Program Makan Bergizi Gratis di Tiga Provinsi Belum Jalan
JAYAPURA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang hari ini (Senin,6/1) serentak dilaksanakan secara nasional ternyata belum bisa dilakukan bersama-sama. Untuk Papua, Papua Tengah dan Papua Pegunungan belum dilakukan. Sedangkan untuk Papua Selatan sudah berjalan namun dimulai hanya dengan mengambil sample di dua rumah ibadah.
Penerapan program ini nampaknya masih pro kontra sekalipun menjadi kebijakan dan agenda nasional. Pasalnya program ini dibesut Presiden Prabowo Subianto saat nyapres dan bukan program para bupati maupun gubernur sekalipun mau tidak mau kebijakan ini wajib dilaksanakan. Apalagi jika bercermin dari kekuatan keuangan daerah dimana untuk mengcover anggaran MBG membutuhkan anggatan yang tak sedikit.
Bisa miliaran. Ini tentunya perlu melihat kemampuan fiskal daerah mengingat untuk Papua sendiri setelah dilakukan pemekaran terjadi pemotongan anggaran yang sangat besar. Belum lagi hitungan lain mulai dari efektifitas, mutu dan higienitas termasuk nominal perporsi yang sudah pasti tidak sama dengan Indonesia wilayah barat.
Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Jayapura Sri iriyanti mengatakan bahwa jika benar dianggarkan Rp 10 ribu maka diyakini belum bisa menjawab kebutuhan gizi. Nominal Rp 10 ribu memang cukup untuk membeli seporsi makanan, namun ini jauh dari kata cukup untuk memperoleh makanan yang mengandung protein yang cukup jika sesuai dengan kelompok umur.
Berdasarkan data yang dihimpun Cenderawasih Pos, dari beberapa sumber mengatakan beberapa rumah makan di beberapa wilayah di Indonesia terutama di pulau Jawa. Untuk membeli menu makanan dengan uang Rp 10 ribu bisa mendapatkan nasi dengan lauk telur atau usus ayam yang dilengkapi dengan tempe dan sayur.
Namun, Rp 10 ribu di Papua, hanya cukup untuk membeli nasi, sayur, tempe dan tahu atau diganti kerupuk sehingga miris rasanya jika harga di Papua dibandigkan dengan wilayah lain. “MBG sasaran utamanya anak sekolah dari tingkat Paud, SD, SMP hingga SMA. Mereka mempunyai kelompok umur yang berbeda-beda kemudian kebutuhan asupan dan gizinya tentu berbeda-beda,” jelas Sri kepada Cenderawasih Pos, Senin (6/1) siang.
Program Makan Bergizi Gratis di Tiga Provinsi Belum Jalan
JAYAPURA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang hari ini (Senin,6/1) serentak dilaksanakan secara nasional ternyata belum bisa dilakukan bersama-sama. Untuk Papua, Papua Tengah dan Papua Pegunungan belum dilakukan. Sedangkan untuk Papua Selatan sudah berjalan namun dimulai hanya dengan mengambil sample di dua rumah ibadah.
Penerapan program ini nampaknya masih pro kontra sekalipun menjadi kebijakan dan agenda nasional. Pasalnya program ini dibesut Presiden Prabowo Subianto saat nyapres dan bukan program para bupati maupun gubernur sekalipun mau tidak mau kebijakan ini wajib dilaksanakan. Apalagi jika bercermin dari kekuatan keuangan daerah dimana untuk mengcover anggaran MBG membutuhkan anggatan yang tak sedikit.
Bisa miliaran. Ini tentunya perlu melihat kemampuan fiskal daerah mengingat untuk Papua sendiri setelah dilakukan pemekaran terjadi pemotongan anggaran yang sangat besar. Belum lagi hitungan lain mulai dari efektifitas, mutu dan higienitas termasuk nominal perporsi yang sudah pasti tidak sama dengan Indonesia wilayah barat.
Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Jayapura Sri iriyanti mengatakan bahwa jika benar dianggarkan Rp 10 ribu maka diyakini belum bisa menjawab kebutuhan gizi. Nominal Rp 10 ribu memang cukup untuk membeli seporsi makanan, namun ini jauh dari kata cukup untuk memperoleh makanan yang mengandung protein yang cukup jika sesuai dengan kelompok umur.
Berdasarkan data yang dihimpun Cenderawasih Pos, dari beberapa sumber mengatakan beberapa rumah makan di beberapa wilayah di Indonesia terutama di pulau Jawa. Untuk membeli menu makanan dengan uang Rp 10 ribu bisa mendapatkan nasi dengan lauk telur atau usus ayam yang dilengkapi dengan tempe dan sayur.
Namun, Rp 10 ribu di Papua, hanya cukup untuk membeli nasi, sayur, tempe dan tahu atau diganti kerupuk sehingga miris rasanya jika harga di Papua dibandigkan dengan wilayah lain. “MBG sasaran utamanya anak sekolah dari tingkat Paud, SD, SMP hingga SMA. Mereka mempunyai kelompok umur yang berbeda-beda kemudian kebutuhan asupan dan gizinya tentu berbeda-beda,” jelas Sri kepada Cenderawasih Pos, Senin (6/1) siang.