  “Gelombang tinggi ini sudah terjadi beberapa Minggu terakhir ini, tetapi saya lupa mulainya kapan. Kalau kondisi seperti ini kita tidak berani melaut, karena membahayakan keselamatan. kalaupun paksa kita hanya bisa sampai pada jarak 15 Km saja,” ujar La ode, kepada Cenderawasih Pos, Jumat (25/10) siang.

   La Ode menambah bahwa para nelayan akan bisa melaut 3-4 hari di tengah laut jika cuacanya mendukung, akan tetapi jika kondisi cuacanya buruk maka para nelayan hanya mampu satu (1) hari saja.

  Adapun antisipasi yang disampaikan La Ode jika terjadi kecelakaan di tengah laut ketika gelombang tinggi tiba, diantaranya menyiapkan alat pelampung, jaket pelampung hingga alat komunikasi dan sebelum melaut pastikan bahan bakar dan kebutuhan lainnya terpenuhi.

  Hal yang sama juga disampaikan nelayan lainnya, Junaidi. “Kalau ombaknya sekarang mencapai tiga meteran jadi gak berani melaut terlalu ke dalam karena berbahaya,” ujar Junaidi.

  Para nelayan hanya bisa pasrah menunggu gelombang tinggi reda. Sembari menunggu, mereka memperbaiki perahu dan jaring, serta merawat mesin.

  Sebagaiamana disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Jayapura, Heri Purnomo, sebelumnya, pertumbuhan awan konvektif dan awan hujan di wilayah Samudera Pasifik utara Papua hingga Laut Selebes berpotensi meningkatkan kecepatan angin di Samudera Pasifik Utara Papua, yang dapat mencapai 25 knot. Hal ini, jelas dia akan berpotensi meningkatkan tinggi gelombang di wilayah tersebut.

  Kepala Stasiun Meteorologi Maritim itu menjelaskan, waspada potensi gelombang tinggi akan mencapai 1.25 – 2.5 meter di Samudera Pasifik utara Papua. Kemudian Angin Kencang dengan kecepatan 25-30 knot berpotensi terjadi di Samudera Pasifik utara Papua. Angin kencang dengan kecepatan mencapai 20 knot juga berpotensi terjadi di Perairan Biak, Perairan Waropen, Teluk Cenderawasih dan Perairan Jayapura-Sarmi.

  Untuk itu ia menghimbau kepada masyarakat tetap waspada dan mengikuti perkembangan cuaca melalui informasi resmi dari BMKG. (Kar/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|