Dari Alasan Tak  Punya Rumah hingga Keamanan, Lapak Pasar Jadi Tempat Tinggal

10 hours ago 3

Melihat Kondisi Pasar Otonom Kotaraja yang Sudah Berulang Kali Ditertibkan

Meski penertiban kawasan pasar terus dilakukan, namun pedagang kerap kali masih membandel. Pasar Youtefa yang seharusnya dimanfaatkan untuk berdagang, justru lapaknya ada yang beralih fungsi sebagai ‘tempat tinggal’.

Laporan: Jimianus Karlodi_Jayapura

Lapak di bagian belakang pasar Otonom yang dijadikan tempat tinggal sebenarnya juga sudah menjadi perhatian serius saat Sidak Wali Kota Abisai Rollo beberapa waktu lalu. Bahkan, dalam sidaknya sebelum bulan puasa beberapa waktu lalu, Wali Kota juga sudah meminta agar dilakukan penertiban fungsi lapak di pasar Otonom ini.

   Namun dari penelusuran Cenderawasih Pos, Selasa (13/5) kemarin, di bagian belakang pasar tradisional tersebut masih terlihat  lapak-lapak menjadi tempat istirahat pedagang.

  Lapak yang berukuran sekitar 3×4 meter dengan dinding kayu itu dihuni sekeluarga 3-4 orang. Sedangkan untuk mandi, biasanya para pedagang menggunakan toilet di luar dengan biaya Rp 5.000 – Rp 20.000 sekali pakai.

  “Kebanyakan yang tinggal di sini orang-orang yang angkat-angkat (kuli angkut) sayuran, dan pedagang lainnya yang tidak memiliki rumah pribadi,” kata  salah satu pedagang di Pasar Youtefa yang enggan menyebutkan namanya.

  Menurutnya, para kuli angkut yang memilih bertempat tinggal di dalam pasar harus membayar uang sewa, namun ia tidak menjelaskan secara detail terkait dengan biaya sewanya. Uang tersebut dibayarkan pada pemilik lapak.

  “Mereka sewa juga kepada petugas pasar. Untuk jumlahnya saya tidak tahu pasti,” ungkapnya.

  Tak hanya itu, faktor kebersihan dalam pasar sangat kurang, terlihat dari lantai pasar yang berlumpur dan tumpukan sampah sayur busuk sehingga menimbulkan bau tidak enak.

Tak hanya itu, jalan setiap gang pasar terlihat tertimbun air dan berlumpur. Kondisi itu juga yang menjadikan salah satu alasan sebagian pedagang menggelar dagangannya di luar area pasar

  “Kalau siang agak jarang jual di luar. Beda kalau pagi mulai pukul 06.00 WIT dan sore mulai pukul 16.00 WIT sampai jualannya habis. Satu-dua orang masih jualan di luar pasar bahkan di jalan depan,” kata pedagang tersebut.

  Di tempat yang sama, Dina (34) pedagang Bahan pokok (Bapok) membantah jika di pasar Otonom terdapat lapak yang dimanfaatkan oleh oknum orang untuk dijadikan kos-kosan.

“Kalau digunakan untuk kos-kosan tidak ada, kalau dijadikan tempat tinggal mungkin ada, karena mereka harus menjaga keamanan dagangannya barangkali,” jelas Dina ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Selasa (13/5).

Melihat Kondisi Pasar Otonom Kotaraja yang Sudah Berulang Kali Ditertibkan

Meski penertiban kawasan pasar terus dilakukan, namun pedagang kerap kali masih membandel. Pasar Youtefa yang seharusnya dimanfaatkan untuk berdagang, justru lapaknya ada yang beralih fungsi sebagai ‘tempat tinggal’.

Laporan: Jimianus Karlodi_Jayapura

Lapak di bagian belakang pasar Otonom yang dijadikan tempat tinggal sebenarnya juga sudah menjadi perhatian serius saat Sidak Wali Kota Abisai Rollo beberapa waktu lalu. Bahkan, dalam sidaknya sebelum bulan puasa beberapa waktu lalu, Wali Kota juga sudah meminta agar dilakukan penertiban fungsi lapak di pasar Otonom ini.

   Namun dari penelusuran Cenderawasih Pos, Selasa (13/5) kemarin, di bagian belakang pasar tradisional tersebut masih terlihat  lapak-lapak menjadi tempat istirahat pedagang.

  Lapak yang berukuran sekitar 3×4 meter dengan dinding kayu itu dihuni sekeluarga 3-4 orang. Sedangkan untuk mandi, biasanya para pedagang menggunakan toilet di luar dengan biaya Rp 5.000 – Rp 20.000 sekali pakai.

  “Kebanyakan yang tinggal di sini orang-orang yang angkat-angkat (kuli angkut) sayuran, dan pedagang lainnya yang tidak memiliki rumah pribadi,” kata  salah satu pedagang di Pasar Youtefa yang enggan menyebutkan namanya.

  Menurutnya, para kuli angkut yang memilih bertempat tinggal di dalam pasar harus membayar uang sewa, namun ia tidak menjelaskan secara detail terkait dengan biaya sewanya. Uang tersebut dibayarkan pada pemilik lapak.

  “Mereka sewa juga kepada petugas pasar. Untuk jumlahnya saya tidak tahu pasti,” ungkapnya.

  Tak hanya itu, faktor kebersihan dalam pasar sangat kurang, terlihat dari lantai pasar yang berlumpur dan tumpukan sampah sayur busuk sehingga menimbulkan bau tidak enak.

Tak hanya itu, jalan setiap gang pasar terlihat tertimbun air dan berlumpur. Kondisi itu juga yang menjadikan salah satu alasan sebagian pedagang menggelar dagangannya di luar area pasar

  “Kalau siang agak jarang jual di luar. Beda kalau pagi mulai pukul 06.00 WIT dan sore mulai pukul 16.00 WIT sampai jualannya habis. Satu-dua orang masih jualan di luar pasar bahkan di jalan depan,” kata pedagang tersebut.

  Di tempat yang sama, Dina (34) pedagang Bahan pokok (Bapok) membantah jika di pasar Otonom terdapat lapak yang dimanfaatkan oleh oknum orang untuk dijadikan kos-kosan.

“Kalau digunakan untuk kos-kosan tidak ada, kalau dijadikan tempat tinggal mungkin ada, karena mereka harus menjaga keamanan dagangannya barangkali,” jelas Dina ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Selasa (13/5).

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|