Peduli Kesehatan Remaja Putri, 3 Organisasi Dokter Lakukan Bakti Sosial Cegah Anemia Rematri

3 hours ago 1

SUMUTPOS.CO – Tiga organisasi profesi dokter yakni PDK3MI (Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia), BKS IKM-IKP-IKK FKI (Badan Kerjasama Ilmu Kesehatan Masyarakat-Ilmu Kedokteran Pencegahan-Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran se-Indonesia) serta PDKI (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di PanC Asuhan Putri Aisyah di Pematang Siantar pada Kamis, 1 Mei 2025.

“Kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian kami sebagai dokter sekaligus dosen dari berbagai Fakultas Kedokteran kepada remaja putri,” demikian ujar dr. Handayani, MKK, Sp.KKLP SubSp. COPC, FISPH, FISCM sebagai ketua rombongan. “Remaja putri (Rematri) rentan untuk mengalami anemia yang dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan mengandung zat besi serta dialaminya siklus menstruasi secara periodik”.

Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai diseluruh dunia terutama di negara-negara berkembang. Nilai anemia dalam darah untuk perempuan adalah : anak usia 5–11 tahun <11,5 g/dl, anak perempuan 12–14 tahun Cdak hamil <12,0 g/dl, dewasa wanita 15–65 tahun <12,0 g/dl dan wanita hamil <11 g/dl.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (2023), prevalensi anemia untuk semua kelompok umur di Indonesia sebesar 16,2%; sementara untuk gender perempuan relaCf lebih Cnggisebesar 18% dibandingkan lakilaki 14,4%. Data terakhir WHO pada tahun 2019, prevalensi anemia di Indonesia adalah 31,2% (20,4%-44,4%) dan termasuk dalam 10 besar kasus anemia terCnggi di Asia Tenggara. Prevalensi anemia pada wanita yakni sebesar 30,7% dari semua wanita usia 15-49 tahun menderita anemia pada tahun 2023.

Sebanyak 32% remaja usia 15-24 tahun di Indonesia mengalami anemia. Remaja putri yang mengalami masalah gizi seperC anemia defisiensi zat besi akan berisiko melahirkan anak stunting.

Anemia defisiensi zat besi merupakan kondisi rendahnya kadar hemoglobin akibat kekurangan zat besi dalam tubuh. Perubahan gaya hidup pada remaja menjadi salah satu
penyebab konsumsi makanan yang Cdak seimbang, salah satunya kurang konsumsi sayur dan daging merah sebagai sumber zat besi. Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, lebih dari 96% masyarakat Indonesia masih kurang dalam mengonsumsi sayur dan buah.

Seiring dalam rangkaian kegiatan ilmiah 1st Interna’onal Conference 2025 dengan tajuk “Strengthening Interprofessional Collabora’on in the Management of Catastrophic Diseases
using Primary Care Integra’on Approach” selama tanggal 1-3 Mei 2025, para prakCsi dokter
yang sekaligus beberapa merupakan dosen Fakultas Kedokteran (FK), menggelar bakti sosial.

“Para dosen FK yang terlibat dalam kegiatan baksos ini datang dari Universitas Riau di
Pekanbaru, Universitas Andalas di Padang, Universitas Sam Ratulangi di Manado, serta tuan
rumah dari Sumatera Utara yaitu Universitas Islam Sumatera Utara dan Inkes Medistra Lubuk Pakam” ujar Dr. dr. Rahmadani Sitepu, M.Kes, S.Pd, Sp.KKLP, FISPH, FISCM sebagai ketua paniCa acara.

“Dosen FK tidak hanya mengajar dan mendidik mahasiswa di lingkungan akademik, tapi kami juga berkewajiban untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat sebagai pelaksanaan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satu bentuknya dengan
mengunjungi panti asuhan seperti ini.”

Kegiatan baksos ini didahului dengan penyuluhan tentang pencegahan anemia kepada duapuluh satu remaja putri penghuni panti asuhan, lalu diikuti dengan rangkaian pemeriksaan yakni pengukuran Cnggi badan, penimbangan berat badan, pengukuran lingkar lengan, tekanan darah dan kadar hemoglobin menggunakan rapid test.

Dari pemeriksaan kesehatan yang dilakukan ditemukan adanya satu kasus gizi kurang dan Cga kasus anemia pada remaja putri ini. Dari penelusuran diketahui adanya pola asupan makan yang kurang baik dikarenakan susah makan terutama konsumsi sayuran.

