Melihat Kawasan Budaya Expo Waena yang Pernah jadi “Taman Mini” Papua
Kawasan wisata budaya Expo Waena saat ini boleh dibilang tinggal kenangan. Sebagian orang mungkin masih mengingat sisa-sisa masa kejayaanya. Dulunya kawasan itu menjadi salah satu kawasan budaya yang mana menjadi salah satu tujuan para tamu saat berkunjung ke Papua.
Laporan: Robert Mboik_ Jayapura
Kamis (9/1) pekan kemarin, Cenderawasih Pos menyambangi lokasi Budaya Ekpo Waena yaang ada di Distrik Heram. Lokasi yang pernah menjadi pusat budaya, dari berbagai anjungan budaya kabupaten/kota di Tanah Papua sebelum pemekaran ini, kini kondisinya sangat miris dan tidak terawat.
Salah satu sumber terpercaya yang tidak mau disebutkan namanya, mengungkapkan kondisi mirisnya kawasan wisata budaya Expo waena itu terjadi semenjak 10 tahun terakhir ini.
“Sejak 10 tahun terakhir ini kawasan itu menjadi daerah merah dan kadang-kadang tempat itu dijadikan sebagai tempat untuk orang berkumpul saat demo begitu,”kata sumber itu.
Dia menjelaskan, dulu pada masa emasnya, kawasan itu ditata sebagai tempat wisata budaya bagi masyarakat dari luar Papua yang ingin mengetahui tentang budaya Papua. Setidaknya ada 3 icon penting yang ada di dalam kawasaan budaya tersebut yaitu museum negeri, museum noken, dan taman budaya. Di Taman Budaya ini terdapat beberapa anjungan dari masing-masing budaya daerah yang ada di wilayah Papua.
“Zaman gubernur Bas Suebu, itu kalau orang datang dimulai dari museum negeri yang dulunya gradenya tinggi tapi sekarang mungkin sudah grade D, bahkan sebentar lagi hilang. Kemudian terakhir orang bisa menyaksikan tarian-tarian budaya daerah Papua yang ada di Taman Budaya tersebut, itu harus bayar,”jelasnya.
Namun saat ini kawasan budaya tersebut sudah tidak terawat lagi, bahkan sudah ditempati oleh masyarakat yang tidak diketahui asal muasalnya. Tempat itu seolah tak bertuan sehingga masyarakat justru memilih menempati tempat yang dulunya menjadi anjungan budaya dari setiap Kabupaten atau daerah di wilayah Papua. Menurutnya hal itu harus ada ketegasan dari pimpinan tertinggi di pemerintahan provinsi Papua. Karena kalau tidak kawasan itu tetap akan dikuasai dan terkesan menjadi daerah zona merah.
Melihat Kawasan Budaya Expo Waena yang Pernah jadi “Taman Mini” Papua
Kawasan wisata budaya Expo Waena saat ini boleh dibilang tinggal kenangan. Sebagian orang mungkin masih mengingat sisa-sisa masa kejayaanya. Dulunya kawasan itu menjadi salah satu kawasan budaya yang mana menjadi salah satu tujuan para tamu saat berkunjung ke Papua.
Laporan: Robert Mboik_ Jayapura
Kamis (9/1) pekan kemarin, Cenderawasih Pos menyambangi lokasi Budaya Ekpo Waena yaang ada di Distrik Heram. Lokasi yang pernah menjadi pusat budaya, dari berbagai anjungan budaya kabupaten/kota di Tanah Papua sebelum pemekaran ini, kini kondisinya sangat miris dan tidak terawat.
Salah satu sumber terpercaya yang tidak mau disebutkan namanya, mengungkapkan kondisi mirisnya kawasan wisata budaya Expo waena itu terjadi semenjak 10 tahun terakhir ini.
“Sejak 10 tahun terakhir ini kawasan itu menjadi daerah merah dan kadang-kadang tempat itu dijadikan sebagai tempat untuk orang berkumpul saat demo begitu,”kata sumber itu.
Dia menjelaskan, dulu pada masa emasnya, kawasan itu ditata sebagai tempat wisata budaya bagi masyarakat dari luar Papua yang ingin mengetahui tentang budaya Papua. Setidaknya ada 3 icon penting yang ada di dalam kawasaan budaya tersebut yaitu museum negeri, museum noken, dan taman budaya. Di Taman Budaya ini terdapat beberapa anjungan dari masing-masing budaya daerah yang ada di wilayah Papua.
“Zaman gubernur Bas Suebu, itu kalau orang datang dimulai dari museum negeri yang dulunya gradenya tinggi tapi sekarang mungkin sudah grade D, bahkan sebentar lagi hilang. Kemudian terakhir orang bisa menyaksikan tarian-tarian budaya daerah Papua yang ada di Taman Budaya tersebut, itu harus bayar,”jelasnya.
Namun saat ini kawasan budaya tersebut sudah tidak terawat lagi, bahkan sudah ditempati oleh masyarakat yang tidak diketahui asal muasalnya. Tempat itu seolah tak bertuan sehingga masyarakat justru memilih menempati tempat yang dulunya menjadi anjungan budaya dari setiap Kabupaten atau daerah di wilayah Papua. Menurutnya hal itu harus ada ketegasan dari pimpinan tertinggi di pemerintahan provinsi Papua. Karena kalau tidak kawasan itu tetap akan dikuasai dan terkesan menjadi daerah zona merah.