Jangan Hanya X-Banner Pajak tapi Harusnya Ada Terkait Plastik Sekali Pakai

5 hours ago 3

Melihat Moment Hari Bumi yang Diperingati para Pegiat Lingkungan di Jayapura

Moment Hari Bumi memang telah lewat. Jatuhnya pada 22 April lalu. Namun jika di luar diperingati dengan serius, sedikit berbeda di Jayapura. Tak ada kegiatan yang begitu penting untuk hari ini. Hanya pegiat lingkungan yang gabung jurus dan membedah regulasi.

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Buah inisiatif dan merasa perlu untuk mengingatkan pemerintah selaku pemangku kebijakan mendorong sejumlah pegiat lingkungan di Kota Jayapura berkumpul. Mereka datang dengan “bendera” masing-masing. Hampir semuanya berstatus mahasiswa dengan berbagai latar belakang komunitas atau organisasi.

Namun ketika sudah duduk bersama, status tersebut bergeser menjadi koalisi pegiat lingkungan yang artinya tidak lagi menonjolkan identitas masing-masing kelompok. Hari Bumi bisa menjadi momentum yang baik untuk bisa mengoreksi, mengevaluasi dan memperbaiki. Semua tertuju pada pemerintah selaku pihak yang memiliki kebijakan dan kewenangan sekaligus pihak yang menghadirkan regulasi.

Jika di Bali para komunitas peduli disana memperingatan Hari Bumi tahun ini di Bali dengan gaung yang berbeda. Alih-alih sekadar seremonial, berbagai komunitas menyuarakan penggunaan tumbler sebagai pengganti botol plastik sekali. Seruan tersebut sejalan dengan keputusan Gubernur Bali untuk secara aktif mengurangi produksi dan penggunaan sampah plastik di Pulau Dewata.

Komunitas Peduly Bali dalam edukasi peringatan Hari Bumi meminta masyarakat untuk membawa tumbler dalam kegiatan sehari-hari. Mereka meyakini bahwa tindakan sederhana seperti membawa tumbler sendiri memiliki dampak besar dalam mengurangi timbunan sampah plastik, terutama botol air minum sekali pakai yang kerap mencemari pantai dan lingkungan Bali.

Cerita ini sejatinya sangat mirip dengan wajah Kota Jayapura yang masih berkutat dengan banyaknya sampah plastik. Dan Teluk Yotefa terus menerus babak belur menerima limpasan sampah dari arah kota. Tak pernah habis-habisnya meski di “jalur utama” Kali Acay telah difilter menggunakan trash rack.

Melihat Moment Hari Bumi yang Diperingati para Pegiat Lingkungan di Jayapura

Moment Hari Bumi memang telah lewat. Jatuhnya pada 22 April lalu. Namun jika di luar diperingati dengan serius, sedikit berbeda di Jayapura. Tak ada kegiatan yang begitu penting untuk hari ini. Hanya pegiat lingkungan yang gabung jurus dan membedah regulasi.

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Buah inisiatif dan merasa perlu untuk mengingatkan pemerintah selaku pemangku kebijakan mendorong sejumlah pegiat lingkungan di Kota Jayapura berkumpul. Mereka datang dengan “bendera” masing-masing. Hampir semuanya berstatus mahasiswa dengan berbagai latar belakang komunitas atau organisasi.

Namun ketika sudah duduk bersama, status tersebut bergeser menjadi koalisi pegiat lingkungan yang artinya tidak lagi menonjolkan identitas masing-masing kelompok. Hari Bumi bisa menjadi momentum yang baik untuk bisa mengoreksi, mengevaluasi dan memperbaiki. Semua tertuju pada pemerintah selaku pihak yang memiliki kebijakan dan kewenangan sekaligus pihak yang menghadirkan regulasi.

Jika di Bali para komunitas peduli disana memperingatan Hari Bumi tahun ini di Bali dengan gaung yang berbeda. Alih-alih sekadar seremonial, berbagai komunitas menyuarakan penggunaan tumbler sebagai pengganti botol plastik sekali. Seruan tersebut sejalan dengan keputusan Gubernur Bali untuk secara aktif mengurangi produksi dan penggunaan sampah plastik di Pulau Dewata.

Komunitas Peduly Bali dalam edukasi peringatan Hari Bumi meminta masyarakat untuk membawa tumbler dalam kegiatan sehari-hari. Mereka meyakini bahwa tindakan sederhana seperti membawa tumbler sendiri memiliki dampak besar dalam mengurangi timbunan sampah plastik, terutama botol air minum sekali pakai yang kerap mencemari pantai dan lingkungan Bali.

Cerita ini sejatinya sangat mirip dengan wajah Kota Jayapura yang masih berkutat dengan banyaknya sampah plastik. Dan Teluk Yotefa terus menerus babak belur menerima limpasan sampah dari arah kota. Tak pernah habis-habisnya meski di “jalur utama” Kali Acay telah difilter menggunakan trash rack.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|