Kapolri Cium Tangan Megawati, Tak Perlu Ada yang “Baper”

19 hours ago 5
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencium tangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di momentum ulang tahun ke-100 isteri mendiang Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso, Mery Hoegeng di Depok, Jawa Barat, Senin (23/6/2025) | Istimewa

 JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Momen Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencium tangan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, saat sebuah acara keluarga, kembali menjadi sorotan publik dan elite politik. Namun, berbagai pihak kompak menilai tindakan tersebut sebagai ekspresi penghormatan khas budaya timur yang wajar dan tidak perlu dibesar-besarkan, apalagi ada yang sampai “baper”.

Sikap hormat Kapolri itu terjadi ketika ia menyambut kedatangan Megawati di kediaman almarhum Jenderal Hoegeng Iman Santoso, dalam rangka peringatan 100 tahun mendiang Mery Hoegeng, istri Hoegeng, di Depok, Senin (23/6/2025). Megawati datang bersama Ketua DPR RI Puan Maharani.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Herman Khaeron, menyatakan tidak ada yang aneh dari tindakan Listyo Sigit. Menurutnya, dalam budaya Indonesia, yang lebih muda mencium tangan yang lebih tua merupakan bentuk penghormatan yang umum.

“Adat ketimuran kita ya seperti itu. Yang muda menghormati yang tua. Jadi ya sah-sah saja, wajar,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (25/6/2025), di Jakarta.

Herman menegaskan bahwa tak perlu ada tafsir berlebihan terhadap gestur spontan tersebut, apalagi jika ditarik ke ranah politik.

Sementara itu, dari internal PDIP, politikus Guntur Romli menyebut bahwa gestur itu justru memperlihatkan sikap sopan santun Kapolri kepada tokoh bangsa. Ia bahkan menyebut Megawati bukan hanya figur orang tua, melainkan juga simbol nasional.

“Ibu Mega itu bukan sekadar tokoh politik. Beliau Presiden kelima, juga bisa disebut sebagai Ibu Bangsa,” ujar Guntur.

Ia menyebut bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun kerap melakukan hal yang sama kepada Megawati, sebagai bentuk penghormatan.

“Pak Jokowi dulu juga sering mencium tangan Ibu Megawati. Itu bukan hal baru, itu bentuk adab kita,” kata Guntur.

Meski begitu, Guntur enggan mengaitkan gestur tersebut dengan relasi politik antara PDIP dan Kapolri, terutama setelah hubungan yang sempat memanas pasca-Pemilu 2024.

“Kritik dari PDIP kepada Polri itu bentuk perhatian. Jangan dilihat sebagai permusuhan,” ujarnya.

Respons serupa juga datang dari Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, yang melihat gestur tersebut sebagai penghormatan kepada mantan kepala negara.

“Ibu Megawati bukan sekadar tokoh partai. Beliau pernah menjabat sebagai Wakil Presiden dan Presiden. Jadi sangat pantas jika beliau dihormati,” kata Muzani saat diwawancarai di Kompleks Parlemen, Senayan.

Menurutnya, budaya hormat kepada yang lebih tua adalah nilai universal, tak hanya milik partai atau institusi tertentu.

“Bagi saya, itu bukan hanya adab, tapi bentuk pengakuan terhadap sejarah dan jasa tokoh bangsa. Saya pun jika bertemu Ibu Mega, akan melakukan hal yang sama,” tambahnya.

Acara peringatan 100 tahun Mery Hoegeng yang mempertemukan Megawati dan Kapolri itu juga disebut sebagai bagian dari tradisi menjelang Hari Bhayangkara ke-79, yang diperingati setiap 1 Juli.

Di momen itu pula, Kapolri diketahui menunggu langsung kedatangan Megawati di depan rumah keluarga Hoegeng. Tak ada agenda politik, tak ada pidato, hanya suasana penuh kehangatan dan silaturahmi.

Gestur Kapolri mencium tangan Megawati memang sempat memicu perdebatan kecil di media sosial. Namun elite-elite politik lintas partai sudah memberikan penjelasan yang lugas: itu bukan simbol keberpihakan, bukan isyarat politik tersembunyi, tapi bentuk etika dan adab yang tumbuh dalam budaya bangsa. [*]

Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|