Orasi Kebangsaan Hari Pahlawan 2025, Kepala LLDikti Wilayah I: Kampus Wajib “Bersinar” dan Mahasiswa Baru Harus Bebas Narkoba

14 hours ago 5

MEDAN, SumutPos.co– Peringatan Hari Pahlawan Nasional 2025 yang digelar di Kantor LLDikti Wilayah I menjadi momentum penting bagi penegasan kebijakan strategis pendidikan tinggi di Sumatera Utara. Dalam acara yang dihadiri pimpinan perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa tersebut, Kepala LLDikti Wilayah I, Prof. Saiful Anwar Matondang, M.A., Ph.D., menyampaikan Orasi Kebangsaan yang menyoroti isu krusial: Narkoba dan Kemiskinan.

Dalam orasinya, Prof Saiful menegaskan, musuh bangsa saat ini bukan lagi penjajah asing seperti saat pertempuran 10 November di Surabaya. “Perjuangan kita sekarang adalah mengentaskan kemiskinan, mengentaskan kebodohan, dan melawan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun masyarakat,” tegasnya.

Salah satu sorotan utama dalam pidato tersebut adalah peluncuran sub-tema “Berdaulat Bersinar”. Di mana “Bersinar” merupakan akronim dari Bersih dari Narkoba. Prof Saiful secara tegas menyampaikan kebijakan implementatif terkait hal ini. LLDikti Wilayah I telah mengeluarkan edaran kepada seluruh pimpinan perguruan tinggi yang mengharuskan setiap mahasiswa baru untuk mengikuti tes urin atau tes narkoba.

“Apabila ditemukan calon mahasiswa yang positif terindikasi penyalahgunaan narkoba, kita menyarankan untuk direhabilitasi terlebih dahulu. Nantinya setelah sehat, baru diperbolehkan ikut kuliah di tahun berikutnya,” ujar Prof Saiful.

Kebijakan ini diambil dengan harapan besar agar seluruh lingkungan kampus di wilayah Sumatera Utara benar-benar bersih dari penyalahgunaan narkoba yang dapat merusak masa depan generasi penerus. Penandatanganan “Maklumat Bersinar” dalam rangkaian acara ini menjadi simbolisasi komitmen perguruan tinggi melawan narkoba.

Selain isu narkoba, Prof Saiful juga menekankan peran perguruan tinggi dalam mengentaskan kemiskinan melalui konsep “Kampus Berdampak”. Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, perguruan tinggi diminta tidak hanya menjadi menara gading, tetapi turun langsung membantu masyarakat miskin, pedesaan, UMKM, dan nelayan.

“Penyebab utama kemiskinan seringkali adalah pola pikir (mindset) yang keliru, yang menganggap kekayaan alam saja sudah cukup tanpa kerja keras dan teknologi,” paparnya. Ia mencontohkan nelayan yang hanya mengandalkan pancing sederhana. Di sinilah peran dosen dan mahasiswa untuk membawa inovasi teknologi tepat guna yang dapat mengubah taraf hidup masyarakat.

Menyongsong Indonesia Emas 2045, Kepala LLDikti juga menyoroti target komposisi tenaga kerja. Saat ini, tenaga kerja Indonesia masih didominasi tamatan SMP dan SMA. “Kita berharap 20 tahun ke depan, di tahun 2045, tenaga kerja yang dominan adalah tamatan Diploma dan Sarjana. Perguruan tinggi wajib mempersiapkan mereka menjadi tenaga terampil yang dapat menjadi tulang punggung Indonesia Emas,” pungkas Prof. Saiful.

Pesan tegas Kepala LLDikti ini menjadi alarm sekaligus motivasi bagi seluruh civitas akademika yang hadir, bahwa heroisme masa kini diwujudkan melalui kampus yang bersih dari narkoba dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.

Sementara, Ketua DPP FKBNI Prof. Dr. Jon Piter Sinaga, M.Kes., dalam sambutannya mengajak ribuan peserta yang hadir untuk mendefinisikan ulang makna perjuangan. Ia mengingatkan, konteks kepahlawanan saat ini sangat berbeda dengan masa lalu. “Hari ini, kita tidak sekadar berkumpul untuk mengenang pertempuran masa lalu. Kita hadir untuk menyalakan kembali api semangat kepahlawanan dalam konteks kekinian,” ujar Prof. Jon Piter.

Menurutnya, jika dahulu para pahlawan berjuang mengangkat senjata dan bambu runcing untuk mengusir penjajah, maka di tahun 2025 ini medan juang telah berubah total. “Musuh kita bukan lagi tentara asing, melainkan kebodohan, kemiskinan, perpecahan, dan ancaman degradasi moral yang mengintai generasi muda kita,” tegasnya di hadapan 950 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum.

FKBNI hadir sebagai garda terdepan untuk menanamkan nilai kesadaran Bela Negara guna menjawab tantangan tersebut. Prof. Jon Piter meluruskan persepsi bahwa Bela Negara bukan sekadar wajib militer, melainkan sebuah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai kecintaan kepada NKRI berdasarkan Pancasila. “Setiap orang bisa menjadi pahlawan. Pahlawan di bidang pendidikan, pahlawan di bidang ekonomi, dan pahlawan dalam menjaga keutuhan NKRI,” tambahnya.

Senada dengan hal tersebut, Ketua Panitia Pelaksana, Prof. Efendi Barus, dalam laporannya menekankan tema “Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu”. Ia berharap kegiatan ini dapat membangun kesadaran kolektif, khususnya bagi mahasiswa sebagai agen perubahan, untuk mengimplementasikan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Semangat “Pahlawan Masa Kini” ini juga diamini oleh Kepala LLDikti Wilayah I, Prof. Saiful Anwar Matondang. Dalam orasinya, ia menyebutkan bahwa dua kunci utama alat ungkit masyarakat untuk menjadi bangsa yang berdaya adalah pendidikan dan keterampilan. Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab moral untuk melahirkan inovasi yang mampu mengubah mindset masyarakat agar keluar dari jerat kemiskinan.

Melalui kolaborasi antara elemen masyarakat sipil seperti FKBNI dan institusi pendidikan LLDikti, diharapkan lahir generasi baru pahlawan Indonesia: mereka yang tidak memegang senjata, namun memegang ilmu pengetahuan, teknologi, dan karakter luhur untuk membawa Indonesia menuju masa keemasannya pada tahun 2045. Acara diakhiri dengan komitmen bersama untuk menjadikan semangat pahlawan sebagai inspirasi dalam setiap langkah memajukan Sumatera Utara dan Indonesia. (adz)

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|