JAYAPURA-Penataan pasar di Kota Jayapura butuh perhatian serius dari Pemerintah Kota Jayapura. Pasalnya pedagang yang selama ini berjualan di areal jalan masuk Pasar Otonom Kotaraja, justru beralih ke ke jalan baru otonom, di poros jalan Skyline-Tanah Hitam.
Penertiban yang dilakukan Pemkot Jayapura tanpa solusi tepat, justu membuat pedagang menjadi amburadul berjualan di sembarang tempat. Dimana dari pantauan Cendrawasih pos, Rabu (30/10) kemarin, sepanjang jalan baru, mulai dari pertigaan masuk Kantor BPN Kota, sampai di depan Gedung Papua Youth Creative Hub makin dipadati dengan pedagang yang menggelar dagangannya di pinggir jalan.
Kondisi ini tidak hanya menimbulkan kemacetan, serta merusak tatanan Kota, tapi juga berdampak fatal bagi pengguna jalan maupun pedagang itu sendiri, karena transaksi jual beli dilakukan di bahu jalan.
Menurut Jamila, salah satu penjual buah di tempat itu. Sudah hampir dua minggu mereka berjualan di tempat tersebut. Hal Itu terjadi lantaran, lapak jualan mereka yang di jalan otonom Kotaraja telah ditertibkan oleh Pemerintah Kota Jayapura.
Namun karena desakan kebutuhan ekomomi, terpaksa mereka harus beralih ke jalan poros.
“Mau tidak mau, harus jualan di jalan utama, daripada anak dan suami tidak makan, karena kehidupan kami hanya berharap dari hasil jualan,” tuturnya kepada Cenderawasih Pos, Rabu (30/10).
Diapun mengaku meski berjualan di jalan poros, namun omzet jualan tidak menentu. Hal itu disebabkan tempat jualannya tidak memadai. “Kami hanya jualan seadanya, kalau hujan, maka tidak bisa jualan, karena kami tidak punya tenda,” bebernya.
Perempuan berusia 46 tahun itu mengharapkan adanya perhatian pemerintah, agar mereka bisa mendapatkan tempat jualan yang representatif. “Kenapa kami jual di jalan? karena sampai sekarang kami belum dapat tempat di dalam pasar, padahal kami ini tinggal di Kota Jayapura, harusnya untuk lapak jualan, bisa diprioritaskan,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Abas Manggasari (63). Dia terpaksa berjualan di jalan poros tersebut lantaran blok ataupun lapak yang ada di dalam areal pasar Otonom sudah terisi penuh.
Dahulunya, pria 63 tahun itu mendapat tempat di areal pasar, namun karena lahan tersebut telah diklaim oleh PT Bintang Mas sehingga terpaksa mereka beralih ke mata jalan masuk pasar.
Akan tetapi karena lapaknya yang ada di jalan masuk tersebut telah ditertibkan oleh Pemkot Jayapura, maka terpaksa dia ikut berjualan di jalan poros. “Bagaimana pun saya harus jualan, anak dan istri saya butuh makan,” tuturnya.
JAYAPURA-Penataan pasar di Kota Jayapura butuh perhatian serius dari Pemerintah Kota Jayapura. Pasalnya pedagang yang selama ini berjualan di areal jalan masuk Pasar Otonom Kotaraja, justru beralih ke ke jalan baru otonom, di poros jalan Skyline-Tanah Hitam.
Penertiban yang dilakukan Pemkot Jayapura tanpa solusi tepat, justu membuat pedagang menjadi amburadul berjualan di sembarang tempat. Dimana dari pantauan Cendrawasih pos, Rabu (30/10) kemarin, sepanjang jalan baru, mulai dari pertigaan masuk Kantor BPN Kota, sampai di depan Gedung Papua Youth Creative Hub makin dipadati dengan pedagang yang menggelar dagangannya di pinggir jalan.
Kondisi ini tidak hanya menimbulkan kemacetan, serta merusak tatanan Kota, tapi juga berdampak fatal bagi pengguna jalan maupun pedagang itu sendiri, karena transaksi jual beli dilakukan di bahu jalan.
Menurut Jamila, salah satu penjual buah di tempat itu. Sudah hampir dua minggu mereka berjualan di tempat tersebut. Hal Itu terjadi lantaran, lapak jualan mereka yang di jalan otonom Kotaraja telah ditertibkan oleh Pemerintah Kota Jayapura.
Namun karena desakan kebutuhan ekomomi, terpaksa mereka harus beralih ke jalan poros.
“Mau tidak mau, harus jualan di jalan utama, daripada anak dan suami tidak makan, karena kehidupan kami hanya berharap dari hasil jualan,” tuturnya kepada Cenderawasih Pos, Rabu (30/10).
Diapun mengaku meski berjualan di jalan poros, namun omzet jualan tidak menentu. Hal itu disebabkan tempat jualannya tidak memadai. “Kami hanya jualan seadanya, kalau hujan, maka tidak bisa jualan, karena kami tidak punya tenda,” bebernya.
Perempuan berusia 46 tahun itu mengharapkan adanya perhatian pemerintah, agar mereka bisa mendapatkan tempat jualan yang representatif. “Kenapa kami jual di jalan? karena sampai sekarang kami belum dapat tempat di dalam pasar, padahal kami ini tinggal di Kota Jayapura, harusnya untuk lapak jualan, bisa diprioritaskan,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Abas Manggasari (63). Dia terpaksa berjualan di jalan poros tersebut lantaran blok ataupun lapak yang ada di dalam areal pasar Otonom sudah terisi penuh.
Dahulunya, pria 63 tahun itu mendapat tempat di areal pasar, namun karena lahan tersebut telah diklaim oleh PT Bintang Mas sehingga terpaksa mereka beralih ke mata jalan masuk pasar.
Akan tetapi karena lapaknya yang ada di jalan masuk tersebut telah ditertibkan oleh Pemkot Jayapura, maka terpaksa dia ikut berjualan di jalan poros. “Bagaimana pun saya harus jualan, anak dan istri saya butuh makan,” tuturnya.