Busana Surjan: Jejak Spiritualitas dalam Balutan Budaya Jawa

4 hours ago 4
SurjanInilah busana tradisional Nusantara, Surjan yang mengandung filosofi mendalam | Wikipedia

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di antara beragam busana tradisional Nusantara, busana Surjan menempati tempat istimewa dalam khazanah budaya Jawa. Pakaian laki-laki dengan potongan khas ini bukan sekadar pelengkap upacara adat, tetapi juga medium penyampai nilai-nilai spiritual dan etika hidup yang diwariskan turun-temurun. Dalam pakaian Surjan termuat sebuah narasi tentang keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhannya.

Asal-usul dan Jejak Sejarah

Surjan diyakini pertama kali dikenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Sanga yang dikenal luas karena pendekatannya yang bersifat kultural dalam berdakwah.

Menurut hasil penelitian dalam artikel “Kain Lurik dalam Baju Surjan: Jejak Dakwah Sunan Kalijaga melalui Media Baju Takwa” (Endogami, 2022), Surjan dirancang oleh Sunan Kalijaga sebagai bentuk busana takwa yang bisa diterima masyarakat Jawa, yang saat itu masih kuat berakar dalam tradisi animisme dan Hindu-Buddha.

Kata “Surjan” sendiri diperkirakan berasal dari kata Arab “serjan”, yang berarti pakaian kehormatan. Dalam catatan sejarah Keraton Yogyakarta, Surjan pertama kali dijadikan pakaian resmi para abdi dalem dan bangsawan sejak era Sri Sultan Hamengkubuwono I. Seiring berjalannya waktu, Surjan menjadi simbol pakaian resmi budaya Mataram Islam, dan masih dikenakan hingga kini dalam berbagai upacara adat.

Potongan dan Filosofi Rancangannya

Secara visual, Surjan memiliki bentuk yang khas, yakni lengan panjang, kerah tegak, dan kancing yang tertutup rapi. Namun lebih dari itu, desain Surjan mengandung makna simbolik yang dalam. Penelitian dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Busana Surjan Kraton Yogyakarta: Tinjauan Estetika) menyebut bahwa jumlah kancing bagian depan sebanyak 6 biji. Ini  melambangkan rukun iman dalam Islam.

Sementara itu, dua kancing di bagian dalam yang tersembunyi, menggambarkan dua nafsu utama manusia (amarah dan syahwat) yang harus dijaga dan dikendalikan. Sedangkan potongan lurus dan tertutup menyiratkan sikap hidup yang tertib, sederhana, dan tidak berlebihan.

Adapun motif lurik, khususnya pada Surjan lurik,  melambangkan garis hidup yang teguh, batas antara kebaikan dan keburukan, serta pengingat akan prinsip hidup yang tidak goyah.

Sebagaimana disinggung dalam artikel FEBI UIN Salatiga (Mengenal Surjan: Baju Takwa dengan Kearifan Lokal), Surjan disebut merupakan bagian dari simbolisasi perjalanan spiritual masyarakat Jawa. Ia tidak hanya dikenakan untuk memenuhi aspek estetika, tetapi juga mengandung dimensi etika dan spiritualitas yang kuat.

Peran Sosial dan Transformasi Kontemporer

Secara sosial, Surjan dulunya merupakan pakaian resmi para abdi dalem keraton, khususnya di lingkungan Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Kini, Surjan tetap digunakan dalam berbagai peristiwa resmi seperti Sekaten, kirab budaya, dan sebagai seragam resmi pegawai instansi kebudayaan.

Menariknya, dalam konteks desain modern, filosofi Surjan mulai diangkat kembali melalui pendekatan visual kontemporer. Artikel dari Garuda Kemdikbud (Perancangan Desain Komunikasi Visual Filosofi Surjan Jogja) menyebutkan bahwa desain Surjan bisa dikembangkan sebagai simbol lokalitas yang edukatif—menyampaikan pesan moral dan religius kepada generasi muda dengan cara yang lebih kreatif.

Pakaian sebagai Jalan Sunyi Menuju Luhur

Lebih dari sekadar busana, Surjan adalah manifestasi nilai-nilai kehidupan yang diajarkan para leluhur. Ia mengajarkan bahwa berpakaian bukan hanya soal penampilan, tapi juga cermin dari sikap hidup dan spiritualitas. Dalam lembaran kain dan garis lurik yang membalut tubuh, tersimpan pesan tentang kesederhanaan, keikhlasan, dan ketundukan kepada Sang Pencipta.

Sebagaimana dikatakan dalam budaya Jawa: busana iku cermin jiwa—pakaian mencerminkan jiwa. Dan Surjan adalah cermin jiwa masyarakat Jawa yang menjunjung nilai, tatanan, dan harmoni. Keren, bukan? [Hamdani MW-Berbagai sumber]

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|