JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Rektor IPB University Arif Satria mengusulkan peningkatan dana riset agar Indonesia dapat mempercepat inovasi dan mendorong kemandirian bangsa. Ia menyoroti minimnya anggaran penelitian yang baru mencapai 0,03 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh dari idealnya dua persen.
Usulan itu ia sampaikan dalam pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto saat silaturahmi dan diskusi panel bersama para rektor perguruan tinggi negeri dan swasta di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (13/3/2025). Arif menekankan bahwa riset adalah fondasi inovasi yang berkorelasi erat dengan pertumbuhan ekonomi.
“Kalau kita ingin menjadi negara maju, tidak ada cara lain selain memperkuat inovasi. Sementara inovasi hanya bisa terwujud dengan riset yang didukung pembiayaan memadai,” ujar Arif di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (14/3/2025).
Selain peningkatan anggaran, Arif juga mengusulkan agar perguruan tinggi dijadikan pusat penelitian dan pengembangan (R&D) bagi BUMN. Menurutnya, perusahaan pelat merah tidak perlu membangun fasilitas riset sendiri, melainkan bisa bekerja sama dengan universitas yang sudah memiliki ekosistem penelitian.
“Saya mengusulkan agar perguruan tinggi menjadi R&D untuk BUMN di Indonesia. BUMN butuh riset untuk berkembang, jadi manfaatkan saja fasilitas dan keahlian yang sudah ada di kampus,” katanya.
Arif menambahkan bahwa kolaborasi ini sudah terjalin dalam beberapa proyek riset, tetapi masih belum optimal. Oleh karena itu, ia meminta agar ada kebijakan dari pemerintah yang mewajibkan BUMN menjadikan perguruan tinggi sebagai mitra utama dalam penelitian dan pengembangan.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto menyambut baik usulan tersebut dan menegaskan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan kemandirian nasional.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto yang turut hadir dalam pertemuan itu juga menekankan bahwa perguruan tinggi harus mampu menghasilkan produk unggulan bagi Indonesia. Ia menyoroti kebutuhan inovasi di sektor pangan, hilirisasi mineral, dan industri berbasis teknologi.
“Presiden meminta agar kita berikan yang terbaik, menghasilkan SDM unggul dan riset terobosan yang mampu mendorong industri nasional. Pasar Indonesia sangat besar, sehingga perlu dikuasai dengan produk dalam negeri,” kata Brian.
Brian juga menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju, tetapi hal itu hanya bisa dicapai dengan penguatan sains dan teknologi. “Hanya bangsa yang menguasai sains dan teknologi yang akan menjadi bangsa yang makmur,” ujarnya.