Ada Praktek Romusha Libatkan Ribuan Orang untuk Pembangunan Lapter

4 hours ago 2

Mengunjungi Pulau Wakde, Sarmi, Satu Jejak Sejarah Perang Dunia II di Tanah Papua

Kabupaten Sarmi masih menyimpan sejumlah cerita menarik berkaitan dengan sejarah. Di Distrik Pantai Timur Barat ada arkeologis Perang Dunia II yaitu fondasi gudang penyimpan makanan, fondasi rumah sakit, rangka kapal, lima buah baling-baling pesawat. Ada juga Laptes Wakde. Cenderawasih Pos mendatangi lokasi ini.

Laporan : Robert Mboik-Sarmi

Kabupaten Sarmi menjadi satu wilayah pesisir utara Tanah Papua yang dikenal dengan kekayaan alamnya. Daerah ini dialiri oleh banyak sungai, besar maupun kecil, yang membuat tanahnya subur dan kaya akan tanaman berkualitas tinggi. Letaknya yang strategis, langsung menghadap Samudera Pasifik, menjadikan Sarmi sebagai kawasan penting sejak masa penjajahan

Pada tahun 1912, pemerintah kolonial Belanda melakukan survei potensi alam di pesisir utara Papua, termasuk Sarmi. Mereka menemukan potensi besar dalam komoditas kelapa, hasil laut, serta hutan dengan hasil damar, rotan, dan masoi. Hal ini membuat Sarmi menjadi pusat perhatian dan pengembangan ekonomi oleh pemerintah kolonial, terutama dalam industri kopra.

Menurut Kepala Dinas pariwisata Sarmi, Fredik Sunuk, Saat Perang Pasifik pecah, Jepang berhasil merebut sejumlah wilayah dari tangan Belanda, termasuk Sarmi, sekitar tahun 1942. Tujuan utama Jepang adalah menguasai sumber daya alam seperti minyak bumi dan karet, yang sangat dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan perang dan industri mereka.

Melihat posisi strategis Sarmi yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik, Jepang menjadikannya basis militer dan pertahanan. Mereka membangun lapangan terbang, barak militer, pos pertahanan, jalan raya, hingga pelabuhan kayu.

Pekerjaan tersebut melibatkan ribuan tenaga kerja paksa atau romusha, yang direkrut dari masyarakat lokal maupun dari daerah lain seperti Merauke hingga Tami. Para pekerja ini dipekerjakan tanpa upah dan di bawah tekanan serta siksaan yang berat.

Pulau Wakde, yang berada tidak jauh dari pesisir Sarmi. Lokasi ini menjadi salah satu pusat militer penting Jepang. Di pulau ini dibangun lapangan terbang dan berbagai fasilitas militer lainnya. Wakde menjadi salah satu titik pertahanan utama Jepang dalam menghadapi serangan Sekutu.

Untuk memukul mundur Jepang, sekutu yang dipimpin oleh Jenderal Douglas MacArthur menyusun strategi Island Hopping atau lompat katak, yang menargetkan titik-titik strategis seperti Hollandia (kini Jayapura), Aitape, Biak, dan Sarmi, termasuk Pulau Wakde.

Pada tanggal 17–21 Mei 1944, pasukan Sekutu, terutama Resimen Kombat ke-158, melakukan serangan terhadap basis militer Jepang di Wakde. Setelah pertempuran sengit, Pulau Wakde berhasil direbut. Keberhasilan ini menjadi langkah penting dalam strategi Sekutu untuk merebut kembali Filipina dan mengakhiri dominasi Jepang di Pasifik.
“Setelah Perang Dunia II berakhir, Papua lambat laun bergabung dengan Indonesia.

Namun, peninggalan sejarah di Pulau Wakde, seperti lapangan terbang dan struktur militer lainnya, tidak banyak mendapat perhatian,” jelaas . Belum ada upaya untuk melindungi situs-situs ini sebagai warisan sejarah. Akibatnya, banyak benda peninggalan dijarah dan dijual sebagai besi tua oleh masyarakat karena himpitan ekonomi.

“Padahal, berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, situs seperti Pulau Wakde layak ditetapkan sebagai cagar budaya karena memiliki nilai penting dalam sejarah nasional dan dunia,”ujarnya.

Selanjutnya, pada tahun 2011, tim peneliti dari Jepang datang ke Sarmi dan melakukan survei di Pulau Wakde. Mereka menemukan kerangka prajurit Jepang serta warga lokal di dalam gua, bersama berbagai perlengkapan perang. Kerangka-kerangka tersebut dibawa ke Jepang dan disimpan di museum. Penemuan ini membuktikan betapa pentingnya peran Pulau Wakde dalam sejarah Perang Dunia II.

Sebelumnya, sejak tahun 1990-an, Pemerintah Jepang juga telah merencanakan pembangunan tugu peringatan bagi tentaranya di Pulau Wakde, namun hingga kini belum terealisasi.

Melihat pentingnya peran strategis Pulau Wakde dalam sejarah perang dunia dan dampaknya terhadap kemerdekaan Indonesia, maka sudah seharusnya pulau ini mendapatkan perhatian khusus. Penetapan Pulau Wakde sebagai Cagar Budaya akan menjadi langkah penting dalam melindungi warisan sejarah, serta sebagai bahan edukasi generasi masa kini dan masa depan.(*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|