Danantara Ngotot Utang Kereta Cepat Whoosh Dibayar APBN, Purbaya Tetap Tegas: Tidak!

13 hours ago 5
Kereta cepat Whoosh | Wikipedia

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Kereta cepat Whoosh, proyek ambisius peninggalan bekas presiden Jokowi memang membuat semua pihak kerepotan. Di satu sisi, Menkeu Purbaya tegas menolak utang proyek tersebut ditanggung APBN, dan di sisi lain, sikap itulah yang membuat Danantara kelimpungan.

Sikap keras Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa itu kini menjadi sorotan. Dalam pertemuan tertutup dengan Dewan Pengawas Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) di Wisma Danantara, Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025), ia menolak permintaan agar dana negara digunakan untuk menutup utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh).

Pertemuan tersebut berlangsung tegang. Danantara, lembaga yang mengelola investasi strategis BUMN, disebut tengah mencari jalan keluar untuk membayar cicilan utang proyek Whoosh yang jatuh tempo. Namun, Purbaya bersikeras agar tanggungan itu tidak membebani APBN.

“Whoosh memang sedang dibahas, tapi mereka ngotot ingin pakai APBN. Saya sudah bilang, saya tidak mau,” ujar Purbaya.

Menurutnya, Danantara memiliki sumber dana cukup besar dari dividen BUMN yang tahun ini mencapai hampir Rp 90 triliun. Dana itu, kata Purbaya, seharusnya bisa digunakan untuk menutup kewajiban pembayaran utang kereta cepat, bukan justru dialihkan ke pembelian surat utang atau obligasi.

“Saya sempat tegur, kalau Anda taruh obligasi sebanyak itu ke pemerintah, lalu keahliannya apa? Kan bisa digunakan untuk proyek produktif, termasuk bayar utang,” sindirnya.

Purbaya menegaskan bahwa perjanjian pinjaman proyek dengan China Development Bank (CDB) tidak mensyaratkan utang dibayar oleh pemerintah Indonesia. Dengan demikian, tidak ada alasan Danantara berlindung di balik APBN.

“Dulu saya ikut negosiasi dengan CDB. Yang penting struktur pembayarannya jelas. Jadi mestinya tidak masalah kalau Danantara yang bayar,” tegasnya.

Namun di akhir pertemuan, Purbaya menyebut pihaknya tetap menunggu arahan dari Presiden Prabowo Subianto terkait penyelesaian beban utang tersebut. “Kita lihat nanti hasilnya seperti apa, dan kita tunggu perintah Presiden,” katanya.

Sementara itu, Purbaya kembali menegaskan bahwa dirinya telah mengambil keputusan untuk tidak menggunakan dana negara bagi proyek kereta cepat yang disebut-sebut masih merugi itu. “Kalau saya bilang, saya sudah putus. Tidak akan gunakan APBN,” tandasnya.

Proyek Kereta Cepat Whoosh, yang digadang-gadang sebagai simbol modernisasi transportasi di era Presiden Jokowi, kini berubah menjadi beban keuangan. Laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI) per 30 Juni 2025 menunjukkan tekanan berat, terutama dari anak usahanya, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yang menanggung langsung utang proyek.

Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, bahkan menyebut kondisi ini sebagai “bom waktu”. Ia mengakui tengah berkoordinasi dengan Danantara untuk mencari solusi. “Kami akan bahas bersama Danantara. Ini harus segera ditangani,” katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI di Senayan, Agustus lalu.

Laporan keuangan KAI mencatat PSBI merugi Rp4,19 triliun pada 2024 dan Rp1,62 triliun hanya dalam enam bulan pertama 2025. Angka ini memperkuat kekhawatiran bahwa proyek Whoosh belum menemukan keseimbangan antara gengsi dan efisiensi.

Kini, keputusan akhir berada di tangan Presiden Prabowo Subianto — apakah akan menuruti desakan Danantara untuk menanggung utang Whoosh lewat APBN, atau tetap sejalan dengan Purbaya yang menolak keras menggunakan uang rakyat untuk proyek warisan Jokowi itu. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|