YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Semua orang tentu sepakat bahwa Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya sekaligus kota pelajar. Namun, siapa sangka survei Perpusnas soal tingkat kegemaran membaca, Kota Jogja kalah dengan Gunungkidul?
Ya, kabupaten yang selama ini dikenal sebagai wilayah gersang, ternyata menyimpan kejutan dalam hal budaya literasi. Data resmi menunjukkan bahwa Gunungkidul menduduki peringkat tertinggi dalam Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) se-Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan skor impresif 83,99, Gunungkidul mengungguli empat kabupaten/kota lainnya di DIY. Skor ini tak hanya melampaui rata-rata provinsi, namun juga mengungguli Kota Yogyakarta yang selama ini lekat dengan julukan “kota pelajar”, dan hanya mencatat nilai 78,47.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY yang dirilis pada 24 Februari 2025, Sleman berada di posisi kedua dengan nilai 82,81, diikuti oleh Bantul dengan skor 80,89. Sementara itu, Kulon Progo menempati urutan terbawah dengan skor 74,55, meskipun tetap menunjukkan angka kegemaran membaca yang cukup tinggi di tingkat nasional.
Literasi Sudah Jadi Gaya Hidup
Tak hanya unggul dalam angka, Gunungkidul juga menunjukkan tren positif dalam kebiasaan membaca harian. Warganya rata-rata membaca enam kali dalam sepekan, dengan intensitas 1,5 hingga 2 jam per hari. Bahkan, dalam seminggu, warga Gunungkidul bisa melahap hingga lima buku, jauh di atas standar nasional.
Ini mengindikasikan bahwa di Gunungkidul, membaca bukan sekadar hobi musiman, melainkan kebiasaan yang telah membudaya dan diterapkan secara luas di berbagai lapisan masyarakat.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Gunungkidul, Kisworo, menyambut baik pencapaian itu. Meski bangga, ia mengingatkan bahwa masih ada pekerjaan rumah, khususnya dalam hal peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM).
Pasalnya, berdasarkan survei yang sama dari Perpusnas, skor IPLM Gunungkidul masih di kisaran 56,03—paling rendah di DIY. Hal ini dikarenakan variabel yang dinilai dalam IPLM jauh lebih kompleks, mencakup jumlah koleksi perpustakaan, ketersediaan SDM, hingga cakupan layanan literasi ke pelosok wilayah.
“Kalau soal kegemaran membaca kami bersyukur berada di posisi puncak. Tapi kami juga sadar, pembangunan literasi tidak berhenti di sana. Harus ada peningkatan dari sisi akses dan penyediaan layanan,” terang Kisworo.
Internet Jadi Katalis, Bukan Gangguan
Hal menarik lainnya, Gunungkidul juga tercatat memiliki durasi penggunaan internet yang cukup tinggi, yakni nyaris tiga jam per hari. Namun, tidak seperti anggapan umum bahwa internet menurunkan minat baca, di sini justru menjadi sarana pendukung literasi digital.
Kepala Bidang Perpustakaan Gunungkidul, Arif Yahya, menyebut bahwa perpustakaan digital dan berbagai program literasi daring turut membantu membentuk budaya membaca di wilayah ini. Akses internet yang merata hingga pelosok menjadi faktor pendorong kuat tumbuhnya budaya literasi yang modern namun tetap membumi.
DIY Paling Literat di Indonesia
Secara umum, capaian Gunungkidul ikut menyumbang peringkat tertinggi DIY sebagai provinsi dengan tingkat kegemaran membaca terbaik se-Indonesia di tahun 2024. Dengan rata-rata skor 79,99, DIY mengungguli provinsi lain seperti Bangka Belitung dan Jawa Timur.
Rata-rata warga DIY diketahui membaca hingga enam buku setiap minggu, dengan frekuensi membaca hampir setiap hari dan durasi akses internet yang mendukung pembelajaran daring.
Dengan capaian ini, Gunungkidul secara simbolis berhasil mendobrak stereotip bahwa daerah pinggiran tidak bisa bersaing dalam aspek pembangunan SDM. Justru dengan keterbatasan geografis, masyarakat Gunungkidul menunjukkan bahwa semangat literasi bisa bertumbuh dan membentuk ekosistem membaca yang kuat.
Kabupaten seluas hampir 1.500 kilometer persegi ini kini bisa berdiri sejajar, bahkan lebih unggul, dibanding pusat-pusat pendidikan lain di DIY.
Bukan hanya dikenal karena pantai dan bukitnya, kini Gunungkidul juga mengukuhkan diri sebagai simbol baru budaya baca di Indonesia: daerah paling gemar membaca di DIY. [*] Berbagai sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.