Kisah Manis Toko Roti Aru, Biak yang Tak Lekang Dimakan Waktu
Hembusan angin di sekitar perempatan jalan Biak kerap kali membawa serta aroma gurih mentega, sebuah pertanda keberadaan Toko Aru sedang beroperasi. Bagi warga lokal maupun wisatawan, toko roti ini bukan sekadar tempat membeli kudapan.
Laporan : Ismail – Biak Numfor
Di perempatan sibuk antara Jalan Teuku Umar dan Jalan Sam Ratulangi, Distrik Biak Kota, sebuah aroma khas menyeruak, membelai indera penciuman siapa saja yang melintas. Bukan wangi parfum mewah, melainkan kehangatan aroma wangi mentega yang terpancar dari sebuah bangunan sederhana tanpa plang istimewa: Toko Aru.
Jika diutarakan, ini adalah sebuah legenda rasa, sebuah destinasi yang selalu masuk dalam daftar perburuan oleh-oleh khas Pulau Biak. Membawa serta cita rasa autentik yang tak terlupakan. Bagi para pelancong yang menginjakkan kaki di Pulau Biak, nama Toko Aru nyaris selalu terucap sebagai destinasi wajib.
Lebih dari sekadar tempat membeli penganan, kue, ataupun Nastar Aru yang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat. Toko roti ini telah menjelma menjadi cerita turun temurun sebuah simbol oleh-oleh yang tak terpisahkan dari identitas kuliner Biak. Aroma menteganya yang khas bahkan seolah menjadi penunjuk arah, mengantarkan siapa saja pada kelezatan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Ada representasi rasa dan tradisi, oleh-oleh wajib yang membawa pulang kehangatan, kerinduan dan kelezatan khas Pulau Biak. Langkah kaki kami menuntun memasuki Toko Aru, sebuah ruang yang terasa hangat dan akrab meski tanpa pendingin ruangan. Disana, kami diundang masuk duduk bersama seorang wanita ramah bernama Ibu Thresia.
Ia adalah generasi kedua yang mewarisi jejak manis usaha ini. Didampingi sang putra, ibu yang akrab disapa Tres ini mencoba merangkai kembali benang sejarah di balik keabadian nama Toko Aru.
“Dulu, tempat ini adalah toko kelontong, berdiri sejak era 1960-an dengan nama Toko Tjoean Seng,” kenang Ibu Tres, menerawang saat kami duduk dan bercerita di Toko Aru, Rabu (7/5).
Kisah Manis Toko Roti Aru, Biak yang Tak Lekang Dimakan Waktu
Hembusan angin di sekitar perempatan jalan Biak kerap kali membawa serta aroma gurih mentega, sebuah pertanda keberadaan Toko Aru sedang beroperasi. Bagi warga lokal maupun wisatawan, toko roti ini bukan sekadar tempat membeli kudapan.
Laporan : Ismail – Biak Numfor
Di perempatan sibuk antara Jalan Teuku Umar dan Jalan Sam Ratulangi, Distrik Biak Kota, sebuah aroma khas menyeruak, membelai indera penciuman siapa saja yang melintas. Bukan wangi parfum mewah, melainkan kehangatan aroma wangi mentega yang terpancar dari sebuah bangunan sederhana tanpa plang istimewa: Toko Aru.
Jika diutarakan, ini adalah sebuah legenda rasa, sebuah destinasi yang selalu masuk dalam daftar perburuan oleh-oleh khas Pulau Biak. Membawa serta cita rasa autentik yang tak terlupakan. Bagi para pelancong yang menginjakkan kaki di Pulau Biak, nama Toko Aru nyaris selalu terucap sebagai destinasi wajib.
Lebih dari sekadar tempat membeli penganan, kue, ataupun Nastar Aru yang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat. Toko roti ini telah menjelma menjadi cerita turun temurun sebuah simbol oleh-oleh yang tak terpisahkan dari identitas kuliner Biak. Aroma menteganya yang khas bahkan seolah menjadi penunjuk arah, mengantarkan siapa saja pada kelezatan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Ada representasi rasa dan tradisi, oleh-oleh wajib yang membawa pulang kehangatan, kerinduan dan kelezatan khas Pulau Biak. Langkah kaki kami menuntun memasuki Toko Aru, sebuah ruang yang terasa hangat dan akrab meski tanpa pendingin ruangan. Disana, kami diundang masuk duduk bersama seorang wanita ramah bernama Ibu Thresia.
Ia adalah generasi kedua yang mewarisi jejak manis usaha ini. Didampingi sang putra, ibu yang akrab disapa Tres ini mencoba merangkai kembali benang sejarah di balik keabadian nama Toko Aru.
“Dulu, tempat ini adalah toko kelontong, berdiri sejak era 1960-an dengan nama Toko Tjoean Seng,” kenang Ibu Tres, menerawang saat kami duduk dan bercerita di Toko Aru, Rabu (7/5).