Direktur Bina Usaha dan Perdagangan Kemendag Tinjau Pengolahan Durian di Dairi, Pengusaha Diimbau Segera Urus Izin Edar

9 hours ago 4

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Direktur Bina Usaha dan Perdagangan Kementerian Perdagangan Septo Soepriatno mengajak pengusaha melengkapi izin guna kemudahan pemasaran. Hal ini disampaikan Septo saat berkunjung ke lokasi pengolahan durian di Desa Gunung Sayang Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi, Selasa (18/11).

“Perlu diurus izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),” kata Septo di dampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Dairi Surung Charles Lamhot Batnjin, Ketua DPD Aprindo Dairi Richard Eddy M Lingga, dari Aprindo Jakarta, John Ferry, Purwanto Wahyudi dan Direktir Binus Kemendag RI turut mendampingi Septo.

Selain itu, lanjut Septo, kemasan penting didesain lebih menarik. Sebab, pemasaran harus mengikuti selera konsumen. Biasanya memang, durian dijual bentuk utuh. Jadi, satuan penjualannya per kilo.

“Potensi UMKM Dairi sagat besar. Apalagi, kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) cukup bagus. Terbukti, produk UMKM sudah bisa masuk toko modern,” ujarnya.

Septo menyebut, jika ingin produk tersebut dipasarkan melalui ritel, kriteria mesti diikuti. Termasuk harga. Produk UMKM tidak lebih dari Rp50 ribu per unit.

Pengusaha Durian Cinta Damai, Perdaminta Tarigan (40) dan Elisabeth Tarigan (32) menyebut, pihaknya menyediakan pasokan sepanjang hari dan sepanjang tahun. Produk tersebut diolah dalam dua bentuk. Yakni durian kupas (Durpas) dikemas di kotak plastik dan satu lagi mirip dodol atau disebut durian daging. Transportasi dilengkapi frozen (pendingin).

“Pemasarannya ke Jabodetabek dan Batam. Pasar terbuka luas. Orderan dilakukan oleh toke. Kontak langsung produsen lokal dan penampung di luar daerah,” kata Perdaminta.

Model durpas, kata Perdaminta, aman dikonsumsi hingga 4 bulan ke depan. Sedang model daging, bisa tahan selama 1 tahun tanpa perubahan rasa dan aroma.

Sepanjang proses pengolahan, tangan atau kulit pekerja tidak boleh menyentuh langsung bahan. Kalau itu terjadi, akan cepat basi ditandai perubahan aroma. Rasanya berganti asam. “Pantang tersentuh kulit pekerja”, tandas Perdaminta.

Dijelaskan, harga sangat fluktuatif. Bila stok langka, harga akan mahal. Jika panen raya, harga tentu lebih murah. Kemasan setengah kilogram dijajakan Rp14 ribu di tingkat lokal. “Puncak panen biasanya awal Desember hingga Maret”, kata Perdaminta.

Khusus Desa Gunung Sayang, terdapat 15 pengusaha beraktivitas sepertinya. Menyediakan frozen food. Kecamatan Tigalingga merupakan sentra durian di Dairi. (rud/adz)

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Direktur Bina Usaha dan Perdagangan Kementerian Perdagangan Septo Soepriatno mengajak pengusaha melengkapi izin guna kemudahan pemasaran. Hal ini disampaikan Septo saat berkunjung ke lokasi pengolahan durian di Desa Gunung Sayang Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi, Selasa (18/11).

“Perlu diurus izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),” kata Septo di dampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Dairi Surung Charles Lamhot Batnjin, Ketua DPD Aprindo Dairi Richard Eddy M Lingga, dari Aprindo Jakarta, John Ferry, Purwanto Wahyudi dan Direktir Binus Kemendag RI turut mendampingi Septo.

Selain itu, lanjut Septo, kemasan penting didesain lebih menarik. Sebab, pemasaran harus mengikuti selera konsumen. Biasanya memang, durian dijual bentuk utuh. Jadi, satuan penjualannya per kilo.

“Potensi UMKM Dairi sagat besar. Apalagi, kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) cukup bagus. Terbukti, produk UMKM sudah bisa masuk toko modern,” ujarnya.

Septo menyebut, jika ingin produk tersebut dipasarkan melalui ritel, kriteria mesti diikuti. Termasuk harga. Produk UMKM tidak lebih dari Rp50 ribu per unit.

Pengusaha Durian Cinta Damai, Perdaminta Tarigan (40) dan Elisabeth Tarigan (32) menyebut, pihaknya menyediakan pasokan sepanjang hari dan sepanjang tahun. Produk tersebut diolah dalam dua bentuk. Yakni durian kupas (Durpas) dikemas di kotak plastik dan satu lagi mirip dodol atau disebut durian daging. Transportasi dilengkapi frozen (pendingin).

“Pemasarannya ke Jabodetabek dan Batam. Pasar terbuka luas. Orderan dilakukan oleh toke. Kontak langsung produsen lokal dan penampung di luar daerah,” kata Perdaminta.

Model durpas, kata Perdaminta, aman dikonsumsi hingga 4 bulan ke depan. Sedang model daging, bisa tahan selama 1 tahun tanpa perubahan rasa dan aroma.

Sepanjang proses pengolahan, tangan atau kulit pekerja tidak boleh menyentuh langsung bahan. Kalau itu terjadi, akan cepat basi ditandai perubahan aroma. Rasanya berganti asam. “Pantang tersentuh kulit pekerja”, tandas Perdaminta.

Dijelaskan, harga sangat fluktuatif. Bila stok langka, harga akan mahal. Jika panen raya, harga tentu lebih murah. Kemasan setengah kilogram dijajakan Rp14 ribu di tingkat lokal. “Puncak panen biasanya awal Desember hingga Maret”, kata Perdaminta.

Khusus Desa Gunung Sayang, terdapat 15 pengusaha beraktivitas sepertinya. Menyediakan frozen food. Kecamatan Tigalingga merupakan sentra durian di Dairi. (rud/adz)

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|