JAYAPURA – Ribuan orang di lima kampung di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan dikabarkan mengungsi ke hutan akibat masuknya militer di daerah mereka. Sebanyak 3.318 jiwa yang saat ini masih mengungsi di hutan berasal dari lima kampung yakni Kampung Oketumi, Mimin, Alutbakon, Atenar, dan Bumbakon.
Ketua Departemen Hukum dan HAM GIDI, Pdt Jimmy Koirewoa menyebut pengungsi terdiri dari anak-anak, perempuan, ibu hamil, lanjut usia dan kaum laki-laki.
“Data ini mencerminkan kondisi pengungsi sangat rentan, termasuk anak-anak, Lansia, ibu hamil, dan mereka yang membutuhkan perawatan medis. Situasi ini menunjukkan tingkat kesulitan yang sangat tinggi bagi masyarakat sipil yang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman,” ucap Pdt Jimmy dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Selasa (10/12).
Dari data Departemen Hukum dan HAM Gereja Injili di Indonesia (GIDI), pengungsian bermula pada 28 November ketika pasukan militer dikerahkan menuju Pegunungan Bintang. Dan pada 2 hingga 3 Desember, TNI memulai perjalanan dari kabupaten menuju Distrik Oksop hingga menempati Kantor Distrik Oksop.
Kedatangan militer di wilayah mereka membuat warga di Distrik Oksop, memilih mengungsi ke berbagai titik. Pdt Jimmy Koirewoa menerangkan pada 9 Desember, TNI kembali melakukan pendorongan pasukan menggunakan helikopter dan menempati Gereja GIDI Efesus Sape di Kampung Mimin.
“Hingga saat ini, TNI menguasai lima kampung di Distrik Oksop yang menyebabkan warga masih mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan diri,” ucapnya.
Lanjutnya, gereja-gereja yang ada di wilayah tersebut seperti Gereja GIDI dan Gereja Katolik sedang berupaya mengumpulkan pengungsi.
“Penyisiran yang dilakukan militer menyebabkan sejumlah keluarga termasuk anak- anak, orang dewasa, perempuan, dan lanjut usia melarikan diri ke hutan karena ketakutan. Terutama setelah melihat penembakan brutal yang dilakukan oleh militer di wilayah tersebut,” imbuhnya.
JAYAPURA – Ribuan orang di lima kampung di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan dikabarkan mengungsi ke hutan akibat masuknya militer di daerah mereka. Sebanyak 3.318 jiwa yang saat ini masih mengungsi di hutan berasal dari lima kampung yakni Kampung Oketumi, Mimin, Alutbakon, Atenar, dan Bumbakon.
Ketua Departemen Hukum dan HAM GIDI, Pdt Jimmy Koirewoa menyebut pengungsi terdiri dari anak-anak, perempuan, ibu hamil, lanjut usia dan kaum laki-laki.
“Data ini mencerminkan kondisi pengungsi sangat rentan, termasuk anak-anak, Lansia, ibu hamil, dan mereka yang membutuhkan perawatan medis. Situasi ini menunjukkan tingkat kesulitan yang sangat tinggi bagi masyarakat sipil yang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman,” ucap Pdt Jimmy dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Selasa (10/12).
Dari data Departemen Hukum dan HAM Gereja Injili di Indonesia (GIDI), pengungsian bermula pada 28 November ketika pasukan militer dikerahkan menuju Pegunungan Bintang. Dan pada 2 hingga 3 Desember, TNI memulai perjalanan dari kabupaten menuju Distrik Oksop hingga menempati Kantor Distrik Oksop.
Kedatangan militer di wilayah mereka membuat warga di Distrik Oksop, memilih mengungsi ke berbagai titik. Pdt Jimmy Koirewoa menerangkan pada 9 Desember, TNI kembali melakukan pendorongan pasukan menggunakan helikopter dan menempati Gereja GIDI Efesus Sape di Kampung Mimin.
“Hingga saat ini, TNI menguasai lima kampung di Distrik Oksop yang menyebabkan warga masih mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan diri,” ucapnya.
Lanjutnya, gereja-gereja yang ada di wilayah tersebut seperti Gereja GIDI dan Gereja Katolik sedang berupaya mengumpulkan pengungsi.
“Penyisiran yang dilakukan militer menyebabkan sejumlah keluarga termasuk anak- anak, orang dewasa, perempuan, dan lanjut usia melarikan diri ke hutan karena ketakutan. Terutama setelah melihat penembakan brutal yang dilakukan oleh militer di wilayah tersebut,” imbuhnya.