MEDAN, SumutPos.co- Musibah banjir yang melanda Kota Medan, telah merenggut 13 korban jiwa. Kondisi ini mengundang rasa perihatin Ketua DPW Partai Gelora Sumut Muhammad Nasir.
Menurut Nasir, banjir yang terjadi pada 27-30 November kemarin menjadi yang terparah dalam sejarah Kota Medan. “Tidak hanya volume air yang luar biasa besar, namun juga korban hingga kerusakan di sepanjang sungai yang menjadi jalur utama aliran banjir terdampak cukup parah,” kata Nasir kepada Sumut Pos, kemarin.
Nasir mengungkapkan, ada enam sungai yang membelah ibukota Provinsi Sumatera Utara ini, yakni Sungai Deli, Sungai Belawan, Sungai Sikambing, Sungai Bedera, Sungai Babura, dan Sungai Denai. “Hampir semua sungai ini, muaranya di kawasan Medan Utara, sehingga kawasan Medan Utara khususnya Medan Marelan dan Medan Labuhan menjadi daerah yang paling parah merasakan dampak banjir yang terjadi,” ungkapnya.
Ketika semua sungai meluap, kata Nasir, daerah aliran sungai (DAS) tidak mampu menahan luapan air. Apalagi kondisi benteng atau tanggul sudah rapuh, sehingga rentan bencana banjir.
Bahkan DAS di kawasan Terjun, Medan Marelan, kondisinya mencapai tahap mengkhawatirkan. Kawasan ini menjadi hilir beberapa sungai, sehingga warga Terjun terdampak parah.
Belum lagi banjir rob yang selalu mengancam, sehingga semua airnya transit di Medan Deli. “Akibatnya, pemukiman warga di Medan Deli merasakan dampak banjir yang paling parah,” sebutnya.
Untuk itu, Nasir meminta Pemko Medan dan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II harus bener-benar peka atas banjir yang terjadi. Politisi senior ini mendesak Pemko Medan segera menyiapkan blueprint tentang penanganan banjir di hulu dan hilir Kota Medan tahun 2026.
“Saat membuat perencanaan blueprint penanganan banjir, perlu melibatkan tokoh, pemerhati lingkungan, akademisi, dan Pemerintah Kota Medan sebagai fasilitatornya,” ujarnya.
Selain itu, Nasir juga mendesak Pemko Medan dan pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR dan BWSS II supaya segera memperbaiki dan menormalisasi seluruh sungai di Kota Medan. “Ini sudah tahap mengkhawatirkan, sehingga harus dilakukan penanganan sesegera mungkin agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi,” tandasnya. (adz)
MEDAN, SumutPos.co- Musibah banjir yang melanda Kota Medan, telah merenggut 13 korban jiwa. Kondisi ini mengundang rasa perihatin Ketua DPW Partai Gelora Sumut Muhammad Nasir.
Menurut Nasir, banjir yang terjadi pada 27-30 November kemarin menjadi yang terparah dalam sejarah Kota Medan. “Tidak hanya volume air yang luar biasa besar, namun juga korban hingga kerusakan di sepanjang sungai yang menjadi jalur utama aliran banjir terdampak cukup parah,” kata Nasir kepada Sumut Pos, kemarin.
Nasir mengungkapkan, ada enam sungai yang membelah ibukota Provinsi Sumatera Utara ini, yakni Sungai Deli, Sungai Belawan, Sungai Sikambing, Sungai Bedera, Sungai Babura, dan Sungai Denai. “Hampir semua sungai ini, muaranya di kawasan Medan Utara, sehingga kawasan Medan Utara khususnya Medan Marelan dan Medan Labuhan menjadi daerah yang paling parah merasakan dampak banjir yang terjadi,” ungkapnya.
Ketika semua sungai meluap, kata Nasir, daerah aliran sungai (DAS) tidak mampu menahan luapan air. Apalagi kondisi benteng atau tanggul sudah rapuh, sehingga rentan bencana banjir.
Bahkan DAS di kawasan Terjun, Medan Marelan, kondisinya mencapai tahap mengkhawatirkan. Kawasan ini menjadi hilir beberapa sungai, sehingga warga Terjun terdampak parah.
Belum lagi banjir rob yang selalu mengancam, sehingga semua airnya transit di Medan Deli. “Akibatnya, pemukiman warga di Medan Deli merasakan dampak banjir yang paling parah,” sebutnya.
Untuk itu, Nasir meminta Pemko Medan dan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II harus bener-benar peka atas banjir yang terjadi. Politisi senior ini mendesak Pemko Medan segera menyiapkan blueprint tentang penanganan banjir di hulu dan hilir Kota Medan tahun 2026.
“Saat membuat perencanaan blueprint penanganan banjir, perlu melibatkan tokoh, pemerhati lingkungan, akademisi, dan Pemerintah Kota Medan sebagai fasilitatornya,” ujarnya.
Selain itu, Nasir juga mendesak Pemko Medan dan pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR dan BWSS II supaya segera memperbaiki dan menormalisasi seluruh sungai di Kota Medan. “Ini sudah tahap mengkhawatirkan, sehingga harus dilakukan penanganan sesegera mungkin agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi,” tandasnya. (adz)

15 hours ago
4

















































