JAYAPURA – Perkembangan pasar modal di wilayah Papua menunjukkan tren yang positif di tengah dinamika ekonomi nasional. Berdasarkan data per 10 April 2025, jumlah investor pasar modal di Papua telah mencapai 106.542 orang, mengalami pertumbuhan sebesar 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal ini dikatakan Kepala Wilayah Papua PT Bursa Efek Indonesia, Kresna Payokwa, Selasa (22/4). Angka ini mencerminkan meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat Papua terhadap investasi sebagai bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang.
Meskipun jumlah investor meningkat, total nilai transaksi tercatat sebesar Rp1,7 triliun, mengalami penurunan relatif dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah pusat dan daerah.
“Kebijakan ini berdampak pada aliran belanja publik dan aktivitas ekonomi secara umum, termasuk sentimen investor terhadap pasar saham. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami fluktuasi yang signifikan di kuartal pertama 2025,” kata Kresna.
Sambungnya, namun di tengah dinamika tersebut, terdapat sektor-sektor yang tetap menunjukkan prospek cerah di IHSG, antara lain energi dan pertambangan didorong oleh permintaan global terhadap komoditas seperti nikel dan tembaga.
Infrastruktur, terkait pembangunan konektivitas dan fasilitas umum di wilayah timur Indonesia. Teknologi, tumbuh pesat seiring percepatan digitalisasi, terutama pada sektor logistik dan agritech dan barang konsumen yang tetap stabil karena memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Sementara itu, hingga saat ini belum ada perusahaan lokal Papua yang melantai di Bursa Efek Indonesia (go public). Hal ini disebabkan oleh sejumlah tantangan seperti skala usaha yang masih kecil, minimnya tata kelola keuangan yang memenuhi standar IPO, serta kurangnya informasi dan pendampingan kepada pelaku usaha lokal.
Untuk mengatasi tantangan tersebut dan memperkuat literasi serta inklusi keuangan, BEI Perwakilan Papua terus membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, antara lain perguruan tinggi, pemerintahan daerah, asosiasi pengusaha, dan sekolah.
Hingga April 2025, kolaborasi ini telah menghasilkan pendirian 27 Galeri Investasi BEI di berbagai wilayah Papua. Galeri Investasi ini berfungsi sebagai pusat edukasi dan simulasi investasi saham, sekaligus menjadi penghubung antara pasar modal dan masyarakat.
“Kami optimis bahwa Papua memiliki potensi besar untuk berkembang di pasar modal, baik dari sisi jumlah investor maupun calon emiten lokal. Dengan dukungan dan kolaborasi lintas sektor, kami percaya pertumbuhan ini akan terus berlanjut secara inklusif,” pungkasnya. (dil/fia)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos
JAYAPURA – Perkembangan pasar modal di wilayah Papua menunjukkan tren yang positif di tengah dinamika ekonomi nasional. Berdasarkan data per 10 April 2025, jumlah investor pasar modal di Papua telah mencapai 106.542 orang, mengalami pertumbuhan sebesar 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal ini dikatakan Kepala Wilayah Papua PT Bursa Efek Indonesia, Kresna Payokwa, Selasa (22/4). Angka ini mencerminkan meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat Papua terhadap investasi sebagai bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang.
Meskipun jumlah investor meningkat, total nilai transaksi tercatat sebesar Rp1,7 triliun, mengalami penurunan relatif dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah pusat dan daerah.
“Kebijakan ini berdampak pada aliran belanja publik dan aktivitas ekonomi secara umum, termasuk sentimen investor terhadap pasar saham. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami fluktuasi yang signifikan di kuartal pertama 2025,” kata Kresna.
Sambungnya, namun di tengah dinamika tersebut, terdapat sektor-sektor yang tetap menunjukkan prospek cerah di IHSG, antara lain energi dan pertambangan didorong oleh permintaan global terhadap komoditas seperti nikel dan tembaga.
Infrastruktur, terkait pembangunan konektivitas dan fasilitas umum di wilayah timur Indonesia. Teknologi, tumbuh pesat seiring percepatan digitalisasi, terutama pada sektor logistik dan agritech dan barang konsumen yang tetap stabil karena memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Sementara itu, hingga saat ini belum ada perusahaan lokal Papua yang melantai di Bursa Efek Indonesia (go public). Hal ini disebabkan oleh sejumlah tantangan seperti skala usaha yang masih kecil, minimnya tata kelola keuangan yang memenuhi standar IPO, serta kurangnya informasi dan pendampingan kepada pelaku usaha lokal.
Untuk mengatasi tantangan tersebut dan memperkuat literasi serta inklusi keuangan, BEI Perwakilan Papua terus membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, antara lain perguruan tinggi, pemerintahan daerah, asosiasi pengusaha, dan sekolah.
Hingga April 2025, kolaborasi ini telah menghasilkan pendirian 27 Galeri Investasi BEI di berbagai wilayah Papua. Galeri Investasi ini berfungsi sebagai pusat edukasi dan simulasi investasi saham, sekaligus menjadi penghubung antara pasar modal dan masyarakat.
“Kami optimis bahwa Papua memiliki potensi besar untuk berkembang di pasar modal, baik dari sisi jumlah investor maupun calon emiten lokal. Dengan dukungan dan kolaborasi lintas sektor, kami percaya pertumbuhan ini akan terus berlanjut secara inklusif,” pungkasnya. (dil/fia)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos