IKN Belum Jadi Ibu Kota, Sudah Jadi Sarang Prostitusi Online. Waduh?

5 hours ago 2
Ilutrasi prostitusi | tempo.co

PENAJEM PASER UTARA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Belum lagi difungsikan sebagai sebuah ibu kota negara, kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajem Paser Utara, Kalimantan Timur justru menjadi lokasi favorit bagi praktik prostitusi online.

Fenomena ini memicu kekhawatiran berbagai pihak, termasuk Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Penajam Paser Utara yang kini memperketat pengawasan di wilayah sekitar IKN. Kepala Satpol PP Penajam Paser Utara, Bagenda Ali, menyebutkan bahwa pihaknya telah menerima sejumlah laporan dari warga dan pemerintah desa mengenai maraknya praktik prostitusi daring.

“Pengawasan sudah kami lakukan sejak tiga bulan terakhir. Praktik prostitusi tersebar di penginapan dan hotel sekitar IKN. Mereka memanfaatkan aplikasi pesan singkat dan media sosial untuk menjaring pelanggan,” ujar Bagenda, Minggu (25/5/2025).

Menurut Bagenda, modus yang digunakan para pelaku terungkap dari hasil penyelidikan dan pengakuan langsung para pekerja seks komersial (PSK) yang diamankan petugas. Setelah didata, para pelaku biasanya dipulangkan ke daerah asal mereka.

Meski saat ini wilayah IKN telah memiliki otorita tersendiri, urusan penegakan peraturan daerah (perda) masih menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara. Oleh karena itu, Satpol PP setempat tetap aktif melakukan operasi penertiban hingga ke wilayah yang masuk dalam kawasan IKN.

Namun, menurut Bagenda, memerangi prostitusi daring bukan perkara mudah. Para pelaku kerap menyamar sebagai tamu hotel biasa, sehingga keberadaannya sulit dideteksi. Meski razia rutin digelar, praktik ini seolah tak pernah benar-benar hilang.

Berdasarkan penelusuran ANTARA, sebagian besar perempuan yang terlibat dalam praktik prostitusi online di kawasan ini berasal dari luar daerah. Mereka datang dari berbagai kota, seperti Makassar, Balikpapan, bahkan dari Pulau Jawa.

Salah seorang pelaku yang memperkenalkan diri dengan nama Dena, 25 tahun, mengaku sengaja datang ke Penajam Paser Utara untuk bekerja sebagai pekerja seks komersial karena tergiur penghasilan. “Kata teman, di sini tamunya banyak, dan jarang ada yang nawar,” ujarnya.

Tarif layanan prostitusi online di kawasan ini berkisar antara Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu. Beberapa di antara mereka melayani pelanggan secara mandiri, sementara yang lain menggunakan jasa muncikari sebagai perantara. “Kalau pakai perantara, ada yang urus tempat tinggal dan carikan tamu, jadi nggak repot,” kata Rena, 27 tahun, rekan seprofesi Dena.

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan IKN mulai merasa resah dengan maraknya praktik prostitusi online ini. Mereka berharap pemerintah daerah dan otorita IKN bisa bersinergi untuk menertibkan praktik ilegal tersebut, demi menjaga citra dan ketertiban di wilayah calon ibu kota negara itu.

www.tempo.co 

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|