WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ambisi menjadikan kawasan Sport Tourism Center (STC) Pringgodani sebagai ikon sport tourism Wonogiri kembali diuji. Lapangan tenis yang dibangun dengan anggaran fantastis sekitar Rp1,6 miliar justru gagal diresmikan. Ironisnya, fasilitas yang belum seumur jagung itu sudah rusak lebih dulu, bahkan sebelum dipakai secara resmi oleh masyarakat.
Bupati Wonogiri Setyo Sukarno secara tegas membatalkan agenda peresmian lapangan tenis yang sedianya digelar Selasa (30/12/2025). Keputusan itu bukan tanpa alasan. Kondisi lapangan dinilai belum memenuhi harapan publik, baik dari sisi kualitas maupun ketahanan bangunan.
“Di sana-sini masih ada yang perlu dibenahi,” ujar Bupati Setyo dengan nada serius, menegaskan bahwa proyek bernilai miliaran rupiah itu tak boleh asal jadi.
Setyo menegaskan, meskipun proyek telah diserahterimakan, lapangan tenis tersebut masih berada dalam masa pemeliharaan pihak penyedia. Artinya, seluruh kerusakan wajib ditanggung dan diperbaiki oleh kontraktor sesuai spesifikasi teknis yang disepakati sejak awal.
“Pembenahan harus sesuai spek. Sampai lapangan tenis itu benar-benar layak digunakan,” tegasnya.
Dari tiga lapangan tenis yang dibangun, hanya satu lapangan di sisi timur yang sejauh ini terpantau dalam kondisi relatif baik. Lapangan itulah yang diizinkan digunakan, itupun tanpa seremoni peresmian, sekaligus untuk menguji kualitas konstruksinya.
“Yang timur bisa digunakan sekalian dites. Tidak diresmikan tapi bisa dimanfaatkan. Sing ketok apik kui apik tenan ora. Daripada dipakai dua bulan terus rusak,” tandas Setyo, menyiratkan kekhawatiran akan kualitas proyek jangka panjang.
Bupati juga menegaskan bahwa peresmian bukan prioritas, kualitas dan ketahanan bangunan jauh lebih penting demi menjaga kepercayaan masyarakat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Wonogiri Haryanto mengungkapkan bahwa pihaknya telah memanggil penyedia untuk melakukan identifikasi penyebab kerusakan. Dugaan sementara, faktor cuaca menjadi salah satu pemicu utama.
“Kerusakan ini sifatnya minor. Serah terima sudah dilakukan 19 Desember kemarin dan masih masa pemeliharaan. Penyedia sudah kami undang dan berkomitmen memperbaiki,” jelasnya.
Namun fakta di lapangan tak bisa ditutupi. Cat dan lapisan semen bagian atas lapangan tenis terlihat mengelupas di banyak titik, memunculkan pertanyaan besar soal mutu pekerjaan. Padahal, proyek tersebut digadang-gadang menjadi fasilitas olahraga representatif sekaligus penopang sektor pariwisata olahraga di Wonogiri.
Kondisi ini langsung menyita perhatian publik. Banyak warga mempertanyakan bagaimana mungkin proyek bernilai Rp1,6 miliar bisa menunjukkan tanda-tanda kerusakan sebelum benar-benar dimanfaatkan. Sorotan tajam pun mengarah pada pengawasan proyek dan ketegasan dalam menjaga kualitas pembangunan daerah.
Kasus lapangan tenis Pringgodani ini menjadi pengingat keras bahwa anggaran besar tidak otomatis berbanding lurus dengan kualitas, jika pengawasan longgar dan komitmen mutu diabaikan. Pemkab Wonogiri kini dituntut tidak hanya memperbaiki kerusakan fisik, tetapi juga memastikan kejadian serupa tidak terulang di proyek-proyek berikutnya. Aris Arianto
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

5 hours ago
3


















































