JAYAPURA-Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia pengurus daerah Papua yang juga sekaligus dosen teknik geologi Universitas Cendrawasih, Marcelino Yonas, mengungkapkan kawasan pemukiman padat penduduk Abepura dan Kotaraja berpotensi mengalami bencana alam likuifaksi.
Hal itu diungkapkannya berdasarkan kondisi bebatuan di bawah permukaan tanah yang ada di kawasan itu. Itu juga diungkapkannya atas kekhawatiran pemanfaatan air tanah yang berlebihan di wilayah tersebut seiring dengan kehadiran pembangunan kawasan permukiman dan bangunan-bangunan berskala besar yang memungkinkan pemanfaatan sumber air tanah dalam jumlah yang banyak.
“Kalau kita berbicara di mana daerah yang aman untuk dibangun, selama ini kalau kita lihat Abe dan Kotaraja juga sebenarnya daerah yang sangat berpotensi untuk kedepannya terjadi bencana likuifaksi,”kata Marcelino Yonas, saat diwawancarai Cendrawasih Pos, Senin (3/2).
Menurut Yonas, pemerintah tentunya menetapkan kawasan pemukiman diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau rencana tata ruang kota.
Sementara itu, bagian utara Kota Jayapura ini ada formasi batuan beku dan batuan metamorf. Kemudian di wilayah Kota Jayapura sendiri Abepura dan Kotaraja, merupakan daerah datar atau dengan istilah geologi endapan aluvial.
Selanjutnya, ke arah Waena sampai Dok 9 itu, merupakan kawasan batuan beku dan metamorf tapi sudah mengalami gangguan tektonik. Maksudnya sudah rapuh karena gangguan tektonik seperti gempa, dan sebagian besar kondisi batuan sudah hancur.
“Sehingga hal ini, termasuk pemetaan sesar aktif dalam kota, harusnya giat dilakukan oleh pemerintah Kota Jayapura,”ujarnya.
JAYAPURA-Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia pengurus daerah Papua yang juga sekaligus dosen teknik geologi Universitas Cendrawasih, Marcelino Yonas, mengungkapkan kawasan pemukiman padat penduduk Abepura dan Kotaraja berpotensi mengalami bencana alam likuifaksi.
Hal itu diungkapkannya berdasarkan kondisi bebatuan di bawah permukaan tanah yang ada di kawasan itu. Itu juga diungkapkannya atas kekhawatiran pemanfaatan air tanah yang berlebihan di wilayah tersebut seiring dengan kehadiran pembangunan kawasan permukiman dan bangunan-bangunan berskala besar yang memungkinkan pemanfaatan sumber air tanah dalam jumlah yang banyak.
“Kalau kita berbicara di mana daerah yang aman untuk dibangun, selama ini kalau kita lihat Abe dan Kotaraja juga sebenarnya daerah yang sangat berpotensi untuk kedepannya terjadi bencana likuifaksi,”kata Marcelino Yonas, saat diwawancarai Cendrawasih Pos, Senin (3/2).
Menurut Yonas, pemerintah tentunya menetapkan kawasan pemukiman diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau rencana tata ruang kota.
Sementara itu, bagian utara Kota Jayapura ini ada formasi batuan beku dan batuan metamorf. Kemudian di wilayah Kota Jayapura sendiri Abepura dan Kotaraja, merupakan daerah datar atau dengan istilah geologi endapan aluvial.
Selanjutnya, ke arah Waena sampai Dok 9 itu, merupakan kawasan batuan beku dan metamorf tapi sudah mengalami gangguan tektonik. Maksudnya sudah rapuh karena gangguan tektonik seperti gempa, dan sebagian besar kondisi batuan sudah hancur.
“Sehingga hal ini, termasuk pemetaan sesar aktif dalam kota, harusnya giat dilakukan oleh pemerintah Kota Jayapura,”ujarnya.