“Semoga dengan kegiatan baksos ini memberikan manfaat kepada anak-anak panC asuhan
dengan diketahuinya kondisi kesehatan mereka, Cdak hanya saat ini. Diharapkan dengan
penyuluhan yang dilakukan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya
mencegah anemia sedini mungkin sehingga terhindar dari dampak anemia,” pungkas dr.
Handayani, MKK, Sp.KKLP SubSp. COPC, FISPH, FISCM menutup kegiatan baksos pada hari itu.(rel)

SUMUTPOS.CO – Tiga organisasi profesi dokter yakni PDK3MI (Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia), BKS IKM-IKP-IKK FKI (Badan Kerjasama Ilmu Kesehatan Masyarakat-Ilmu Kedokteran Pencegahan-Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran se-Indonesia) serta PDKI (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di PanC Asuhan Putri Aisyah di Pematang Siantar pada Kamis, 1 Mei 2025.

“Kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian kami sebagai dokter sekaligus dosen dari berbagai Fakultas Kedokteran kepada remaja putri,” demikian ujar dr. Handayani, MKK, Sp.KKLP SubSp. COPC, FISPH, FISCM sebagai ketua rombongan. “Remaja putri (Rematri) rentan untuk mengalami anemia yang dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan mengandung zat besi serta dialaminya siklus menstruasi secara periodik”.

Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai diseluruh dunia terutama di negara-negara berkembang. Nilai anemia dalam darah untuk perempuan adalah : anak usia 5–11 tahun <11,5 g/dl, anak perempuan 12–14 tahun Cdak hamil <12,0 g/dl, dewasa wanita 15–65 tahun <12,0 g/dl dan wanita hamil <11 g/dl.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (2023), prevalensi anemia untuk semua kelompok umur di Indonesia sebesar 16,2%; sementara untuk gender perempuan relaCf lebih Cnggisebesar 18% dibandingkan lakilaki 14,4%. Data terakhir WHO pada tahun 2019, prevalensi anemia di Indonesia adalah 31,2% (20,4%-44,4%) dan termasuk dalam 10 besar kasus anemia terCnggi di Asia Tenggara. Prevalensi anemia pada wanita yakni sebesar 30,7% dari semua wanita usia 15-49 tahun menderita anemia pada tahun 2023.

Sebanyak 32% remaja usia 15-24 tahun di Indonesia mengalami anemia. Remaja putri yang mengalami masalah gizi seperC anemia defisiensi zat besi akan berisiko melahirkan anak stunting.

Anemia defisiensi zat besi merupakan kondisi rendahnya kadar hemoglobin akibat kekurangan zat besi dalam tubuh. Perubahan gaya hidup pada remaja menjadi salah satu
penyebab konsumsi makanan yang Cdak seimbang, salah satunya kurang konsumsi sayur dan daging merah sebagai sumber zat besi. Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, lebih dari 96% masyarakat Indonesia masih kurang dalam mengonsumsi sayur dan buah.

Seiring dalam rangkaian kegiatan ilmiah 1st Interna’onal Conference 2025 dengan tajuk “Strengthening Interprofessional Collabora’on in the Management of Catastrophic Diseases
using Primary Care Integra’on Approach” selama tanggal 1-3 Mei 2025, para prakCsi dokter
yang sekaligus beberapa merupakan dosen Fakultas Kedokteran (FK), menggelar bakti sosial.

“Para dosen FK yang terlibat dalam kegiatan baksos ini datang dari Universitas Riau di
Pekanbaru, Universitas Andalas di Padang, Universitas Sam Ratulangi di Manado, serta tuan
rumah dari Sumatera Utara yaitu Universitas Islam Sumatera Utara dan Inkes Medistra Lubuk Pakam” ujar Dr. dr. Rahmadani Sitepu, M.Kes, S.Pd, Sp.KKLP, FISPH, FISCM sebagai ketua paniCa acara.

“Dosen FK tidak hanya mengajar dan mendidik mahasiswa di lingkungan akademik, tapi kami juga berkewajiban untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat sebagai pelaksanaan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satu bentuknya dengan
mengunjungi panti asuhan seperti ini.”

Kegiatan baksos ini didahului dengan penyuluhan tentang pencegahan anemia kepada duapuluh satu remaja putri penghuni panti asuhan, lalu diikuti dengan rangkaian pemeriksaan yakni pengukuran Cnggi badan, penimbangan berat badan, pengukuran lingkar lengan, tekanan darah dan kadar hemoglobin menggunakan rapid test.

Dari pemeriksaan kesehatan yang dilakukan ditemukan adanya satu kasus gizi kurang dan Cga kasus anemia pada remaja putri ini. Dari penelusuran diketahui adanya pola asupan makan yang kurang baik dikarenakan susah makan terutama konsumsi sayuran.

“Semoga dengan kegiatan baksos ini memberikan manfaat kepada anak-anak panC asuhan
dengan diketahuinya kondisi kesehatan mereka, Cdak hanya saat ini. Diharapkan dengan
penyuluhan yang dilakukan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya
mencegah anemia sedini mungkin sehingga terhindar dari dampak anemia,” pungkas dr.
Handayani, MKK, Sp.KKLP SubSp. COPC, FISPH, FISCM menutup kegiatan baksos pada hari itu.(rel)

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|