Fadli Zon Buat Anggota DPR RI Menangis di Tengah Rapat, Ada Apa?

21 hours ago 7
Menteri Kebudayaan Fadli Zon | Instagram

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Baru kali ini seorang menteri sebuah kabinet sampai membuat anggota DPR RI perempuan menangis saat rapat. Tak lain tak bukan adalah Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang pernyataannya soal pemerkosaan massal 1998 memicu suasana emosional di Kompleks Parlemen.

Ketegangan terjadi dalam rapat kerja Komisi X DPR RI, Rabu (2/7/2025), saat Fadli Zon menyatakan bahwa meski ia mengakui adanya kasus pemerkosaan pada kerusuhan 1998, ia mempertanyakan penggunaan istilah “massal” karena menurutnya belum ada pembuktian yang bersifat terstruktur, sistematis, dan massif.

Pernyataan itu langsung memancing emosi sejumlah anggota dewan. Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Maria Yohana Esti Wijayati, tak kuasa menahan air mata. Dengan suara bergetar, Esti menyela pernyataan Fadli, menilai sikap sang menteri tidak memiliki kepekaan terhadap penderitaan para korban.

“Semakin Pak Fadli Zon bicara, rasanya semakin sakit. Soal pemerkosaan mungkin sebaiknya tidak dibahas di forum ini, Pak,” kata Esti sambil mengusap air mata.

Esti menilai cara Fadli Zon menjelaskan peristiwa itu terlalu akademis dan justru berpotensi melukai hati mereka yang mengalami langsung tragedi 1998. Menurutnya, tidak semua peristiwa traumatik bisa didebatkan sekadar dari sisi teori atau pembuktian hukum semata.

Situasi rapat makin memanas ketika anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP, Mercy Chriesty Barends, ikut angkat bicara. Sambil menangis, Mercy mengingat pengalamannya terlibat dalam tim pencari fakta kekerasan seksual, termasuk saat konflik Maluku 1999-2001. Ia menyerahkan tiga dokumen yang memuat data pemerkosaan massal 1998 kepada Fadli Zon.

“Bapak bilang tidak menerima kata ‘massal’. Padahal, sebagian besar korbannya satu etnis. Kita tidak mau membuka luka lama, tapi fakta ini tidak bisa diabaikan,” ujar Mercy dengan suara bergetar.

Mercy menegaskan bahwa pengalaman kelam para korban bukan sekadar angka atau definisi. Ia juga menyinggung kasus Jugun Ianfu pada masa pendudukan Jepang, ketika ribuan perempuan Indonesia diperkosa namun pemerintah Jepang akhirnya mengakui fakta tersebut di hadapan pengadilan internasional.

“Ini sakit sekali, Pak. Kita bicara data yang kami kumpulkan di tengah suara tembakan. Ini bukan hanya soal teori, ini soal kemanusiaan,” ucapnya.

Meski suasana rapat diwarnai tangis dan interupsi, Fadli Zon kembali menegaskan dirinya sama sekali tidak membantah adanya pemerkosaan pada 1998. Politikus Partai Gerindra itu meminta maaf bila pernyataannya dianggap tidak sensitif.

“Saya mohon maaf kalau dianggap insensitif. Saya mengecam keras tindakan pemerkosaan dalam kerusuhan 1998. Tapi soal istilah ‘massal’, kita harus tetap hati-hati mendokumentasikan,” ujar Fadli.

Ia menegaskan tidak bermaksud mereduksi penderitaan para korban. Namun menurutnya, diperlukan kejelasan data agar tidak terjadi kekeliruan dalam mencatat sejarah kelam bangsa.

Sebelumnya, pernyataan Fadli Zon yang meragukan pemerkosaan massal 1998 memicu kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk aktivis hak asasi manusia. Koalisi Masyarakat Sipil bahkan mendesak Fadli segera meminta maaf secara terbuka kepada korban, dan memperingatkan bahaya penulisan ulang sejarah yang berpotensi menghapus kebenaran peristiwa tersebut. [*]

Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|