Muhammad Nuh: Konsolidasi Umat dan Politik Substansial, Jadi Poin Krusial dalam Perkuat Soliditas Umat Islam di Sumut

17 hours ago 4

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Anggota DPD RI KH Muhammad Nuh MSP menghadiri silaturahim ulama, tokoh, dan cendekiawan muslim yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara di Grand Inna Hotel Medan, Jumat (31/10/2025).dan Sabtu (1/11/ 2025). Silaturahim ini mengambil tema “Memperkuat Soliditas Umat untuk Membangun Peradaban Islam yang Maju dan Berkah.”

Muhammad Nuh yang didaulat menjadi salah seorang pembicara, dalam pemaparannya membagi politik menjadi dua kategori, substansial dan prosedural.

Politik substansial, menurutnya mengandung banyak kesamaan kepentingan Umat Islam. Sementara politik prosedural, sering menghadapi kendala teknis dan dinamika yang cepat.

“Politik substansial harus terus berlanjut, dibarengi politik prosedural yang dinamis. Dengan munculnya partai-partai bernuansa Islam, sikap kita harus menerima realita ini seperti halnya kita menghormati perbedaan mazhab,” ujar senator asal Sumatera Utara ini.

Ia menekankan pentingnya konsolidasi umat dalam pembangunan, di mana setiap pihak harus terlibat sesuai kapasitas dan kontribusinya. Dinamika politik harus disikapi secara cepat dan proaktif. “Contohnya, jika Nias menjadi provinsi baru, MUI di daerah tersebut harus siap menghadapi perubahan dan memastikan layak menjadi provinsi,” sebutnya.

Nuh yang saat ini juga diamanahi sebagai Dewan Pertimbangan MUI Sumut ini mengatakan, MUI Sumut perlu bersikap proaktif dalam dunia politik, termasuk dengan memanggil politisi Muslim agar kekuatan umat Islam tidak hanya berupa moral dan sosial, tetapi juga politik.

Ketua Persis Sumatera Utara ini juga menyebutkan, umat Islam memiliki kontribusi besar dalam memerdekakan Indonesia, di antaranya melalui Resolusi Jihad yang kemudian menjadi dasar Hari Santri Nasional. Ia menyinggung keberanian Bung Tomo yang memekikkan takbir pada 10 November 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Kegiatan ini menjadi ajang konsolidasi para ulama, akademisi, dan pimpinan organisasi masyarakat Islam untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah sekaligus membangun solidaritas umat di Sumatera Utara.

Kegiatan ini diakhiri dengan sesi diskusi dan tukar gagasan antara-ulama dan tokoh Muslim, memperkuat jaringan kolaborasi umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan di Sumatera Utara. (adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Anggota DPD RI KH Muhammad Nuh MSP menghadiri silaturahim ulama, tokoh, dan cendekiawan muslim yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara di Grand Inna Hotel Medan, Jumat (31/10/2025).dan Sabtu (1/11/ 2025). Silaturahim ini mengambil tema “Memperkuat Soliditas Umat untuk Membangun Peradaban Islam yang Maju dan Berkah.”

Muhammad Nuh yang didaulat menjadi salah seorang pembicara, dalam pemaparannya membagi politik menjadi dua kategori, substansial dan prosedural.

Politik substansial, menurutnya mengandung banyak kesamaan kepentingan Umat Islam. Sementara politik prosedural, sering menghadapi kendala teknis dan dinamika yang cepat.

“Politik substansial harus terus berlanjut, dibarengi politik prosedural yang dinamis. Dengan munculnya partai-partai bernuansa Islam, sikap kita harus menerima realita ini seperti halnya kita menghormati perbedaan mazhab,” ujar senator asal Sumatera Utara ini.

Ia menekankan pentingnya konsolidasi umat dalam pembangunan, di mana setiap pihak harus terlibat sesuai kapasitas dan kontribusinya. Dinamika politik harus disikapi secara cepat dan proaktif. “Contohnya, jika Nias menjadi provinsi baru, MUI di daerah tersebut harus siap menghadapi perubahan dan memastikan layak menjadi provinsi,” sebutnya.

Nuh yang saat ini juga diamanahi sebagai Dewan Pertimbangan MUI Sumut ini mengatakan, MUI Sumut perlu bersikap proaktif dalam dunia politik, termasuk dengan memanggil politisi Muslim agar kekuatan umat Islam tidak hanya berupa moral dan sosial, tetapi juga politik.

Ketua Persis Sumatera Utara ini juga menyebutkan, umat Islam memiliki kontribusi besar dalam memerdekakan Indonesia, di antaranya melalui Resolusi Jihad yang kemudian menjadi dasar Hari Santri Nasional. Ia menyinggung keberanian Bung Tomo yang memekikkan takbir pada 10 November 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Kegiatan ini menjadi ajang konsolidasi para ulama, akademisi, dan pimpinan organisasi masyarakat Islam untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah sekaligus membangun solidaritas umat di Sumatera Utara.

Kegiatan ini diakhiri dengan sesi diskusi dan tukar gagasan antara-ulama dan tokoh Muslim, memperkuat jaringan kolaborasi umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan di Sumatera Utara. (adz)

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|