Peran orang tua dalam pembentukan karakter anak usia dini sangat krusial, terutama pada masa Golden Age (0-6 tahun), ketika perkembangan otak anak berlangsung sangat pesat dan anak sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Pada periode ini, anak-anak menyerap nilai-nilai moral dan sosial dengan cepat, terutama dari orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik dan material anak, tetapi juga berfungsi sebagai teladan melalui sikap-sikap yang mereka tunjukkan, seperti kejujuran, disiplin, dan empati.
Anak-anak pada usia dini cenderung meniru perilaku orang tua mereka, sehingga keteladanan orang tua sangat berperan dalam pembentukan kepribadian anak di masa depan.
Pendidikan karakter pada anak usia dini lebih dari sekadar mengajarkan teori tentang benar dan salah; hal ini melibatkan pembiasaan nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari, seperti berbicara sopan, menghargai orang lain, dan menunjukkan rasa empati. Namun, di dunia yang serba sibuk ini, banyak orang tua menghadapi kendala, terutama keterbatasan waktu akibat tuntutan pekerjaan. Banyak orang tua yang lebih mengandalkan pendidikan formal di sekolah untuk membentuk karakter anak, padahal keluarga adalah tempat pertama dan utama di mana anak belajar nilai-nilai moral dan sosial.
Selain itu, kemajuan teknologi dan media sosial menjadi tantangan besar, karena anak-anak sering terpapar oleh konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ingin diajarkan oleh orang tua. Oleh karena itu, pengawasan ketat terhadap penggunaan teknologi dan gadget sangat penting agar anak tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif yang dapat merusak perkembangan karakter mereka.
Keteladanan orang tua adalah hal yang tidak bisa diabaikan dalam pembentukan karakter anak. Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat, bukan hanya apa yang mereka dengar. Oleh karena itu, orang tua harus menjadi contoh yang baik dengan menunjukkan sikap konsisten dalam berbagai situasi, baik mudah maupun sulit. Misalnya, jika orang tua ingin mengajarkan kejujuran kepada anak, mereka harus berbicara jujur dalam setiap kesempatan, meskipun dalam situasi yang sulit. Keteladanan ini akan membantu anak memahami nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Selain keteladanan, perhatian terhadap perkembangan emosi anak juga sangat penting. Pada usia dini, anak-anak mulai mengembangkan pemahaman tentang perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. Mengajarkan empati sejak dini dapat membantu anak memahami dan menghargai perasaan orang lain.
Anak yang diajarkan untuk peduli terhadap orang lain dan menunjukkan empati akan lebih mudah berinteraksi secara positif dengan orang lain di masa depan. Pembelajaran empati dapat dimulai dari hal-hal kecil seperti berbicara dengan lembut atau membantu teman yang sedang kesulitan.
Mendidik anak untuk memiliki karakter yang baik tidak harus selalu melibatkan tindakan besar. Bahkan, waktu berkualitas bersama anak, berbicara tentang hal-hal penting, atau memberikan pujian atas usaha mereka sudah cukup untuk membentuk karakter yang positif. Yang terpenting adalah konsistensi, karena pendidikan karakter bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dalam waktu singkat. Ini adalah proses jangka panjang yang memerlukan kesabaran dan ketekunan dari orang tua. Selain itu, orang tua perlu meningkatkan pengetahuan mereka tentang cara mendidik anak dengan baik melalui berbagai sumber informasi, seperti buku, seminar, atau bahkan berkonsultasi dengan ahli pendidikan anak. Dengan pengetahuan yang lebih baik, orang tua akan merasa lebih percaya diri dalam mendidik anak-anak mereka.
Kesimpulannya, meskipun ada banyak tantangan dalam mendidik anak, peran orang tua dalam pembentukan karakter anak tetap sangat penting. Keteladanan, konsistensi, dan perhatian penuh dari orang tua merupakan kunci utama agar anak dapat tumbuh menjadi individu yang bermoral dan memiliki karakter yang baik di masa depan. Dengan pendekatan yang tepat, anak akan berkembang menjadi pribadi yang mampu menghadapi tantangan kehidupan dengan sikap positif dan nilai-nilai yang kuat. [*]
Muh. Rifqi Palettei
Mahasiswa Teknik Informatika
Universitas Muhammadiyah Malang