Beras Oplosan belum Ditemukan di Sumut, Masyarakat Tak Paham Bedanya

3 months ago 40

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Masyarakat dilanda keresahan setelah mencuatnya kabar tentang dugaan ratusan merek beras yang dijual di pasaran merupakan beras oplosan. Kabar beras premium oplosan berkembang luas melalui media sosial dan grup-grup pesan instan, menimbulkan kekhawatiran soal kualitas, keamanan pangan, dan kejujuran pedagang yang beroperasi di pasar tradisional maupun ritel modern.

PENGAMAT Ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan, pada dasarnya masyarakat kerap luput atau tidak mengetahui perbedaan antara beras asli dan oplosan. Dalam paraktiknya, beras yang didistribusikan ke masyarakat memiliki ragam kualitas yang berbeda. Namun memang dibutuhkan pengawasan atau monitoring untuk memastikan, kualitas beras yang dijual itu sesuai dengan kemasan yang tercantum.

“Khususnya untuk beras yang dilabeli dengan kualitas medium atau premium. Karena masyarakat umumnya langsung percaya dengan kemasan tanpa mengecek secara langsung. Jadi kalau pemerintah ingin memastikan beras yang didistribusikan ke masyarakat memenuhi kriteria kualitas yang sesuai dengan kemasannya, maka bisa dilakukan dengan cara mengambil sampel beras secara berkala untuk dilakukan pengujian di laboratorium,” kata Gunawan kepada Sumut Pos, Selasa (15/7).

Menurut Gunawan, masyarakat umumnya hanya melihat warna beras, baunya, pecahannya berikut harganya. Dari kriteria tersebut, masyarakat juga tidak bisa lantas menyimpulkan, apakah beras tersebut termasuk dalam kategori medium, premium, atau jenis lainnya. “Apalagi kalau mengacu kepada kriteria lain seperti presentase derajat sosoh, kadar air, butir menir hingga butir patah. Jelas untuk memastikan presentase dari kadar beras tersebut dibutuhkan bantuan alat atau teknologi,” ujarnya.

Karenanya, dia menyarankan fungsi pengawasan atau kontrol sebaiknya dilakukan di level pemerintah, masyarakat tinggal menikmati saja. Karena kalau mengandalkan laporan masyarakat, dia meragukan kemampuan masyarakat untuk memilah jenis beras tesebut berdasarkan derajat kualitasnya. Karena potensi salahnya cukup besar. “Untuk mengidentifikasi awal, apakah beras berpotensi dioplos atau tidak sebenarnya cukup mudah. Tinggal hitung berapa HPP (harga pokok produksi) di level kilang, lantas bandingkan dengan harga di level konsumen,” ungkapnya.

Sebagai contoh, kata Gunawan jika harga gabah kering giling di level produsen sebesar Rp8.000 per Kg, sementara rasio gabah menjadi besar sebanyak 50 persen, namun harga beras dijual dikisaran Rp14 ribu per Kg. Padahal harga keekonomiannya bisa mencapai Rp16 ribu per Kg. Dari contoh tersebut kita bisa mengambil kesimpulan, harga beras yang dijual terbilang murah.

“Ada kemungkinan beras tersebut dioplos, atau kilang menekan untung. Bisa jadi juga beratnya tidak sesuai takaran, atau kemungkinan lain yang bisa ditindaklanjuti. Jadi memang fungsi pengawasan itu bisa dilakukan secara rutin untuk memastikan bahwa masyarakat membeli beras sesuai dengan kualitasnya,” pungkasnya.

Sementara, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Medan akan segera melakukan operasi terkait ketersediaan dan kesesuaian standar beras di Kota Medan. Hal ini dilakukan guna menindaklanjuti adanya temuan sejumlah merek beras oplosan oleh Menteri Pertanian RI dan Bareskrim Polri. “Kita akan melakukan operasi ke lapangan. Kita akan memastikan semua beras yang beredar merupakan beras yang sesuai standar dan regulasi yang ditetapkan,” kata Kepala DKP3 Kota Medan, Gelora Kurnia Ginting kepada Sumut Pos, Selasa (15/7).

Menurut Gelora, operasi ini akan dilakukan bersama Satgas Pangan. “Kemarin kita operasi sendiri. Ke depannya kita akan menggelar operasi bersama Satgas Pangan,” ujarnya.

Dijelaskannya, selama ini Pemko Medan telah melakukan operasi ke pasar-pasar tradisional maupun pasar-pasar modern. Tidak hanya beras, namun operasi juga dilakukan untuk komoditas lainnya. “Dan sejauh ini, kita belum menemukan adanya beras oplosan di Kota Medan. Selama ini kita sudah melakukan operasi secara acak, dan belum ada kita temukan,” katanya.

Meskipun begitu, sambung Gelora, Pemko Medan siap menerima laporan dari masyarakat apabila menemukan adanya beras oplosan di pasaran. “Nantinya laporan itu akan kita tindaklanjuti dengan langsung mengecek ke lapangan. Mulai dari tingkat pedagang, distributor, hingga ke pangkalnya,” sambungnya.

Diakui Gelora, untuk stabilisasi harga beras, DKP3 Kota Medan sering melakukan pengecekan untuk kategori beras medium. Namun untuk beras oplosan, memang lebih banyak terjadi pada kategori beras premium. “Beras premium ini banyak dijual di pasar modern. Kedepan, beras premium di pasar-pasar modern ini juga tidak akan luput dari operasi yang akan kita lakukan,” tandasnya.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumut juga menyebut, hingga hari ini belum ada ditemukan beras oplosan di berbagai tempat yang ada di Sumatera Utara. “Kawan-kawan dan juga beberapa tim sudah turun ke pasar ritel dan tradisional, dan sampai saat ini belum ada ditemukan, dan kita harapkan jangan sampai ada ditemukan beras oplosan di Sumatera Utara,” kata Kabid Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Disperindag dan ESDM Sumut, Charles Situmorang ketika dikonfirmasi Sumut Pos, Selasa (15/7).

Charles pun berharap kepada masyarakat agar segera memberitahukan kepada Disperindag Sumut bila ada dugaan beras oplosan di perjual belikan. “Dimohon kepada masyarakat bila ada beras oplosan dijual di beberapa ritel mohon informasinya, karena kawan-kawan sudah pada turun ke lapangan,” ucapnya.

Dirinya mengatakan, jika sebelum kejadian ini menguat ke permukaan publik, rata-rata pemilik ritel sudah menyadari adanya beberapa beras yang diduga oplosan. “Banyak sudah pemilik ritel maupun pedagang menyadari adanya beras oplosan, sehingga mereka menarik beras tersebut dari pasaran,” ucapnya.

Disperindag Sumut dalam hal ini tidak hanya terfokus pada beras saja, melainkan bahan kebutuhan pokok lainnya. “Sesuai arahan pimpinan, inspeksi kami lakukan bukan berkaca pada kasus saja tapi juga dilakukan secara rutin, yang bukan hanya terfokus pada beras melainkan pada bahan kebutuhan pokok lainnya, seperti minyak goreng, gula dan lainnya,” terangnya.

Charles juga menyebut, jika inspeksi dilakukan di beberapa titik di Kota Medan. “Kami lakukan inspeksi di beberapa pasar tradisional dan sejumlah minimarket dan supermarket di Kota Medan,” pungkasnya. (mag-2/map/san/adz)

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|