JAYAPURA – Dampak dari kontak tembak yang terjadi antara TNI Polri dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) membuat ratusan warga panik. Tercatat sekitar 600 warga di Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan mengungsi ke Gereja Halihalo.
Adapun insiden kontak tembak terjadi di Kampung Aruli Desa Yeleas, Distrik Tangma pada 15 Juni 2025, sekira pukul 11:00-01:00 WIT menewaskan seorang sipil bernama Mesak Asipalek (45) serta anggota TPNPB bernama Prek Sarera.
Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) yang dipimpin pembela Hak Asasi Manusia (HAM) Theo Hesegem, membentuk tim investigasi dan melakukan pemantauan lapangan sejak 17 Juni. Rombongan pun berangkat menuju lokasi pengungsian dan lokasi kejadian konflik untuk menghimpun informasi serta memastikan kondisi masyarakat sipil.
Setiba di Gereja Halihalo, Theo dan tim mendapati 600 orang pengungsi. Mereka saat itu tidur di gereja, termasuk barang-barang mereka tertampumpung di gereja.
“Semua kami arahkan tinggal di gereja, di ruangan gereja kami jadikan tempat tidur,”ungkap seseorang Hamba Tuhan sekaligus Sekertaris Klasis Tangma, Pdt. Reki Asipalek sebagaimana rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Senin (23/6).
Saat pertemuan dengam warga setempat, Theo menekankan kepada pengungsi untuk tidak perlu takut dan bebas bekerja. Namun harus hati-hari jangan sampai masyarakat yang mengalami korban.
“Kebebasan warga sipil tidak boleh dihalangi, jadi masyarkat bebas berkebun dan berkarya, tetapi harus hati-hati karena peluru itu gila. Terkadang TNI dalam melakukan penembakan bisa menyasar warga,” terangnya.
Theo berharap masyarakat tidak mengungsi keluar dari Tangma, sebab dirinya tak mengiginkan masyarakat kehilangan tempat tinggalnya dan meninggal di daerah orang lain tanpa jejak.
“Kami juga berharap masyarakat tidak panik. Tetap bertahan di kampung dan tetap beraktivitas seperti biasanya, jika ada tindakan brutal maka semua jemaat kumpul di halaman Kantor Klasis,” imbaunya.
Selama pemantauan, tim juga mengunjungi Kampung Lik Ima yang diduga sebagai lokasi persembunyian Egianus Kogeya. Namun dari hasil investigasi, Egianus dan kelompoknya tidak lagi berada di lokasi tersebut.
Menurut laporan tim investigasi, pada 18 Juni, penembakan juga kembali terjadi dari arah pos TNI di Gunung Ongolo yang mengarah ke kawasan pengungsian Gereja Yeriko tempat dimana pengungsi berada.
JAYAPURA – Dampak dari kontak tembak yang terjadi antara TNI Polri dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) membuat ratusan warga panik. Tercatat sekitar 600 warga di Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan mengungsi ke Gereja Halihalo.
Adapun insiden kontak tembak terjadi di Kampung Aruli Desa Yeleas, Distrik Tangma pada 15 Juni 2025, sekira pukul 11:00-01:00 WIT menewaskan seorang sipil bernama Mesak Asipalek (45) serta anggota TPNPB bernama Prek Sarera.
Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) yang dipimpin pembela Hak Asasi Manusia (HAM) Theo Hesegem, membentuk tim investigasi dan melakukan pemantauan lapangan sejak 17 Juni. Rombongan pun berangkat menuju lokasi pengungsian dan lokasi kejadian konflik untuk menghimpun informasi serta memastikan kondisi masyarakat sipil.
Setiba di Gereja Halihalo, Theo dan tim mendapati 600 orang pengungsi. Mereka saat itu tidur di gereja, termasuk barang-barang mereka tertampumpung di gereja.
“Semua kami arahkan tinggal di gereja, di ruangan gereja kami jadikan tempat tidur,”ungkap seseorang Hamba Tuhan sekaligus Sekertaris Klasis Tangma, Pdt. Reki Asipalek sebagaimana rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Senin (23/6).
Saat pertemuan dengam warga setempat, Theo menekankan kepada pengungsi untuk tidak perlu takut dan bebas bekerja. Namun harus hati-hari jangan sampai masyarakat yang mengalami korban.
“Kebebasan warga sipil tidak boleh dihalangi, jadi masyarkat bebas berkebun dan berkarya, tetapi harus hati-hati karena peluru itu gila. Terkadang TNI dalam melakukan penembakan bisa menyasar warga,” terangnya.
Theo berharap masyarakat tidak mengungsi keluar dari Tangma, sebab dirinya tak mengiginkan masyarakat kehilangan tempat tinggalnya dan meninggal di daerah orang lain tanpa jejak.
“Kami juga berharap masyarakat tidak panik. Tetap bertahan di kampung dan tetap beraktivitas seperti biasanya, jika ada tindakan brutal maka semua jemaat kumpul di halaman Kantor Klasis,” imbaunya.
Selama pemantauan, tim juga mengunjungi Kampung Lik Ima yang diduga sebagai lokasi persembunyian Egianus Kogeya. Namun dari hasil investigasi, Egianus dan kelompoknya tidak lagi berada di lokasi tersebut.
Menurut laporan tim investigasi, pada 18 Juni, penembakan juga kembali terjadi dari arah pos TNI di Gunung Ongolo yang mengarah ke kawasan pengungsian Gereja Yeriko tempat dimana pengungsi berada.