Penyakit PMK Kembali Merebak di Sleman, 3 Sapi Mati

3 days ago 9
Ilustrasi ternak sapi yang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) | dok. Joglosemarnews

SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tiga ekor sapi milik warga Sleman mati lantaran mengidap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), yang kembali merebak dan menyerang ternak-ternak di wilayah tersebut.

Tercatat, sepanjang tahun 2024, dilaporkan ada tiga ekor sapi mati akibat penyakit hewan yang sangat menular itu. Pemerintah setempat melakukan pencegahan penyakit ini dengan vaksinasi dan pengujian sampel ternak.

Menurut penjelasan Plt Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Ir. Suparmono, sepanjang Januari hingga Desember 2024, berdasarkan data Isikhnas kasus PMK yang menyerang ternak di Sleman ditemukan 317 kasus dari 97.020 ekor populasi ternak di Sleman yang rawan terpapar. Adapun rinciannya, 282 kasus aktif dan 32 ekor ternak sembuh.

“Yang mati sebanyak 3 ekor. Semuanya sapi,” kata Suparmono, Selasa (31/12/2024).

Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, kata dia, telah melakukan tindakan pengendalian berupa peningkatan surveilans, investigasi, pengambilan sampel dan pengujian untuk mengidentifikasi sumber penularan, faktor risiko dan epidemiologi penyakit maupun penyebab kematian ternak bekerjasama dengan BBVet Wates.

Petugas di lapangan juga telah meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi kepada para peternak untuk meningkatkan biosecurity pada kandang-kandang ternak.

Apabila ditemukan hewan sakit, maka peternak diminta segera melaporkan dan kandang ditutup sementara. Edukasi PMK juga dilakukan terhadap para pedagang ternak di pasar hewan.

Sementara itu, soal vaksinasi, DP3 Kabupaten Sleman telah mulai melakukan kegiatan vaksinasi ternak sejak tahun 2022 lalu sebanyak 37.145 dosis. Berlanjut tahun 2023 sejumlah 39.445 dosis, dan di tahun 2024 ada 19.187 dosis yang disuntikkan pada sapi, kambing, domba dan kerbau.

Kemudian ada 250 dosis vaksin yang disuntikkan pada 29-31 Desember 2024 yang dilakukan Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI) DIY yang mendapatkan bantuan vaksin PMK dari Kementerian Pertanian.

Pascaimunisasi, untuk mengetahui efektifitas terbentuknya antibodi ternak terhadap serangan PMK juga dilakukan melalui kegiatan surveilans oleh BBvet Wates. Caranya dengan mengambil sampel pada 18 hari setelah ternak disuntik vaksin.

“Ada 60 sampel yang telah diambil dengan capaian 83,3 persen. Artinya bahwa vaksinasi PMK yang dilakukan terbukti efektif dalam pembentukan antibodi terhadap PMK,” ujar Suparmono.

Mantan Panewu Cangkringan ini juga mengungkapkan, tindakan pengendalian PMK lainnya dilakukan pemerintah melalui penegakan diagnosa laboratorium PMK yang dilaksanakan di Bbvet Wates.

Kegiatan ini dilakukan terhadap sampel dari ternak yang menunjukkan gejala klinis dan ternak yang akan dilalulintaskan antar provinsi.

www.tribunnews.com

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|