Warga Kecewa Tak Bisa Masuk Ndalem Mangkunegaran Usai Kirab Pusaka, “Nguri-uri Budaya Kok Hanya untuk yang Elit?”

5 hours ago 1
Ratusan warga dari berbagai daerah, termasuk luar kota, harus menelan kekecewaan saat hendak menyaksikan momen sakral kembalinya pusaka dalam prosesi kirab Puro Mangkunegaran pada Kamis (26/6/2025) || Ando

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM Ratusan warga dari berbagai daerah, termasuk luar kota, harus menelan kekecewaan saat hendak menyaksikan momen sakral kembalinya pusaka dalam prosesi kirab Puro Mangkunegaran pada Kamis (26/6/2025) malam. Setelah kirab usai, warga yang ingin mengikuti prosesi udik-udik di dalam Ndalem Puro justru tak diizinkan masuk.

Kerumunan warga tampak memenuhi sisi barat kompleks Puro Mangkunegaran, menunggu harapan dibukanya akses ke dalam dalem ageng. Namun, pintu tetap tertutup rapat. Sebagian dari mereka mengaku sudah datang sejak sore hanya demi bisa merasakan atmosfer budaya tahunan itu secara langsung.

Salah satunya, Eva, warga Solo, yang baru pertama kali menyaksikan prosesi budaya di Puro Mangkunegaran. Ia mengaku kecewa karena tidak bisa masuk hanya karena tidak membawa undangan.

“Saya sebetulnya orang Solo tapi baru kali ini melihat. Karena biasanya lihatnya hanya ada di Kasunanan yang ada Kebo. Tapi disini saya malah tidak diperbolehkan masuk kesana,” ujar Eva.

Ia menambahkan bahwa dirinya memiliki kerabat yang ikut dalam kirab pusaka malam itu. Namun, karena tak memiliki kartu undangan, dirinya tetap dilarang masuk ke dalam area ndalem.

“Tadi alasannya karena tidak mempunyai undangan. Padahal satu kerabat saya ikut di dalam ikut kirab. Cuma karena kita tidak bawa undangan akhirnya tidak boleh masuk. Padahal kalau tahun-tahun dulu itu boleh,” ungkapnya kesal.

Kekecewaan Eva kian dalam karena ia merasa bahwa acara budaya seperti ini seharusnya terbuka untuk masyarakat luas, bukan hanya tamu undangan dari kalangan tertentu.

“Inikan nguri-uri budaya Jawa harusnya setiap satu tahun sekali harusnya diperbolehkan lah. Jadi tidak hanya kuota 100 saja, tidak hanya orang yang kelihatan elit kelihatan sugih itu diperbolehkan di dalam. Tapi kenapa masyrakat biasa tidak diperbolehkan itu sangat-sangat luar biasa kecewanya,” tegasnya.

Nada serupa diungkapkan Sri Suwarni (68), warga Tawangmangu, yang rela datang jauh-jauh dari pegunungan sejak pukul 5 sore demi mengikuti ritual budaya yang rutin ia datangi setiap tahun.

“Ya berarti kalau ga boleh masuk, balik aja. Padahal saya dari Tawangmangu jam 5 sore tadi. Gelo gt rasanya, biasane masuk bisa ngrebut air. Kalau digebyuri uang itu bisa ngerayah ikut. Tiap tahun kesini, ya baru sekarang ini ga bisa,” tuturnya lirih.

Prosesi kirab pusaka yang biasanya menjadi momen sakral dan sekaligus ajang kebersamaan masyarakat kini justru menimbulkan jarak dan rasa kecewa. Warga berharap ke depan, pelestarian budaya bisa dilakukan dengan lebih inklusif dan melibatkan semua lapisan masyarakat, bukan hanya undangan dan kalangan tertentu saja.

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|