Giliran Aliansi Mahasiswa Papua di Bali Dikirimi Kepala Babi Busuk

7 hours ago 2
Kepala babi dikirim ke asrama mahasiswa Papua di Bali |  tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah redaksi Tempo menerima teror berupa kiriman kepala babi dan bangkai tikus pada Maret lalu, kini giliran Aliansi Mahasiswa Papua di Denpasar, Bali, yang menjadi sasaran. Dua paket berisi kepala babi dalam kondisi membusuk dikirimkan ke tempat tinggal mereka pada Jumat (6/6/2025), memunculkan kekhawatiran akan pola teror yang berulang terhadap kelompok-kelompok yang bersuara kritis.

Ketua Aliansi Mahasiswa Papua, Jeeno Alfred Dogomo, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa paket pertama diterima pada Jumat sore sekitar pukul 15.00 WITA oleh mahasiswa Papua di sebuah kontrakan kawasan Denpasar. Paket yang dikirim melalui layanan ojek online itu ditujukan kepada dua aktivis mahasiswa, Wemison Enembe dan Yuberthinus Gobay, dengan mencantumkan nama pengirim serta keterangan berisi buku berjudul Papua Bergerak.

Namun isi paket justru membuat para mahasiswa terkejut. Bukan buku yang ditemukan, melainkan bangkai kepala babi dalam kondisi membusuk, bercampur tanah. “Teman-teman langsung menutup hidung karena baunya menyengat. Mereka sangat kaget dan merasa ini bentuk teror yang disengaja,” kata Jeeno kepada Tempo melalui WhatsApp, Sabtu (7/6/2025).

Tak berhenti di situ, pada pukul 19.00 WITA, paket serupa kembali datang ke lokasi kontrakan mahasiswa lainnya. Dari kedua pengiriman itu, Aliansi Mahasiswa Papua menduga kuat ini adalah bagian dari upaya intimidasi.

Mahasiswa kemudian melakukan penelusuran terhadap nomor pengirim yang tercantum dalam paket. Melalui aplikasi Get Contact, mereka menemukan bahwa nomor tersebut terkait dengan nama Made Budawan. Hasil pengecekan juga menunjukkan keterkaitan identitas tersebut dengan sejumlah akun media sosial, di mana beberapa unggahan menampilkan simbol-simbol organisasi masyarakat yang dikenal dengan nama Ksatria Dalem Tarukan Kampuh Poleng Tanpa Tepi.

“Ini bentuk nyata teror dari kelompok reaksioner dan kekuatan tertentu yang tidak nyaman dengan aktivitas organisasi mahasiswa Papua yang kritis terhadap kebijakan negara,” ujar Jeeno. Ia menegaskan bahwa intimidasi semacam ini tidak akan menyurutkan semangat perjuangan mahasiswa Papua untuk bersuara.

Wemison Enembe diketahui menjabat sebagai Ketua Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Bali, sedangkan Yuberthinus Gobay merupakan pengurus nasional organisasi tersebut.

Hingga berita ini diturunkan, pihak Kepolisian Daerah Bali belum memberikan keterangan resmi terkait insiden tersebut. Jeeno mengatakan bahwa pihaknya juga belum membuat laporan resmi ke polisi, namun sedang mempertimbangkan langkah hukum lebih lanjut.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengecam keras aksi teror tersebut. Ia mendesak aparat penegak hukum untuk segera mengusut dan menangkap pelakunya. “Polisi harus bergerak cepat dengan penyelidikan yang serius, agar pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya yang merusak ketentraman publik,” ujar Usman dalam pernyataan tertulis kepada Tempo, Sabtu (7/6/2025).

Menurut Usman, teror menggunakan bangkai binatang merupakan bentuk kekerasan simbolik yang semakin marak karena lemahnya penegakan hukum. “Ini mencerminkan adanya pihak-pihak yang merasa terancam oleh suara-suara kritis di masyarakat, dan berusaha membungkam mereka melalui teror,” ujarnya.

Sebelum kasus ini, pada 30 Mei 2025, aktivis lingkungan Delima Silalahi di Toba, Sumatra Utara, juga menerima paket mencurigakan berisi bangkai burung berdarah. Sementara pada 19 Maret 2025, Tempo mendapat dua kali teror: kepala babi tanpa telinga dikirimkan ke rumah jurnalis Francisca Christy Rosana, disusul dengan kardus berisi enam bangkai tikus got dua hari kemudian.

Rangkaian peristiwa ini menunjukkan pola intimidasi yang mengarah pada upaya pembungkaman terhadap kelompok kritis. Sejumlah pihak sipil dan organisasi hak asasi mendesak negara untuk tidak tinggal diam. Jika dibiarkan, teror ini bukan hanya mengancam individu, tetapi juga iklim demokrasi dan kebebasan berekspresi di Indonesia.

www.tempo.co

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|