MEDAN, SUMUTPOS.CO- Politeknik Negeri Medan (Polmed) turut berperan aktif dalam upaya peningkatan konversi bahan bakar terbarukan dengan pemanfaatan limbah minyak goreng bekas (jelantah) menjadi biodiesel/biosolar. Untuk itu, Polmed menjalin Kerjasama dengan PT Wicaksana Artha Kawijayan yang bergerak di bidang pengolahan limbah melalui sebuah penelitian yang didanai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui program Katalisator Kemitraan Berdikari (Bersama Dunia Industri dan Komunitas Riset Inovatif).
Penandatanganan Kerjasama tersebut dilakukan Direktur Politeknik Negeri Medan, Dr. Ir. Idham Kamil, S.T., M.T., dan Direktur PT Wicaksana Artha Kawijayan, M Maulana Fadli dan rekan yakni Hidayatul Akmal dan Amran Ali, bersama tim peneliti yaitu Dr. Ir. Surya Dharma, S.T., M.T., Dr. Ir. Idham Kamil, S.T., M.T., Rahmawaty, S.T., M.T., Rihat Sebayang, S.T., M.T., Ulfa Hasnita, S.Si., M.T., Efri Debby Ekinola Ritonga, S.T., M.T., dan Annisa Rislina, S.E.
Dalam sambutannya, Direktur Polmed Dr. Ir. Idham Kamil, S.T., M.T menyampaikan, sebagai penyelenggara pendidikan vokasi Polmed memiliki peran strategis dalam upaya mensukseskan program pemerintah yang mencanangkan peningkatan campuran biodiesel ke dalam solar dengan rasio masing-masing sebesar 50 persen atau B50 yang akan diimplementasikan pada tahun 2026 mendatang.
“Upaya pemanfaatan minyak goreng bekas sebagai biodiesel dapat memberikan solusi terhadap masalah lingkungan, seperti pencemaran air akibat pembuangan minyak bekas secara sembarangan serta dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan di wilayah tersebut,” kata Dr Idham.
Selain itu, lanjutnya, pemanfaatan minyak goreng bekas sebagai bahan baku biodiesel sangat memungkinkan mengingat konsumsi minyak goreng di provinsi Sumatera Utara tercatat mencapai sekitar 47.000 ton per bulan, yang mencakup kebutuhan rumah tangga, industri, dan UMKM. “Dengan tingginya konsumsi tersebut, potensi limbah minyak goreng bekas yang dapat dikumpulkan juga signifikan,” ujarnya.
Pada 2021, lanjut Dr Idham, Sumatera Utara mencatat ekspor minyak jelantah sebanyak 1,677 juta kilogram ke berbagai negara, dengan mayoritas tujuan ke Malaysia dan Eropa. Minyak jelantah ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel, terutama di negara-negara yang memiliki standar energi terbarukan yang tinggi.
“Hal ini juga didukung oleh luas areal Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara yang saat ini terbesar ke tiga setelah Riau dan Kalimantan Tengah,” terangnya.
Dr Idham juga menegaskan, kolaborasi penelitian yang dilakukan ini merupakan wujud komitmen Politeknik Negeri Medan dalam penyelenggaraan tri dharma perguruan tinggi dan mendukung program nasional dalam melakukan hilirisasi dan inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis potensi daerah. (adz)
MEDAN, SUMUTPOS.CO- Politeknik Negeri Medan (Polmed) turut berperan aktif dalam upaya peningkatan konversi bahan bakar terbarukan dengan pemanfaatan limbah minyak goreng bekas (jelantah) menjadi biodiesel/biosolar. Untuk itu, Polmed menjalin Kerjasama dengan PT Wicaksana Artha Kawijayan yang bergerak di bidang pengolahan limbah melalui sebuah penelitian yang didanai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui program Katalisator Kemitraan Berdikari (Bersama Dunia Industri dan Komunitas Riset Inovatif).
Penandatanganan Kerjasama tersebut dilakukan Direktur Politeknik Negeri Medan, Dr. Ir. Idham Kamil, S.T., M.T., dan Direktur PT Wicaksana Artha Kawijayan, M Maulana Fadli dan rekan yakni Hidayatul Akmal dan Amran Ali, bersama tim peneliti yaitu Dr. Ir. Surya Dharma, S.T., M.T., Dr. Ir. Idham Kamil, S.T., M.T., Rahmawaty, S.T., M.T., Rihat Sebayang, S.T., M.T., Ulfa Hasnita, S.Si., M.T., Efri Debby Ekinola Ritonga, S.T., M.T., dan Annisa Rislina, S.E.
Dalam sambutannya, Direktur Polmed Dr. Ir. Idham Kamil, S.T., M.T menyampaikan, sebagai penyelenggara pendidikan vokasi Polmed memiliki peran strategis dalam upaya mensukseskan program pemerintah yang mencanangkan peningkatan campuran biodiesel ke dalam solar dengan rasio masing-masing sebesar 50 persen atau B50 yang akan diimplementasikan pada tahun 2026 mendatang.
“Upaya pemanfaatan minyak goreng bekas sebagai biodiesel dapat memberikan solusi terhadap masalah lingkungan, seperti pencemaran air akibat pembuangan minyak bekas secara sembarangan serta dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan di wilayah tersebut,” kata Dr Idham.
Selain itu, lanjutnya, pemanfaatan minyak goreng bekas sebagai bahan baku biodiesel sangat memungkinkan mengingat konsumsi minyak goreng di provinsi Sumatera Utara tercatat mencapai sekitar 47.000 ton per bulan, yang mencakup kebutuhan rumah tangga, industri, dan UMKM. “Dengan tingginya konsumsi tersebut, potensi limbah minyak goreng bekas yang dapat dikumpulkan juga signifikan,” ujarnya.
Pada 2021, lanjut Dr Idham, Sumatera Utara mencatat ekspor minyak jelantah sebanyak 1,677 juta kilogram ke berbagai negara, dengan mayoritas tujuan ke Malaysia dan Eropa. Minyak jelantah ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel, terutama di negara-negara yang memiliki standar energi terbarukan yang tinggi.
“Hal ini juga didukung oleh luas areal Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara yang saat ini terbesar ke tiga setelah Riau dan Kalimantan Tengah,” terangnya.
Dr Idham juga menegaskan, kolaborasi penelitian yang dilakukan ini merupakan wujud komitmen Politeknik Negeri Medan dalam penyelenggaraan tri dharma perguruan tinggi dan mendukung program nasional dalam melakukan hilirisasi dan inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis potensi daerah. (adz)