Mengungkap Sejarah Nama “Jembatan Butuh”: Filosofi dan Warisan Ki Ageng Butuh

1 day ago 9
Pembangunan Jembatan Butuh, penghubung Desa Pilang di Kecamatan Masaran dengan Desa Gedongan di Kecamatan Plupuh, resmi rampung pada Jumat (3/1/2025). Infrastruktur sepanjang 150 meter ini akan diresmikan oleh Bupati Sragen, dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati, pada Senin (6/1/2025) || Foto Pemkab Sragen

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Nama Jembatan Butuh, yang kini menjadi penghubung antara Desa Pilang, Kecamatan Masaran, dan Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, memiliki sejarah dan filosofi yang mendalam. Bupati Sragen, dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati, mengungkapkan bahwa nama tersebut dipilih dengan mempertimbangkan sejarah dan kebutuhan masyarakat setempat.

Nama “Butuh” merujuk pada kawasan yang menjadi lokasi Makam Ki Ageng Butuh, tokoh berpengaruh dalam sejarah lokal. Ki Ageng Butuh dikenal sebagai figur penting dalam penyebaran nilai-nilai agama dan kebudayaan di wilayah Sragen.

Bupati Yuni menjelaskan bahwa pemilihan nama ini tidak hanya berdasarkan kebutuhan infrastruktur masyarakat, tetapi juga sebagai penghormatan terhadap sejarah kawasan tersebut.

“Saya sudah berdoa dan mendapatkan petunjuk bahwa nama Jembatan Butuh adalah yang paling sesuai. Nama ini mencerminkan kebutuhan masyarakat dan juga mendukung keberadaan Makam Butuh sebagai destinasi wisata religi,” ungkapnya.

Jembatan yang pembangunannya dimulai sejak 2019 ini bertujuan untuk mempermudah akses menuju Makam Ki Ageng Butuh. Sebagai salah satu tujuan wisata religi utama di Kecamatan Plupuh, Makam Joko Tingkir di kawasan Butuh sering dikunjungi peziarah dari berbagai daerah.

Pada awal perencanaan, masyarakat Desa Gedongan mengusulkan pembangunan jembatan yang layak untuk mempersingkat rute menuju kawasan wisata religi tersebut. Dengan adanya jembatan ini, perjalanan dari arah Masaran menjadi lebih efisien tanpa harus memutar jalan.

Nama Jembatan Butuh juga melambangkan semangat masyarakat yang menginginkan konektivitas lebih baik untuk mendukung perekonomian dan aksesibilitas.

Dengan konstruksi yang megah dan fungsi strategis, Jembatan Butuh kini tidak hanya menjadi infrastruktur penting, tetapi juga simbol penghormatan terhadap sejarah dan budaya lokal. **

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|