SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Saat ini, ruang gerak perusahaan Sritex untuk beroperasi makin sempit, menyusul sebagian bahan baku yang harus didatangkan dari luar negeri.
Situasi tersebut terjadi menyusul status pailit yang dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga Semarang untuk Sritex, sehingga dampaknya berkepanjangan.
Saat ini, perusahaan yang bermarkas di Sukoharjo, Soloraya yang bermana resmi PT Sri Rejeki Isman Tbk tersebut telah merumahkan ribuan karyawannya menyusul status pailit.
Menurut Direktur Utama PT Sritex Iwan Kurniawan Lukminto, ribuan karyawan telah terimbas situasi perusahaan tekstilnya.
“Sekitar 3.000 yang dirumahkan, tapi secara berkala terus kami review sampai kapan bisa bertahan,” kata Direktur Utama PT Sritex Iwan Kurniawan Lukminto di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (21/12/2024).
Pihakperusahana terus berupaya mempertahankan operasional meski harus menghadapi putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak kasasi terkait status pailit.
“Bahan baku banyak yang harus diimpor, salah satunya dari sisi kimia,” ujar salah satu perwakilan manajemen Sritex. Meski begitu, pihaknya tetap mencari alternatif agar dapat memanfaatkan bahan baku lokal demi menjaga keberlangsungan produksi.
Ia menegaskan bahwa Sritex berkomitmen untuk menjalankan amanah pemerintah agar tetap beroperasi normal. “Kami melakukan segala cara agar operasional perusahaan tidak terganggu dan bisa berjalan seperti sebelumnya,” katanya.
Komitmen Pemerintah dan Dukungan Kreditor
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga menekankan pentingnya menjaga operasional Sritex agar tidak berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. “Operasional Sritex harus berjalan senormal-normalnya. Hal ini juga sudah kami komunikasikan dengan pihak kurator,” ungkapnya.
Airlangga mengungkapkan bahwa pemerintah mendorong kelangsungan usaha (going concern) Sritex. “Kami sudah berbicara dengan manajemen Sritex agar operasional tetap terjaga. Kreditor, termasuk PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), diharapkan mendukung langkah ini dan bersinergi dengan pemerintah,” jelasnya.
Pada Kamis sore, 19 Desember 2024, Airlangga bertemu dengan manajemen Sritex untuk memberikan dukungan terhadap keberlanjutan operasional perusahaan. Pemerintah juga terus menjalin komunikasi intensif dengan para kreditor, terutama BNI sebagai salah satu kreditor terbesar.
Tantangan Going Concern
Di sisi lain, pihak manajemen Sritex menyatakan bahwa kurator belum memberikan kepastian terkait kelangsungan usaha. “Going concern sangat penting untuk memastikan keberlanjutan usaha, terutama di pabrik kami yang tersebar di Sukoharjo, Semarang, dan Boyolali,” ujar perwakilan Sritex.
Meski menghadapi tantangan besar, Sritex berharap tetap dapat beroperasi dengan normal demi melindungi ribuan tenaga kerja yang bergantung pada perusahaan ini.